Tata Cara Mengajukan Peninjauan Kembali

commit to user 24 b kemudian tentang pernyataan terbuktinya hal atau keadaan itu dijadikan sebagai dasar dan alasan putusan dalam suatu perkara; c akan tetapi dalam putusan perkara lain hal atau keadaan yang dinyatakan terbukti itu saling bertentangan antara putusan yang satu dengan yang lainnya. 3 Apabila terdapat kekhilafan yang nyata dalam putusan Alasan ini dijadikan dasar untuk mengajukan permintaan peninjauan kembali, apabila putusan terdapat dengan jelas atau pun terlihat dengan nyata yakni : kekhilafan hakim, atau kekeliruan hakim. Hakim sebagai manusia biasa tidak luput dari kekhilafan dan kekeliruan. Kekhilafan dan kekeliruan bisa terjadi dalam semua tingkat pengadilan. Pengadilan Negeri sebagai peradilan tingkat pertama, bisa berlanjut pada tingkat banding, dan kekhilafan tingkat pertama dan tingkat banding itu tidak tampak dalam tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung. Padahal tujuan dari tingkat banding maupun kasasi untuk meluruskan dan memperbaiki serta membenarkan kembali kekeliruan yang diperbuat pengadilan yang lebih rendah.

e. Tata Cara Mengajukan Peninjauan Kembali

Berdasarkan Ilmu Hukum Acara Pidana maka pengajuan peninjauan kembali harus memenuhi syarat formil dan syarat materiil sebagaimana ditentukan KUHAP. Kedua syarat ini memerlukan pemahaman yang saksama. Syarat formil bagi pengajuan peninjauan kembali adalah: 1 adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; 2 putusan pengadilan tersebut memuat pemidanaan, artinya bukan putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum; commit to user 25 3 diajukan oleh terpidana atau ahli warisnya; 4 diajukan kepada panitera pengadilan yang telah memutus perkara tersebut dalam tingkat pertama Pasal 263 ayat 2 jo Pasal 264 ayat 1 KUHAP; 5 terpidana atau ahli warisnya, belum pernah mengajukan peninjauan kembali Pasal 268 ayat 3 KUHAP. Syarat-syarat materiil pengajuan peninjauan kembali yang merupakan dasar atau alasan pengajuan peninjauan kembali yang ditentukan undang-undang sebagai berikut: 1 adanya novum yakni bukti atau keadaan baru yang belum pernah diajukan dalam pemeriksaan perkara; 2 adanya 2 dua atau lebih putusan pengadilan yang saling bertentangan; 3 adanya kekeliruankekhilafan hakim secara nyata Pasal 263 ayat 2 KUHAP Leden Marpaung,2000:74 . Tata cara pengajuan peninjauan kembali diatur dalam Pasal 264 KUHAP. Tata cara pengajuan kembali jauh lebih sederhana dibandingkan dengan tata cara mengajukan permohonan kasasi. Adapun tata cara pengajuan permohonan pengajuan peninjauan kembali sebagai berikut : 1 Permintaan diajukan kepada panitera Pemohon mengajukan permintan peninjauan kembali pada panitera pengadilan negeri yang memutus perkara itu dalam tingkat pertama yang selanjutnya akan diteruskan ke Mahkamah Agung. Permintaan peninjauan kembali pada prinsipnya yaitu sebagai berikut : a diajukan secara tertulis; b serta menyebutkan secara jelas alasan-alasan yang mendasari permintaan peninjauan kembali; commit to user 26 c boleh juga diajukan secara lisan, maksudnya adalah apabila pemohon tidak memahami hukum maka permintaan peninjauan kembali yang secara lisan tadi akan dituangkan dan dirumuskan panitera dalam bentuk surat permintaan peninjauan kembali. 2 Panitera membuat akta permintan peninjauan kembali Panitera Pengadilan Negeri yang menerima permohonan permintanan peninjauan kembali mencatat dalam sebuah surat keterangan yang lazim juga disebut “akta permintaan peninjauan kembali”. Akta atau surat keterangan ditandatangani oleh panitera dan pemohon, kemudian akta tersebut dilampirkan dalam berkas perkara. 3 Tenggang waktu mengajukan permintaan peninjauan kembali Pasal 264 ayat 3 KUHAP telah mengatur mengenai tenggang waktu dalam pengajuan peninjauan kembali. Ketentuan ini menetapkan bahwa permintaan peninjauan kembali “tanpa batas waktu”. Tidak ada batas tenggang waktu untuk mengajukan permintaan peninjauan kembali.

f. Pemeriksaan Permintaan di Sidang Pengadilan Negeri