Pengertian Peninjauan kembali Putusan Pengadilan yang dapat Dimintakan Pengajuan Peninjauan

commit to user 20 persyaratan untuk dapat atau tidak dilimpahkan ke pengadilan Pasal 139 KUHAP. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku tidak semua berkas perkara hasil penyidikan yang sudah lengkap adalah memenuhi persyaratan untuk dilimpahkan ke pengadilan. Misalnya, berkas perkara yang hasilnya sudah lengkap tetapi tersangkanya sudah meninggal dunia Pasal 77 KUHP atau hak menuntut telah gugur karena kadaluarsa berdasarkan Pasal 78 KUHP atau karena tersangkanya tidak dapat dituntut atau diadili untuk kedua kalinya berdasar asas ne bis idem Pasal 76 KUHP. Perihal yang demikian maka perkaranya tidak perlu dilimpahkan ke pengadilan. Penuntut umum akan memutuskan penghentian penuntutan dengan cara perkara tersebut ditutup demi hukum dan dituangkan dalam bentuk Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan SKPP model P-26 sesuai dengan ketentuan Pasal 140 ayat 2. Di samping itu, penuntut umum dapat menghentikan penuntutan berdasarkan alasan karena tidak cukup bukti atau perkara tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana.

2. Tinjauan Umum tentang Peninjauan Kembali

a. Pengertian Peninjauan kembali

Peninjauan kembali merupakan upaya hukum luar biasa untuk melawan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap in krach van guwijsde. Peninjauan kembali diatur dalam Bab XVIII KUHAP mengenai upaya hukum luar biasa Bagian Kedua mengenai peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Sebagaimana dalam rumusan Pasal 263 ayat 1 KUHAP yang menyatakan bahwa terhadap putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari tuntutan hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung. commit to user 21 Rumusan Pasal 263 ayat 1 KUHAP tersebut mempunyai landasan mengenai asas pokok peninjauan kembali yang mana kesatuannya tidak bisa dipisahkan : 1 permintaan peninjauan kembali dapat diajukan hanya terhadap putusan pemidanaan saja; 2 permintaan peninjauan kembali dapat diajukan hanya terhadap putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; 3 permintaan peninjauan kembali dapat diajukan hanya oleh terpidana atau ahlinya saja.

b. Putusan Pengadilan yang dapat Dimintakan Pengajuan Peninjauan

Kembali Ketentuan Pasal 263 ayat 1 KUHAP mengatur bahwa : 1 Dapat diajukan terhadap semua putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Terhadap putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap in krach van guwijsde peninjauan kembali dapat dimintakan kepada Mahkamah Agung. Apabila belum mempunyai kekuatan hukum tetap maka peninjauan kembali tidak dapat diajukan kepada Mahkamah Agung. 2 Dapat diajukan terhadap semua putusan pengadilan. Upaya hukum peninjauan kembali hanya dapat dimintakan terhadap putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. Upaya pengajuan peninjauan kembali dapat diajukan terhadap semua putusan instansi putusan pengadilan. Hal tersebut maksudnya yaitu dapat diajukan pada Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung, asalkan putusan pengadilan tersebut sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. commit to user 22 3 Kecuali terhadap putusan bebas dan lepas dari segala tuntutan hukum. Pengecualian itu dijelaskan sendiri dalam Pasal 263 ayat 1 KUHAP yakni terhadap putusan bebas vrijspraak dan putusan lepas dari segala tuntutan hukum onslag rechts vervolging. Kedua jenis putusan tersebut tidak dapat dimintakan peninjauan kembali, hal ini dimaksudkan sebagai upaya memberikan kesempatan kepada terpidana untuk membela kepentingannya agar dia terlepas dari kekeliruan pemidanaan yang dijatuhkan kepadanya.

c. Pihak yang dapat Mengajukan Permintaan Peninjauan Kembali