Pendidikan Pekerjaan Karakteristik Penderita Hipertensi Dengan Komplikasi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

Berdasarkan Gambar 5.3, dapat dilihat bahwa proporsi penderita hipertensi dengan komplikasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Kabupaten Deli Serdang tahun 2014 berdasarkan agama tertinggi adalah Islam sebesar 39,4, sedangkan yang terendah adalah Kristen Katholik dan Hindu sebesar 1,0. Agama juga tidak bisa dikatakan merupakan faktor risiko penyebab terjadinya penyakit hipertensi dengan komplikasi karena penyakit hipertensi dengan komplikasi dapat diderita oleh semua pemeluk agama. Hasil penelitian ini banyak terdapat pada agama Islam menunjukkan mayoritas pasien yang datang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang dimana agama Islam merupakan agama yang paling dominan di Kabupaten Deli Serdang 78,2 BPS Deli Serdang, 2010. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rissa Kurnia di Rumah Sakit Umum Kota Padang Panjang Tahun 2002-2006 yang memperoleh proporsi penderita hipertensi berdasarkan agama yang tertinggi adalah Islam yaitu sebesar 100,0 Kurnia, 2007.

d. Pendidikan

Proporsi penderita hipertensi dengan komplikasi berdasarkan sosiodemografi rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Kabupaten Deli Serdang tahun 2014 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Universitas Sumatera Utara Gambar 5.4 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Dengan Komplikasi Berdasarkan Pendidikan Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 Berdasarkan Gambar 5.4, dapat dilihat bahwa proporsi penderita hipertensi dengan komplikasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Kabupaten Deli Serdang tahun 2014 berdasarkan pendidikan tertinggi adalah SDsederajat sebesar 33,7 dan terendah adalah AkademiPerguruan Tinggi sebesar 9,6. Dari hasil penelitian, diketahui penderita hipertensi dengan komplikasi memiliki tingkat pendidikan rendah pada umumnya berjenis kelamin perempuan dan rata-rata berkerja sebagai ibu rumah tangga. Mereka tidak melanjutkan pendidikannya karena dipengaruhi berbagai faktor seperti keadaan status ekonomi, sosial budaya, dan lingkungannya dan keadaan daerah geografis dari daerahnya. Seseorang yang berpendidikan tinggi belum menjamin mempunyai pemahaman dan sikap yang benar karena seseorang berpendidikan tinggi pada umumnya bekerja, sedangkan seseorang berpendidikan rendah belum tentu punya Universitas Sumatera Utara pemahaman dan sikap yang salah karena seseorang berpendidikan rendah mungkin saja mendapat informasi dari pendidikan formal dan informal Putra, 2010. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lastiar Silitonga Silitonga di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea tahun 2005-2007 yang memperoleh proporsi penderita hipertensi berdasarkan pendidikan yang tertinggi adalah SDsederajat yaitu sebesar 43.8 Silitonga, 2009.

e. Pekerjaan

Proporsi penderita hipertensi dengan komplikasi berdasarkan sosiodemografi rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Kabupaten Deli Serdang tahun 2014 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Dengan Komplikasi Berdasarkan Pekerjaan Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 Berdasarkan Gambar 5.5, dapat dilihat bahwa proporsi penderita hipertensi dengan komplikasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Universitas Sumatera Utara Kabupaten Deli Serdang tahun 2014 berdasarkan pekerjaan tertinggi adalah Ibu Rumah Tangga sebesar 40,4 dan terendah adalah Petani sebesar 12,5. Hasil penelitian ini berkaitan dengan jenis kelamin dimana hasil yang paling banyak menderita hipertensi tertinggi pada perempuan sebesar 56,7 dan usia ≥40 tahun sebesar 97,6 dimana pada kelompok usia ini, perempuan sudah memasuki masa menopause yang dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi meningkat dikarenakan produksi hormon estrogen menurun. Perempuan yang tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga berisiko lebih tinggi menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan yang bekerja. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya aktivitas yang dilakukan ibu rumah tangga , dimana kebanyakan hanya berdiam diri dirumah dengan rutinitas yang membuat suntuk. Berbeda dengan ibu yang bekerja, justru lebih banyak aktivitasnya dan menyempatkan waktu untuk melakukan olahraga. Selain itu, biasanya ibu yang bekerja lebih aktif daripada ibu yang tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Individu yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50 dari individu yang aktif Angrina dkk, 2011. Kehidupan modern membuat orang jadi malas bergerak, waktu dihabiskan dengan menonton TV atau bekerja dimeja makan hingga setiap hari. Begitu juga dengan penderita hipertensi yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, karena sibuk dengan pekerjaan rumah tangga membuat ibu menjadi malas. Setelah pekerjaan selesai ibu lebih banyak berdiam dirumah dengan menonton TV, memakan makanan mengemil tidak sesuai diet, tidur siang yang terlalu lama, dan jarang Universitas Sumatera Utara melakukan olahraga sehingga pelaksanaan diet hipertensi tidak berjalan dengan semestinya. Tingkat stress juga mendukung terjadinya hipertensi untuk kalangan ibu rumah tangga, dimana masalah keluarga dan masalah finansial menjadikan tekanan darah meningkat secara abnormal. Hasil ini didukung hasil dari tabulasi silang antara variabel pekerjaan dengan derajat hipertensi, dimana didapatkan proporsi tertinggi adalah ibu rumah tangga dengan derajat 2 sebesar 66,7. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ganda Sigalingging di Rumah Sakit Umum Herna tahun 2011, yang memperoleh jumlah penderita hipertensi tertinggi pada Ibu Rumah Tangga sebesar 50,0 Sigalingging, 2012.

f. Status Perkawinan