maka diperlukan kebijakan mengenai peran yang akan dijalankan melalui program kerja yang hasilnya diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ada serta mengembangkan
potensi dalam diri perempuan. Agar dapat menjalankan perannya dengan baik, kader Kohati dituntut untuk
memahami dirinya sebagai perempuan. Untuk tujuan tersebut, Kohati memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk membentuk dan membina seluruh kader-kadernya agar dapat
mengerti dan mengetahui perannya sebagai perempuan. Lebih jauh, seluruh kader Kohati dituntut memahami dengan seksama apa yang menjadi kewajiban, hak dan tanggung
jawabnya sebagai perempuan.
A. Fungsi dan Peran Kohati
Fungsi Kohati yaitu sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi kader HMI dalam wacana dan dinamika pergerakan keperempuanan. Ditingkat internal HMI
berfungsi sebagai bidang keperempuanan, ditingkatan eksternal HMI berfungsi sebagai organisasi perempuan. Kohati sebagai badan khusus HMI, mempunyai tugas dan tanggung
jawab dalam mengkoordinir potensi HMI Wati dalam melakukan akselerasi tercapainya tujuan HMI dalam mengembangkan wacana keperempuanan.
Dunia keperempuanan yang menjadi lahan kerja Kohati adalah pembinaan sebagai anggota HMI, yaitu HMI Wati. Pembinaan tersebut diarahkan pada pembinaan akhlak,
intelektual, keterampilan, kepemimpinan, keorganisasian, keluarga yang sejahtera serta beberapa kualitas lain yang menjadi kebutuhan anggotanya. Maksud pembinaan tersebut
adalah mempersiapkan kader HMI Wati yang mampu berperan secara optimal sebagai pencetak muslimah yang memperjuangkan nilai-nilai keIslaman dan keIndonesiaan. Hal
tersebut sesuai dengan peran Kohati yang tertuang dalam Pedoman Dasar Kohati, yaitu: “Kohati berperan sebagai pencetak dan pembina muslimah sejati untuk menegakkan dan
mengembangkan nilai-nilai keIslaman dan keIndonesiaan”.
47
Konsep analisa fungsi dan peranan Kohati adalah sebagai berikut:
48
1. Fungsi sebagai pemudi atau putri, Kohati dituntut untuk tumbuh menjadi putri islam
yang berpendidikan tinggi
47
Pedoman Dasar Kohati BAB I Pasal 7
48
Ibid
Universitas Sumatera Utara
2. Fungsi sebagai istri, Kohati dituntut untuk tumbuh menjadi istri- istri yang bijaksana,
kekasih suami yang serba bisa 3.
Fungsi sebagai ibu rumah tangga, Kohati dituntut untuk menjadi ibu ibu yang bisa membina anak-anaknya menjadi insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bertakwa
kepada Allah SWT 4.
Fungsi sebagai anggota masyarakat, Kohati dituntut untuk menjadi wanita-wanita dinamis, kreatif dan sadar bahwa ia adalah masyarakat yang mempunyai tanggung
jawab terhadap pembangunan bangsa dan negaranya. Oleh karena itu Kohati berfungsi sebagai akselerator pengkaderan bagi HMI Wati.
Sebagai wadah Kohati tentunya merupakan alat pencapaian tujuan HMI oleh karenanya keberhasilan Kohati sangat ditentukan oleh anggotanya. Dengan didukung perangkat dan
mekanisme organisasi HMI. Oleh karena itu sebagai strategi perjuangan HMI, Kohati berfungsi sebagai organisasi perempuan. Sebagai fasilitator, Kohati memiliki perangkat-
perangkat pembinaan berupa pedoman dan jaringan informasi pemanfaan perangkat- perangkat tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas aparat organisasi.
49
1. Aspek Internal
Kohati berperan sebagai pencetak dan pembina muslimah sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai keIslaman dan keIndonesiaan. Agar kader HMI Wati mampu
berperan secara optimal sebagai pencetak muslimah yang memperjuangkan nilai-nilai tersebut. Kohati mempunyai tanggung jawab moral yang besar dalam menjabarkan dan
menyahuti komitmen HMI di bidang keperempuanan, dalam arti yang luas yaitu menyangkut aspek pengembangan potensi perempuan dalam konteks sosial kemasyarakatan seperti
potensi intelektual, potensi kepemimpinan, potensi moral dan lainnya. Operasionalisasi dan fungsi tersebut diwujudkan dalam dua aspek pembagian kerja Kohati yaitu:
Dalam hal ini Kohati menjadi wadah media latihan bagi para HMI Wati untuk membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi serta kualitasnya dalam bidang
keperempuanan, khususnya menyangkut kodrat kemanusiaannya sebagai seorang
49
Maria Ulfah. 2011. Peran Kohati Cabang CIputat Periode 1970-1980 dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Intelektual Mahasiswa IAIN Jakarta
. http:repository.uinjkt.ac.iddspacebitstream123456789214911MARIA20ULFAH-FAH.PDF diakses 23 Desember
2013 pukul 20.59 WIB
Universitas Sumatera Utara
perempuan, dan bidang sosial kemasyarakatan umumnya melalui pendidikan, penelitian dan pelatihan serta aktifitas-aktifitas lain dalam kepengurusan HMI.
2. Aspek Eksternal
Dalam hal ini Kohati merupakan pembawa misi HMI di setiap forum-forum keperempuanan. Kehadiran Kohati dalam forum itu tentunya semakin memperluas
keberadaan HMI di semua aspek dan level kehidupan. Secara khusus bagi kader HMI Wati, keterlibatan pada dunia eksternal merupakan pengembangan dari kualitas
pengabdian masyarakat yang dimilikinya. Dengan kata lain fungsi Kohati adalah wadah aktualisasi dan pemacu seluruh potensi perempuan khususnya HMI Wati,
untuk mengejar kesenjangan yang ada serta mendorong HMI Wati untuk berinteraksi secara optimal dalam setiap aktivitas HMI serta menjadikan ruang gerak HMI dalam
masyarakat menjadi lebih luas.
50
1. Training Formal
Kader HMI, termasuk di dalamnya kader Kohati, adalah anggota HMI yang telah melalui proses pengkaderan sehingga memiliki ciri kader tersendiri dan memiliki integritas
kepribadian yang utuh : Beriman, Berilmu dan Beramal Shaleh sehingga siap mengemban tugas dan amanah kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam
mencapai kualitas kader seperti itu, harus dilakukan metode-metode atau proses pembentukan kader yang dimaktubkan secara formal untuk kemudian dijalankan. Proses pembentukan
kader merupakan sekumpulan aktifitas pengkaderan yang terintegrasi dalam upaya mencapai tujuan HMI. Proses-proses ini tertuang dalam Hasil-hasil Kongres Konstitusi HMI yang
disepakati secara nasional, yakni Latihan Kader. Pelatihan training adalah salah satu media pengkaderan yang masih dianggap efektif
untuk melahirkan kader-kader yang berkualitas. Pelatihan adalah roda utama dalam berjalannya regenerasi sebuah organisasi. Adapun jenis training yang terdapat dalam HMI
adalah Training Formal dan Training In-Formal.
Training formal adalah training berjenjang yang diikuti oleh anggota, dan setiap jenjang merupakan prasyarat untuk mengikuti jenjang selanjutnya. Training formal
HMI terdiri dari : Latihan Kader I Basic Training, Latihan Kader II Intermediate Training, Latihan Kader Ill Advence Training.
50
Draft Musyawarah Nasional Korps HMI WATI XIX. Optimalisasi Peran Kohati Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI. hlm.93
Universitas Sumatera Utara
2. Training In-Formal
Training In-Formal adalah training yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pernahaman dan profesionalisme kepemimpinan serta keorganisasian anggota.
Training ini terdiri dari PUSDIKLAT Pimpinan HMI, Pelatihan Instruktur Senior Course, Latihan Khusus Kohati, Up-Grading Kepengurusan, Up-Grading
Kesekretariatan, Pelatihan Kekaryaan dan lain sebagainya. Latihan kader merupakan pengkaderan HMI yang dilakukan secara sadar, terencana,
sistematis dan berkesinambungan serta memiliki pedoman dan aturan yang baku secara rasional dalam rangka mencapai tujuan HMI. Latihan ini berfungsi memberikan kemampuan
tertentu kepada para pesertanya sesuai dengan tujuan dan target pada masing-masing jenjang latihan. Latihan kader merupakan media pengkaderan formal HMI yang dilaksanakan secara
berjenjang serta menuntut persyaratan tertentu dari pesertanya, pada masing-masing jenjang latihan ini menitikberatkan pada pembentukan watak dan karakter kader HMI melalui
transfer nilai, wawasan dan keterampilan serta pemberian rangsangan dan motivasi untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Latihan kader terdiri dari 3 tiga jenjang, yaitu: Latihan
Kader I Basic Training, Latihan Kader II Intermediate Training dan Latihan Kader III Advance Training.
a Latihan Kader I Basic Training
Latihan Kader I LK I merupakan sebuah langkah awal atau pintu masuk yang harus diikuti untuk menjadi kader organisasi HMI ini. Di dalamnya dijelaskan materi
tentang keHMIan, keIndonesiaankebangsaan, dan keagamaan. Ketiga materi menjadi sangat penting untuk diketahui dan dipahami oleh seorang kader. LK I bertujuan
untuk mengembangkan potensi kreatif mahasiswa agar memiliki kesadaran berproses menjadi seorang muslim dan mempertegas jati diri sebagai mahasiswa. LK I
bertujuan untuk membentuk sikap dan mental kader-kader HMI agar mampu menyikapi permasalahan yang ada di sekitarnya.
b Latihan Kader II Intermediate Training
Latihan Kader II LK II merupakan tingkat lanjut yang merupakan media aktualisasi dan pengembangan potensi kreatif secara mandiri dengan berpedoman pada nilai
dasar keIslaman untuk menumbuhkan analisis dalam merespon persoalan keumatan dengan ketegasan sikap. LK II bertujuan untuk menunjang cakrawala berpikir bagi
setiap kader-kader HMI.
Universitas Sumatera Utara
c Latihan Kader III Advanced Training
Latihan Kader III LK III adalah jenjang pembinaan dan pengembangan kader dalam memformulasikan gagasan-gagasan kreatifnya konsepsional dan operasional dan
dalam mengantisipasi berbagai persoalan keumatan sehingga yang akhirnya mampu memberi solusi alternatif pada rekayasa masa depan umat. Atas dasar tersebut maka
LK III diformat dalam bentuk eksperimentasi. Eksperimentasi ini dapat berupa penelitian maupun simulasi lapangan. Materi yang hadir hanya untuk membangkitkan
memori peserta atas pembacaan mereka terhadap lingkungan sekitar sebagai dasar lahirnya gagasan-gagasan perubahan. LK III bertujuan agar mampu memberikan
solusi konkrit ditengah permasalahan yang ada di masyarakat. Kohati dengan status semi otonomnya membangun sistem pengkaderannya sendiri
yang dirangkum dalam pola pembinaan Kohati. Training formal Kohati adalah Latihan Khusus Kohati LKK dan dilengkapi dengan training non formal juga di setiap
kepengurusan. Bahkan untuk meningkatkan kualitas kader perempuannya, setiap kader HMI Wati wajib mengikuti LK I, di mana dalam LK I diselipkan materi khusus tentang Kohati dan
gerakan perempuan. Tujuannya adalah pengenalan lembaga khusus Kohati saat memasuki pintu awal pengkaderan HMI. Latihan Khusus Kohati adalah training formal dalam lembaga
Kohati yang memberi muatan-muatan tentang kepemimpinan dan lembaga Kohati. Untuk dapat menjadi seorang pengurus Kohati Badko, setidaknya seorang kader harus sudah
menjalani LK I, LK II dan LKK. Dengan mengenal kader maka kemudian Kohati sebagai salah satu badan khusus tempat kader dapat mengembangkan potensi dirinya terutama dalam
persoalan keperempuanan.
B. Platform Gerakan Kohati