Faktor Risiko Yang Dapat Diubah

Budi Darmojo 2001 dalam tulisannya Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hipertensi di Indonesia, melaporkan prevalensi hipertensi pada penduduk 20 tahun ke atas di berbagai daerah mempunyai angka berkisar 5-15, prevalensi terendah terdapat pada suku Lembah Bileam Jaya sedangkan yang tertinggi terdapat ada suku Jawa 11,4. Darmojo, 2001 f. Status sosioekonomi Dinegara-negara yang berada pada tahap pasca-peralihan perubahan ekonomi dan epidemiologi, selalu dapat ditunjukan bahwa tekanan darah dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi rendah. Hubungan yang terbalik itu ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan, penghasilan dan pekerjaan. Akan tetapi dalam masyarakat yang berada dalam masa peralihan dan pra-peralihan dan prevalensi-hipertensi yang lebih tinggi ternyata terdapat pada golongan sosioekonomi yang lebih tinggi. Ini barangkali menggambarkan tahap awal epidemi penyakit kardiovaskuler. Pengalaman pada sebagian besar masyarakat telah menunjukan bahwa peningkatan epidemi berpengaruh pada pembalikan golongan sosial ini Laporan Komisi Pakar WHO, 2001.

2.6.2 Faktor Risiko Yang Dapat Diubah

a. Obesitas Obesitas mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Universitas Sumatera Utara Anak-anak remaja yang mengalami kegemukan cenderung mengalami tekanan darah tinggi hipertensi. Ada dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10 mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7 mmHg. Oleh karena itu, penurunan berat badan dengan membatasi kalori bagi orang-orang yang obes bisa dijadikan langkah positif untuk mencegah terjadinya hipertensi Khomsan, 2003; Sheps, 2005. Berat badan dan indeks Massa Tubuh IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30 memiliki berat badan lebih Nurkhalida, 2003. Pengamatan WHO tahun 1996, menunjukan bahwa kenaikan TDS 2-3 mmHg dan TDD 1-3 mmHg utuk setiap kenaikan 10 kg bobot tubuh. Bagi seseorang yang memiliki lemak bertumpuk pada daerah sekitar pinggang dan perut bentuk buah apel lebih mungkin terkena tekanan darah tinggi bila dibandingkan mereka yang memiliki kelebihan lemak dipaha dan pinggul. Indeks massa tubuh digunakan untuk mengukur kadar kegemukan kombinasi atau perbandingan antara berat badan dan tinggi badan. Dimana dikatakan kurus bila IMT kurang dari 20, berat badan sehat bila IMT 20-25, kawasan peringatan bila IMT 25-27 dan obesitas bila IMT diatas 27 Laporan Komisi Pakar WHO, 2001. Universitas Sumatera Utara b. Konsumsi Garam Reaksi orang terhadap natrium berbeda-beda. Pada beberapa orang, baik yang sehat maupun yang mempunyai hipertensi, walaupun mereka mengkonsumsi natrium tanpa batas, pengaruhnya terhadap tekanan darah sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Pada kelompok lain, terlalu banyak natrium menyebabkan kenaikan darah yang juga memicu terjadinya hipertensi Sheps, 2005. Menurut Alison Hull, penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan volume darah Hull, 1993. Menurut Laporan Komisi Pakar WHO, diet garam dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah dan prevalensi hipertensi. Efek ini diperkuat dengan diet kalium yang rendah. Penurunan diet natrium dari 180 mmol 10,5 gr perhari menjadi 80-100 mmol 4,7-5,8 perhari menurunkan tekanan darah sistolik 4-5 mmHg Laporan Komisi Pakar WHO,2001. c. Kebiasaan Merokok Walaupun merokok bukan sebagai penyebab utama naiknya tekanan darah, tidak perlu diragukan bahwa bobot bukti klinis dan laboratorium menentang kebiasaan itu karena merupakan satu faktor penyokong bagi timbulnya hipertensi Marvyn, 1995. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi Nurkhalida, 2003. Universitas Sumatera Utara Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin adrenalin. Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari. Sheps, 2005. d. Kebiasaan Konsumsi Alkohol Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebihin tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit Hull, 1993 Konsumsi alkohol harus diwaspadai karena survei menunjukkan bahwa 10 kasus hipertensi berkaitan dengan konsumsi alkohol Khomsan, 2003. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan tekanan darah Nurkhalida, 2003. Universitas Sumatera Utara Diperkirakan konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5- 20 dari semua kasus hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol per hari meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali. Bagaimana dan mengapa alkohol meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum-minuman beralkohol berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ lain Bustan, 2007;Sheps, 2005. e. Olahraga Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko menderita kelebihan berat badan Sheps, 2005. Dengan berolahraga secara teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah dan juga dapat mencegah obesitas serta mengurangi asupan garam ke dalam tubuh Dalimartha, 2008. Latihan fisik aerobik sedang secara teratur jalan atau renang selama 30-45 menit 3-4 kali seminggu lebih efektif menurunkan tekanan darah dibandingkan dengan olahtaga berat seperti lari. Latihan fisik isometrik seperti angkat besi dapat meningkatkan tekanan darah dan harus dihindari bagi yang berisiko terkena hipertensi Joewono, 2003. f. Stress Sejumlah penyebab dan akibat tekanan darah tinggi mungkin berhubungan dengan stress. Bentuk stress bisa berupa situasi yang mengancam hidup, masalah bisnis, kecemasan akan kesehatan seseorang atau sekedar ketegangan hidup sehari-hari. Yang terjadi adalah jantung berdenyut lebih kuat dan lebih cepat. Universitas Sumatera Utara Kelenjar seperti tiroid dan adrenalin bereaksi dengan meningkatkan pengeluaran hormon aktif mereka. Kebutuhan otak akan darah juga meningkat. Jantung bereaksi atas tuntutan yang meningkat terhadap darah dari otak dan otot dengan menyediakannya secara lebih cepat. Bentuk stres yang membuat tekanan darah naik selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun akhirnya mengakibatkan suatu komplikasi yang harus diobati Marvyn, 1995.

2.7 Upaya Pencegahan Hipertensi