Pencegahan Sekunder Upaya Pencegahan Hipertensi

Fakta menunjukkan, mengurangi konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan. Peminum berat yang mengubah kebiasaanya menjadi peminum sedang dapat mengalami penurunan tekanan sistolik sebesar 5 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 3 mmHg. Penurunan tekanan darah lebih banyak lagi yaitu sebesar kira-kira 10 mmHg untuk tekanan sistolik dan 7 mmHg untuk tekanan diastolik dapat dicapai bila pengurangan penggunaan alkohol dikombinasikan dengan makanan yang bergizi Sheps, 2005.

2.7.3 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan kepada individu yang memiliki risiko untuk terjadinya hipertensi. Pencegahan sekunder dilakukan dengan pemeriksaan dini untuk mendeteksi adanya hipertensi dan melakukan terapi bukan obat dan terapi obat. Terapi bukan obat dilakukan dengan pengurangan berat badan pasien hipertensi agar lemak yang didalam tubuh tidak menghambat peredaran darah karena adanya penyempitan pada pembuluh darah. Sedangkan terapi obat dilakukan untuk mencegah terjadinya proses penyakit yang lebih lanjut dan komplikasi Sobel, 1996. Pemeriksaan yang lebih teliti perlu ditingkatkan pada organ target untuk menilai komplikasi hipertensi. Identifikasi pembesaran jantung, tanda payah jantung, pemeriksaan funduskopi, tanda gangguan neurologi dapat membantu menegakan diagnosa komplikasi akibat hipertensi Kaplan, 1991. Diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan data anamnese, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan penunjang. Pada 70-80 kasus hipertensi esensial, didapat riwayat hipertensi didalam keluarga, Universitas Sumatera Utara walaupun hal ini belum dapat memastikan diagnosis hipertensi esensial. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar Kaplan dkk., 1991. Beberapa pasien akan memerlukan pemeriksaan penunjang yang lebih kompleks dan dirujuk ke spesialis, contohnya pasien dengan hipertensi maligna, pasien dengan dugaan hipertensi sekunder, pasien dengan masalah terapi atau kegagalannya, dan pasien dengan keadaan khusus misalnya kehamilan Gray dkk, 2002. Pada wanita keterangan mengenai hipertensi pada kehamilan, riwayat persalinan, penggunaan pil kontrasepsi, diperlukan dalam anamnesis. Selain itu data mengenai penyakit penyerta yang timbul bersamaan seperti diabetes melitus, gangguan hyperthyroid, rematik, gangguan ginjal serta faktor risiko terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol, stress dan data obesitas perlu diberitahukan kepada dokter yang memeriksa Riyadina, 2002; Kaplan dkk, 1991. Pemeriksaan yang lebih teliti perlu dilakukan pada organ target untuk menilai komplikasi hipertensi. Identifikasi pembesaran jantung, tanda payah jantung, pemeriksaan funduskopi, tanda gangguan neurologi dapat membantu menegakkan diagnosis komplikasi akibat hipertensi. Pemeriksaan fisik lain secara rutin perlu dilakukan untuk mendapatkan tanda kelainan lain yang mungkin ada hubungan dengan hipertensi Riyadina, 2002; Kaplan dkk, 1991. Pencegahan bagi yang terancam dan menderita hipertensi adalah dengan dilakukan Sobel, 1996 : Universitas Sumatera Utara a. Pemeriksaan berkala : - Pengukuran tekanan darah secara berkala dilakukan tim medis untuk mengetahui apakah menderita hipertensi atau tidak - Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil dengan atau tidak menggunakan obat anti hipertensi b. Pengobatanperawatan - Pengobatan segera dilakukan supaya penderita hipertensi dapat segera dikendalikan penyakit hipertensinya - Menghindari komplikasi dengan menjaga agar tidak terjadinya hiperkolesterolemia, diabetes melitus dan lain lain - Menstabilkan tekanan darah agar penderita hipertensi kualitas hidupnya tidak menurun sehingga mampu beraktivitas dengan baik - Memperkecil efek samping pengobatan supaya tidak timbul penyakit lainnya - Mengobati penyakit pendamping seperti : penyakit diabetes melitus dan penyakit jantung koroner Universitas Sumatera Utara

2.7.4 Pencegahan Tersier