Halo Effect Central Tendency Leniency Strictness Biases Pustakawan Pelaksana Golongan II b-II d, meliputi: Pustakawan Pelaksana Lanjutan Golongan III a-III b, meliputi:

23

a. Halo Effect

Terjadi jika perasaanpendapat pribadi si penilai dilibatkan dalam penilaian karyawan, biasanya pada saat penilai harus mengevaluasi sahabat atau orang yang tidak disukai. Penilai rater yang baik harus bersifat netral dalam penilaian. Pengawasan pelaksanaan penilaian dapat mengurangi masalah ini.

b. Central Tendency

Terjadi jika penilai tidak berani memberi nilai rendah atau tinggi, sehingga nilai yang diberikan cenderung di tengah-tengah rata- rata.

c. Leniency Strictness Biases

Leniency dihasilkan jika penilai cenderung memberikan nilai yang tinggi terhadap karyawan dinilai. Sedangkan strictness biases terjadi jika penilai cenderung memberikan nilai rendah kepada karyawan.

d. Recency Effect

Penilai menggunakan ukuran subjektif. Pada saat penilaian, cenderung dipengaruhi oleh tindakan karyawan yang terakhir dan paling diingat, sehingga tindakan- tindakan dan kejadian pada masa lalu dianggap tidak ada. Untuk mengatasi permasalahan yang timbul saat penilaian prestasi kerja karyawan, Sirait 2006, 155 mengemukakan 3 tiga cara dalam meminimalisir pengaruh masalah tersebut : 1. Memahami masalah yang dihadapi, hal ini membantu untuk mencegah datangnya permasalahan itu sendiri. 2. Memilih alat penilaian prestasi kerja yang tepat. 3. Latih pengawas supervisor dan penilai rater untuk menghilangkan kesalahan- kesalahan penilaian. Latihan untuk penilai menyangkut tiga hal, yaitu : a. Bias biases dan penyebabnya harus dijelaskan. b. Peranan penilaian prestasi kerja harus dijelaskan, bahwa hal penilaian ditujukkan untuk hal- hal yang objektif. c. Penilai harus mempraktekkan dalam bentuk latihan penilaian. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hambatan penilain prestasi kerja merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh seorang penilai, dimana seorang penilai harus dapat mengetahui dan harus dapat mengatasi masalah- masalah yang dihadapinya. Universitas Sumatera Utara 24

2.2.5 Indikator Penilaian Prestasi Kerja

Penilaian prestasi kerja harus memiliki indikator tertentu mengenai sifat dan karakteristik kerja karyawan yang dapat diukur measureable. Menurut Mathis dan Jackson 2006, 378 dalam terjemahannya terdapat beberapa indikator dalam mengukur prestasi kerja karyawan yaitu : 1. Kualitas kerja Meliputi segi ketelitian dan kerapihan kerja, kecepatan penyelesaian pekerjaan, ketepatan waktu dan kecakapan. 2. Kuantitas kerja Merupakan kemampuan secara kuantitaif dalam mencapai target atau basil kerja atas tugas-tugas, seperti kemampuan menyusun rencana, kemampuan melaksanakan perintahinstruksi. 3. Kehadiran Adalah aktifitas para karyawan di dalam kegiatan rutin kantor maupun acara-acara lain yang ada kaitannya dengan kedinasan. 4. Kerjasama Yaitu kemampuan karyawan dalam melakukan kerjasama dengan setiap orang baik vertikal maupun horisontal. Sedangkan menurut Moeheriono 2009, 106 dalam mengimplementasikan penilaian prestasi kerja, langkah terpenting adalah menentukan variabel penilaian. Variabel penilaian yang diukur dalam proses penilaian prestasi, yaitu : 1. Hasil kerja Pencapaian hasil kerja atau target karyawan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. 2. Kerjasama Kesediaan karyawan untuk berhubungan dan bekerjasama, secara vertikal maupun horizontal dalam menyelesaikan pekerjaan. 3. Sikap kerja work attitude Sikap karyawan dalam bekerja, semangat kerjanya serta motivasi yang timbul di dalam individu karyawan. 4. Disiplin kerja Sikap karyawan yang mematuhi peraturan perusahaan dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh atasan. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kinerja merupakan output dari penggabungan faktor-faktor yang penting yakni kemampuan dan minat, Universitas Sumatera Utara 25 penerimaan seorang pekerja atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi faktor-faktor di atas, maka semakin besarlah kinerja karyawan yang bersangkutan.

