Fortifikasi Yodium PELAKSANAAN FORTIFIKASI GIZI MIKRO

5.2 Fortifikasi Yodium

Untuk program penanggulan Iodine Deficiency Disorder IDD, di Indonesia dikenal dengan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium GAKY, yodium yang biasa digunakan adalah bentuk Potassium Iodat KIO 3 . Bila suatu negara membutuhkan yodium dalam jumlah besar 30 tontahun, akan lebih murah mengimpor yodium dan dikonversi menjadi KIO 3 . Beberapa negara pemasok potassium iodat adalah Perancis, Jerman, India, Belanda dan Inggris. Yodium dikenak sebagai iodide atau iodat potassium, kalsium, atau sodium. Potassium iodide KI tidak begitu mahal. Tetapi senyawa ini sangat tidak stabil. Senyawa ini dapat dengan mudah jika garam yang diiodisasi berada pada kondisi yang lemabab terkena udara terbuka, sinar matahari, panas¸ tingkat keasaman tinggi, atau masuknya kotoran dalam garam. Hal-hal tersebut menyebabkan potassium iodide teroksidasi yang dikurangi dengan menambahkan stabilizer penstabil seperti sodium tiosulfat dan kalsium hidroksida, dan egen pengering seperti magnesium atau kalsium karbonat. Dalam banyak kasus, potassium iodat KIO 3 adalah senyawa yang disukai karena tahan terhadap oksidasi dan tidak perlu penambahan stabilizer. KIO 3 kurang larut dibandingkan KI dan kurang memungkinkan untuk dipindahkan ke dalam karung. Kalsium iodat juga stabil dalam kotoran garam, tetapi penggunaanya dalam garam makan tidak tersebar luas. Iodida inorganic dengan mudah dan komplet diserap dari usus dan sebagian disimpan dalam kelenjar tirod. Kelebihan yodium akan dikeluarkan melalui ginjal. Zat goitrogen seperti tiosianat dapat menghambat penyerapan yodium oleh kelenjar tiroid. Universitas Sumatera Utara Jumlah yang dianjurkan untuk dikonsumsi bervariasi antara 150 – 200 ghari. Untuk orang dewasa dianjurkan konsumsi sebesar 150 ghari. Untuk ibu hamil perlu tambahan 25 ghari sedangkan ibu menyusui perlu tambahan 50 ghari Lofti, M. dkk 1996 . Dosis iodisasi berbeda di berbagai Negara yaitu berkisar antara 20 – 165 ppm potassium iodat 12 – 100 ppm yodium. Dosis fortifikasi disetiap Negara dapoat berubah setiap waktu, tergantung pada konsumsi rata-rata pangan yang difortifikasi misalyna garam dan kehilangan yodium selama distribusi dan penyimpanan. Perhitungan sampel untuk campuran yodium dalam garam dapat dilihat pada Tabel. 5.3. sedangkan contoh beberapa pangan yang difortifikasi dengan yodium berikut senyawa yang digunakan sebagai fortifikan dapat dilihat pada table 5.4 Tabel 5.3 Perhitungan Sampel Untuk Campuran Yodium Dalam Garam Asumsi kebutuhan yodium 200 ghari dan konsumsi garam 140 ghari Jumlah yodium yang dibutuhkan 200 10 = 20 ghari dari garam atau 20 ppm part per millon Kompensasi untuk kehilangan saat transif dan penyimpanan 20 ppm Level yodisasi yang dibutuhkan : 20 ppm + 20 ppm = 40 ppm 40 x 1,685 a sama dengan 67 ppm KIO 3 a Ratio berat molekul KIO 3 I 2 :2 14 127= 1,685 Sumber : Mannar and Dunn 1995 Secara umum fortifikasi yodium pada level 200 ghari tidak menunjukkan keracunan. Intik yodium lebih dari 2 mghari tidak menunjukkan indikasi fisiologis yang abnormal pada anak-anak. Reaksi alergi terhadap senyawa yodium biasanya Universitas Sumatera Utara disebabkan komponen molekul organik. Reaksi toksit terjadi secara incidental sebagai hasil peningkatan intik yodium setelah dilaksanakan program iodisasi garam. Kasus ini jarang terjadi, bila ada biasanya pada individu dengan penyakitkelainan tiroid tertentu Lotfi, M.dkk., 1996. Table 5.4 Pangan pembawa yang berpotensi untuk diportifikasi dengan yodium Vehicle Fortificant Stability Biovaibility Status Bread Potassium iodate KIO 3 na Good + Brick Tea Iodine na Good na Milk Iodophor ++ Good na + Salt Purified Potassium iodine KI Poor Good + Salt Impure Potassium iodate KIO 3 Fair Good + Sugar Iodine na Good Lab Sweets Iodine na Good Lab Water I2 or KI or KIO 3 na Good + Note + = ongoing; lab = laboratory stage; na = not stated; ++ = this is unintended addition of iodine trough sterilization of cow udders Sumber : Lotfi, M. dkk 1996

5.3 Fortifikasi Zat Besi