Pengemasan Packaging Quality Assurance Pada Pendistribusian Pangan Fortifikasi

5. Memantau pengaruh dari penyelesaian masalah 6. Pemnarikan kembali produk

4.3 Quality Assurance Pada Pendistribusian Pangan Fortifikasi

Untuk keberhasilan program fortifikasi pangan, pangan fortifikasi harus sampai pada konsumen pada kondisi pertimbangan konsumen dapat diterima ketika selama masih sesuai dengan standar dan norma yang berlaku. Dalam proses perjalanan pangan fortifikasi dari pabrik ke konsumen terdapat sejumlah rintangan yang dapat menurunkan mutu produk. “Shelf life” adalah waktu diantara tanggal produksi dan pengemasan pangan fortifikasi dan tanggal dimana pangan tidak dapat diterima karena kondisi lingkungan. Pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan pangan fortifikasi harus direncanakan dan dipantau untuk mempertahankan “shelf life” produk. Tujuan akhir program fortifikasi pangan adalah untuk meningkatkan konsumsi gizi mikro pangan tertentu pada target populasi. Pelabelan produk sangat penting untuk meyakinkan bahwa pangan fortifikasi dapat dibedakan dari jenis yang tidak di fortifikasi dan member tahu konsumen tentang kandungan gizi dan pangan fortifikasi. Bagian ini membicarakan bahaya untuk mutu dan prosedur Quality Assurance pada 4 critical control point dalam proses distribusi pangan, yaitu :

1. Pengemasan Packaging

Tujuan utama pengemasan pangan fortifikasi adalah untuk menjaga kestabilan kadar gizi mikro dalam produk dan untuk melindungi keutuhan pangan. Gizi mikro dapat berkurang karena pengaruh sinar, oksigen, kelembaban, dan pengaruh suhu. Beberapa contoh berikut menunjukkan baha perubahan suhu berpengaruh pada pangan atau kemasan : Universitas Sumatera Utara Peningkatan suhu 10C diperkirakan terjadi pembusukan produk dua kali lebih cepat. Perubahan suhu yang tiba-tiba dapat menyebabkan kerusakan kemasan, hilangnya kandungan gizi dan gangguan hama. Perubahan fortifikasi berbeda ketahanannya terhadap agen lingkungan. Oleh karena itu, sangat penting mendisain kemasan untuk melindungi pangan dari serangan agen spesifik yang mengancam kestabilannya. Tabel 3.1 menunjukkan beberapa contoh factor lingkungan yang mempengaruhi kestabilan zat gizi dan mutu pangan. Penggunaan bahan kemasan yang ideal mungkin tidak realistis karena tidak ekonomis. Namun demikian pada kenyataannya kemasan harus sedapat mungkin melindungi keberadaan gizi mikro dan mutu pangan fortifikasi. Sebagai contoh, bila pangan fortifikasi sensitf terhadap kelembaban., kemasan seharusnya terdiri dari bahan yang tidak menyerap air. Dalam menyeleksi dan mendesaian kemasan yang tepat, kondisi cuaca juga perlu menjadi bagian pertimbangan. Sebagai contoh, jika cuasa lokal panas dan lembab, kemasan harus melindungi pangan fortifikasi dari keduanya baik panas maupun lembab. Primary packaging kemasan perta adalah kemasan yang berlangsung bersentuhan dengan produk. Secondary packaging kemesan kedua adalah kemesan yang memberi perlindungan tambahan dari lingkungan dan perlakukan kasar. Sebagai contoh, bungkus atau kota kecil dari pangan fortifikasi dapat ditempatkan dalam kotak yang lebih besaryang terbuat dari karton tebal. Spesifikasi kemasan. Penggunaan spesifikasi kemasan untuk meyakinkan bahwa pangan fortifikasi selalu terbungkus baik dan melindungi pangan dari kerusakan yang disebabkan factor lingkungan atau hama. Spesifikasi kemasan harus : Universitas Sumatera Utara Mempunyai ciri melindungi untuk menjaga keutuhan pangan, termasuk mutu gizi pangan fortifikasi. Menjelaskan bahan kemasan primer dan sekunder tentang ukuran, warna dan yang lainnya. Prosedur pengemasan. Sangat penting menetapkan prosedur pengemasan untuk meyakinkan bahwa standar mutu pangan fortifikasi terjamin selam dalam kemasan. Berikut prosedur pengemasan yang dianjurkan : Menjaga bahan kemesan yang belum dipakai bersih dan kering Kemasan bersih, kering, dan baik Periksa kemasan pertama dengan hati-hati sebelum dimasukkan dalam kemasan sekunder Penanganan handling. Setelah pangan fortifikasi dikemas dengan baik, seharusnya ditangani dengan hati-hati. Kesalahan penanganan dapat menyebabkan kerusakan kemesan, yang menyebabkan kerusakan produk, meningkatkan biaya dan meningkatkan resikp didatangi hama serangga. Setelah pangan fortifikasi ditutup dengan kemasan sekunder akan terhindar dari pengaruh panas, kelembaban yang tinggi dan ventilasi yang tidak cukup.

2. Pelabelan Labeling