2.3 Pustakawan

Pustakawan adalah orang yang bergerak di bidang perpustakaan atau ahli perpustakaan. Menurut kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia IPI bahwa yang disebut pustakawan adalah “Seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dimiliki melalui pendidikan”. Sedangkan menurut kamus istilah perpustakaan karangan Lasa, HS “Pustakawan, penyaji informasi adalah tenaga profesional dan fungsional dibidang perpustakaan, informasi maupun dokumentasi”. Menurut UUD RI Nomor 43 Tahun 2007, “Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan”. Aziz 2006, 44 mengemukakan bahwa, “Pustakawan merupakan tenaga profesi dalam bidang informasi, khususnya informasi publik, informasi yang disediakan merupakan informasi publik melalui lembaga kepustakawanan yang meliputi berbagai jenis perpustakaan”. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara PER MENPAN No. 9 tahun 2015 , menyatakan bahwa: Universitas Sumatera Utara 26 Pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya. Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

2.3.1 Jabatan Fungsional Pustakawan

Jabatan fungsional Pustakawan pertama kali diatur dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara KEP MENPAN No. 18 tahun 1988 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya yang menyatakan jabatan fungsional pustakawan terdiri dari pustakawan tingkat terampil dan pustakawan tingkat ahli. Dengan jabatan fungsional yang berbeda maka berbeda pula tugas yang diemban tiap-tiap pustakawan. Sejak Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur NegaraKEP MENPAN No. 18 tahun 1988 diterbitkan, dalam pelaksanaanya dilapangan ada beberapa kendala yang di jumpai oleh pustakawan antara lain bobot angka kredit persatuan kegiatan dari butir-butir kegiatan yang dirasakan terlalu rendah, jenis dan jumlah butir kegiatan pustakawan yang tercakup dalan keputusan tersebut juga dianggap masih kurang. Untuk mengatasi kendala tersebut kantor MENPAN bersama Perpustakaan Nasional berupaya menyempurnakan menata kembali keputusan tersebut dengan menerbitkan keputusan MENPAN Nomor 33 tahun 1998 tentang jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya. Jabatan fungsional pustakawan dibedakan dalam dua kelompok yaitu asisten pustakawan dan pustakawan. Seiring Universitas Sumatera Utara 27 dengan keluarnya Keputusan Presiden No. 87 tahun 1999, nama jabatan fungsional pustakawan juga perlu disesuaikan kembali berdasarkan ketentuan yang diatur dalam KEPPRES tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, terbit keputusan MENPAN No. 132 tahun 2002 tentang jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya yang mengatur kembali tentang tim penilai, nama jabatan dan lain-lain yang berhubungan seperti pembebasan sementara dan pemberhentian dari jabatan. Kemudian direvisi kembali sehingga terbitlah Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi PERMENPAN Nomor 9 tahun 2015 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya mengalalami perubahan, yaitu: 1. Kepmenpan Nomor 33 tahun 1988 tentang jabatan fungsional pusakawan dan angka kreditnya 2. Kepmenpan Nomor 132 tahun 2002 tentang jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya 3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 tahun 2015 tentang jabatan funsionaal pustakawan dan angka kreditnya Jabatan fungsional pustakawan mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melaksanakan kegiatan kepustakawan. Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 tahun 2015 menyatakan bahwa: Pustakawan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan di bidang kepustakawan yang meliputi, pengelolaan perpustakaan, pelayanan perpustakaan, pengembangan sistem kepustakawan. Selain tugas pokok juga mempunyai tugas lain, yaitu pengembangan profesi dan tugas penunjang. Universitas Sumatera Utara 28 Tugas pokok pustakawan yaitu melaksanakan kegiatan dibidang kepustakawanan diatur pada bab II, bagian ketiga, pasal 4 yaitu: 1. Pengelolaan Perpustakaan Kegiatan yang meliputi perencanaan, monitoring, dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan perpustakaan. 2. Pelayanan Perpustakaan Kegiatan memberikan bimbingan dan jasa perpustakaan dan informasi kepada pemustaka meliputi pelayanan teknis dan pelayanan pemustaka 3. Pengembangan Sistem Kepustakawanan Pengembangan sistem kepustakawanan tingkat ahli meliputi kegiatan menyempurnakan sistem kepustakawan yang meliputi pengkajian kepustakawan, pengembangan kepustakawanan, penganalisian pengkritisian karya pustakawan, dan penelaahan pengembangan sistem kepustakawanaan. Pengembangan sistem kepustakawanan pustakawan tingkat terampil meliputi kegiatan menyempurnakan sistem kepustakawanan yang meliputi sosialisasi dan promosi perpustakaan. Rincian kegiataan pustakawan menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur NegaraPER MENPAN No. 9 tahun 2015 adalah: 1. Rincian kegiatan Pustakawan Tingkat Terampil sesuai jenjang jabatan:

a. Pustakawan Pelaksana Golongan II b-II d, meliputi:

1. Mengumpulkan data untuk persiapan perencanaan penyelenggaraan perpustakaan 2. Menghimpun alat seleksi bahan perpustakaan 3. Mengidentifikasi bahan perpustakaan untuk pengadaan 4. Membuat desiderata 5. Meregistrasi bahan perpustakaan 6. Menyusun daftar tambahan bahan perpustakaan accession list 7. Memverifikasi data bibliografi 8. Melakukan katalogisasi deksriptif salinan 9. Melakukan alih data bibliografi secara manual 10. Melakukan alih data bibliografi secara elektronik 11. Membuat kelengkapan bahan perpustakaan 12. Mengeluarkan koleksi perpustakaan dari jajaran koleksi dalam rangka pelestarian 13. Merawat koleksi perpustakaan bersifat pencegahan 14. Mereproduksi koleksi perpustakaan dalam bentuk tercetak 15. Mengelola jajaran koleksi perpustakaan shelving 16. Melakukan layanan peminjaman dan pengembalian koleksi, dan 17. Melakukan layanan perpustakaan keliling. Universitas Sumatera Utara 29

b. Pustakawan Pelaksana Lanjutan Golongan III a-III b, meliputi:

1. Mengolah data untuk persiapan perencanaan penyelenggaraan perpustakaan 2. Menyusun rencana kerja operasional sebagai pesertaanggota 3. Melakukan monitoring penyelenggaraan Perpustakaan 4. Melakukan katalogisasi deksriptif tingkat satu 5. Mengelola data bibliografi dalam bentuk kartu katalog 6. Mengelola data bibliografi dalam bentuk basis data 7. Membuat kliping 8. Mengidentifikasi kerusakan koleksi perpustakaan 9. Merawat koleksi perpustakaan bersifat penanganan 10. Mereproduksi Koleksi perpustakaan dalam bentuk elektronik 11. Menyediakan koleksi di tempat 12. Melakukan layanan bahan pandang dengar 13. Melakukan layanan story telling 14. Membuat statistic perpustakaan 15. Menyusun materi publisitas berbentuk poster, spanduk, pembatas buku stiker, dan sejenisnya 16. Menyelenggarakan pameran sebagai penata pameran, dan 17. Menyelenggarakan pameran sebagai pemandu pameran di dalam negeri.

c. Pustakawan Penyedia III c- III d, meliputi: