Platform Gerakan Kohati Peran Kader Perempuan Dalam Organisasi

c Latihan Kader III Advanced Training Latihan Kader III LK III adalah jenjang pembinaan dan pengembangan kader dalam memformulasikan gagasan-gagasan kreatifnya konsepsional dan operasional dan dalam mengantisipasi berbagai persoalan keumatan sehingga yang akhirnya mampu memberi solusi alternatif pada rekayasa masa depan umat. Atas dasar tersebut maka LK III diformat dalam bentuk eksperimentasi. Eksperimentasi ini dapat berupa penelitian maupun simulasi lapangan. Materi yang hadir hanya untuk membangkitkan memori peserta atas pembacaan mereka terhadap lingkungan sekitar sebagai dasar lahirnya gagasan-gagasan perubahan. LK III bertujuan agar mampu memberikan solusi konkrit ditengah permasalahan yang ada di masyarakat. Kohati dengan status semi otonomnya membangun sistem pengkaderannya sendiri yang dirangkum dalam pola pembinaan Kohati. Training formal Kohati adalah Latihan Khusus Kohati LKK dan dilengkapi dengan training non formal juga di setiap kepengurusan. Bahkan untuk meningkatkan kualitas kader perempuannya, setiap kader HMI Wati wajib mengikuti LK I, di mana dalam LK I diselipkan materi khusus tentang Kohati dan gerakan perempuan. Tujuannya adalah pengenalan lembaga khusus Kohati saat memasuki pintu awal pengkaderan HMI. Latihan Khusus Kohati adalah training formal dalam lembaga Kohati yang memberi muatan-muatan tentang kepemimpinan dan lembaga Kohati. Untuk dapat menjadi seorang pengurus Kohati Badko, setidaknya seorang kader harus sudah menjalani LK I, LK II dan LKK. Dengan mengenal kader maka kemudian Kohati sebagai salah satu badan khusus tempat kader dapat mengembangkan potensi dirinya terutama dalam persoalan keperempuanan.

B. Platform Gerakan Kohati

Platform gerakan Kohati merupakan bentuk-bentuk landasan dari gerakan Kohati itu sendiri. Gerakan Kohati adalah tindakan bersama secara sadar dan terorganisir sebagai akselerasi pencapaian tujuan HMI dengan meningkatkan kapasitas, kualitas dan peranan HMI Wati yang bertujuan untuk terbinanya muslimah HMI Wati yang berkualitas insan cita. Berbicara tentang platform gerakan Kohati adalah berbicara tentang landasan umum suatu komunitas yang memiliki basis mahasiswi Islam dengan banyak agenda. Di samping platform gerakan juga berbicara tentang suatu paradigma, yaitu mengarahkan sudut pandang masyarakat akademis. Paradigma dianggap penting bagi suatu gerakan organisasi untuk mempengaruhi aspek gerak maupun aspek pemikiran HMI-Wati secara berkesinambungan Universitas Sumatera Utara sejalan dengan proses terbentuknya sejarah HMI yang tidak terpisahkan dengan visi ke- Islaman, keintelektualan dan ke-Indonesian. Kohati sebagai lembaga yang ada di HMI memiliki peran aktif dan strategis untuk menyikapi permasalahan perempuan, salah satunya adalah permasalahan sosial yaitu ketidakadilan maupun diskriminasi yang banyak menimpa kaum perempuan di dalam masyarakat. Dengan demikian persoalan keperempuanan yang merupakan masalah sosial, harus mendapatkan perhatian khusus dari HMI untuk merealisasikan cita-citanya. Untuk menjawab permasalahan tersebut, Kohati membentuk dasar kebijakan dalam gerakannya agar gerakan yang dilakukan dapat tercapai dengan baik. Inti dari gerakan itu menuntut kaum perempuan untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan memiliki keterampilan yang memadai. Isu utama main issue yang hendak ditawarkan sebagai wacana gerakan Kohati adalah : Ke-Islaman, Kesejahteraan, Pemberdayaan Empowerment, Egalitarianisme dan Demokrasi, Etikamoralitas masyarakat. 51 1. KeIslaman a Mengkaji ayat-ayat al-Qur’an dan hadist yang membahas tentang perempuan. b Menyikapi adanya pemahaman isu keperempuanan dalam perspektif Islam keperempuanan yang mengatasnamakan Islam yang keluar dari jalur hukum Islam untuk mengantisipasi pemahaman-pemahaman yang merusak umat dihapuskan c Kajian tentang fiqih nisa 2. Kesejahteraan a Penanganan Iost Generation rendahnya kualitas hidup masyarakat. Adanya Iost Generation dimana ibu-ibu hamil dan menyusis, serta anak yang tidak mendapat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, maka seyogyanya Kohati mentikapi masalah ini dengan tindakan nyata. Koahti melakukan kerjasama dengan instansi pemerintah, ormas, LSM dan lain-lain. Kampanye publik seperti gerakan sayang ibu, kesehatan reproduksi, hak-hak reproduksi perempuan dengan pendekatan ke-Islaman , kampanye hak anak. b Pembuatan kegiatan yang bernilai produktif. 3. Pemberdayaan Empowerment a Pemberdayaan perempuan dalam menghapuskannya dari ketergantungan psikis, ekonomis maupun politis. 51 Pedoman Dasar Kohati hlm.9 Universitas Sumatera Utara b Pemberdayaan perempuan di bidang politik. Membangun partisipasi politik dan meningkatkan posisi tawar bargaining position perempuan dalam politik. c Memberdayakan perempuan untuk mampu mengadvokasi terhadap pelanggaran hak azasi perempuan khususnya dan masyarakat pada umumnya. 4. Egalitarianisme dan Demokrasi a Pressure secara aktif terhadap produk hokum yang diskriminatif terhadap perempuan. b Mendobrak tirani budaya diskriminatif pendidikan bagi perempuan, baik formal maupun non-formal. 3. Etika Moralitas Masyarakat a Mewujudkan iklim yang kondusif bagi partisipasi aktif perempuan dalam proses politik dan ketatanegaraan. b Menumbuhkan jiwa kompetisi bagi perempuan secara professional dengan tetap memegang asas meritokrasi kesamaan memperoleh kesempatan.

C. Peran Kohati Badko HMI Sumut dalam Peningkatan Pemberdayaan Perempuan