B. Perumusan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah “Bagaimana peran kader perempuan dalam organisasi HMI Sumatera Utara”.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi faktor
mana saja yang termasuk ke dalam masalah penelitian dan faktor mana saja yang tidak. Maka untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan menghasilkan
uraian yang sistematis diperlukan adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti oleh penulis yaitu: penelitian ini mengkaji tentang bagaimana peran
perempuan dalam Kohati Badko HMI Sumut.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran perempuan dalam Kohati Badko HMI Sumut.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai karya ilmiah dalam upaya mengembangkan kompetensi penulis serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi program strata satu S1 Departemen Ilmu Politik FISIP USU. 2.
Secara teoritis penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran mengenai peran perempuan dalam organisasi.
3. Hasil pemikiran ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangsih bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah khazanah ilmu pengetahuan, serta dapat menjadi referensi bagi Departemen Ilmu Politik FISIP USU.
Universitas Sumatera Utara
F. Kerangka Teori
F.1 Peran Pengertian peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi ketentuan dan harapan peran yang menerangkan apa yang
individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan- harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
6
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata peran diartikan sebagai pemain sandiwara atau film dan tukang lawak pada permainan makyong.
7
Namun KBBI menambahkan keterangan pada tema peran sebagai “perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang
yang berkedudukan di masyarakat”. Jika dibawa ke dalam lingkup kehidupan bermasyarakat, maka peran ialah sesuatu yang melekat pada kedudukan manusia sebagai makhluk sosial; ia
diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan tuntutan yang melekat pada kedudukannya tersebut. Dari sinilah kemudian muncul istilah dalam bahasa Inggris role expectation-harapan
mengenai peran seseorang dalam kedudukannya.
8
Peran merupakan kesadaran yang tumbuh dari dalam untuk berpartisipasi atau ikut serta untuk menyumbangkan segala kemampuan pikir dan fisik demi sebuah kemajuan.
Karena itu peran selalu melahirkan kepekaan untuk-misalnya-mengetahui apa yang dirasakan keluhan dan harapan orang-orang di sekitarnya. Jadi, peran bukan soal hak dan kewajiban
namun lebih merupakan tanggung jawab individual yang terkait dengan harapan dan norma dimana seseorang dituntun kesadarannya untuk memenuhinya sehingga ia menjadi manusia
yang bermanfaat bagi sesamanya. Peran memungkinkan para aktor yang bermain di panggung kehidupan dapat bermain
sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh budaya. Harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu, misalnya sebagai dokter, mahasiswa, wanita dan lain sebagainya diharapkan agar berperilaku sesuai dengan peran
tersebut.
6
Friedman, Marilyn M.1998. Family Nursing. Theory Practice. 3E. Jakarta: EGC. hlm.286
7
Hasan Alwi. 2007. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka. hlm. 854
8
Taufiq Effendi. 2013. Peran. Tangerang: Lotus Books. hlm. 5
Universitas Sumatera Utara
F.2 Gender Gender adalah suatu sifat yang dijadikan dasar untuk mengidentifikasi perbedaan
antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi kondisi sosial dan budaya, nilai dan perilaku, mentalitas dan emosi serta faktor-faktor non-biologis lainnya.
9
Secara historis, konsep gender pertama kali dibedakan oleh sosiolog asal Inggris yaitu Ann Oakley yaitu ia membedakan
antara gender dan seks. Perbedaan seks berarti perbedaan atas dasar ciri-ciri biologis yaitu yang menyangkut prokreasi menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Perbedaan gender
adalah perbedaan simbolis atau sosial yang berpangkal pada perbedaan seks tetapi tidak selalu identik dengannya. Jadi kelihatan bahwa gender lebih mengarah kepada simbol-simbol
sosial yang diberikan pada suatu masyarakat tertentu. Gender adalah pembedaan peran, perilaku, perangai laki-laki dan perempuan oleh budayamasyarakat melalui interpretasi
terhadap perbedaan biologis laki-laki dan perempuan.
10
Gender sendiri merupakan suatu istilah yang dimaknai sebagai perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab, harapan dan karakteristik, feminitas dan maskulinitas antara laki-laki
dan perempuan. Jadi gender tidak diperoleh dari lahir
tapi dikenal melalui proses belajar sosialisasi dari masa anak-anak hingga dewasa. Oleh karena itu, gender dapat disesuaikan dan diubah.
Pembicaraan mengenai gender dewasa ini semakin hangat dalam perbincangan mengenai kemajuan perkembangan kaum perempuan maupun posisi dan status perempuan
dalam kesetaraan dengan kaum pria. Gender menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat modern yang sejak kemunculan istilahnya merupakan sebuah bentuk perjuangan
atas diskriminasi terhadap kaum perempuan. Hasil konstruksi sosial di masyarakat sering menempatkan perempuan sebagai kaum nomor dua, di mana perempuan sering kali dianggap
sebagai kaum lemah yang tidak memiliki posisi tawar, sehingga menyebabkan perempuan mudah untuk didiskriminasi.
11
9
Nasaruddin Umar. 1999. Argumen Kesetaraan Gender: Perspektif Al-Quran. Jakarta: Paramadina.
10
Harmona Daulay. 2007. Perempuan Dalam Kemelut Gender. Medan: USU Press, Medan. hlm 4
Salah satu contoh perbedaan tersebut antara lain laki-laki menjalankan peran produksi sedangkan perempuan menjalankan peran pemeliharaan. Gender bukan
sebuah kodrat akan tetapi bentukan manusia yang artinya dapat berubah setiap saat dan dapat dipertukarkan. Gender merupakan sebuah alat analisa, dimana analisa gender dilakukan untuk
11
Ety Setyarini. 2012. “Konsep Gender”. http:etisetyarini.blog.fisip.uns.ac.id201208, diakses tanggal 19 Juni 2013 pukul 21.40 WIB
Universitas Sumatera Utara
menganalisa hubungan relasi antara laki-laki dan perempuan. Hubungan antara kuasa dan peran laki-laki maupun perempuan.
12
Islam mengakui adanya perbedaan distrinction antara laki-laki dan perrmpuan, bukan pembedaan discrimination. Perbedaan tersebut didasarkan atas kondisi fisik-biologis
perempuan yang dirakdirkan berbeda dengan laki-laki, namun perbedaan itu tidak dimaksudkan untuk memuliakan yang satu dan merendahkan yang lainnya.
F.2.1 Kodrat Perempuan dalam Islam Menarik untuk dikaji lebih mendalam bagaimana sesungguhnya pandangan Islam al-
Qur’an dan hadis dalam menempatkan perbedaan jenis kelamin gender dalam konsep pranata sosialnya. Tidak ada penjelasan khusus yang lebih mendetail tentang bagaimana
kodrat perempuan dalam al-Qur’an dan hadis. Namun kalau yang dimaksud kodrat perempuan terkandung upaya untuk memberdayakan perempuan, maka dapat ditemukan
beberapa ayat dan hadis. Bahkan yang paling pertama harus bersyukur dengan datangnya Islam adalah perempuan.
Sebelum datangnya Islam, perempuan ditempatkan sebagai objek yang hampir tidak mempunyai hak-hak pribadi. Seorang perempuan tidak berhak mendapatkan harta warisan. Ia
tidak mempunyai hak-hak politik seperti halnya kaum laki-laki. Meraka harus tunduk di bawah tekanan dan keinginan suami dan berkewajiban untuk mengamankan dan
membereskan segenap isi rumah dan sebagainya. Kehadiran Islam kemudian mengangkat harkat perempuan dalam suatu posisi yang sepadan dengan kaum laki-laki. Al-Qur’an
memberikan pandangan optimis terhadap perempuan, salah satunya dengan menekankan suatu prinsip bahwa ukuran kemuliaan di sisi Tuhan adalah prestasi dan kualitas tanpa
membedakan etnik dan jenis kelamin. Al-Qur’an berusaha memandang perempuan dalam suatu struktur kesetaraan gender dengan kaum laki-laki.
13
Dalam Islam, kaum perempuan juga memperoleh berbagai hak sebagaimana halnya kaum laki-laki. Sebagai
contoh dapat dilihat beberapa hal berikut ini:
12
Listiani dkk. 2002. Gender Dan Komunitas Perempuan Pedesaan. Medan; BITRA Indonesia. hlm 56
13
Nasaruddin Umar. 1999. Kodrat Perempuan dalam Islam. Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Gender. hlm.22
Universitas Sumatera Utara
1. Hak-hak dalam Bidang Politik
Tidak ditemukan ayat atau hadis yang melarang kaum perempuan untuk aktif dalam dunia politik. Sebaliknya al-Qur’an dan hadis banyakl mengisyaratkan tentang kebolehan
perempuan aktif menekuni dunia tersebut. Al-Qur’an surah at-Taubah9:71 menyatakan:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang
ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Kalimat dalam ayat di atas mencakup kerja sama, bantuan dan penguasaan; sedangkan
“menyuruh mengerjakan yang ma’ruf” mencakup segala segi kebaikan, termasuk memberi masukan dan kritik terhadap penguasa.
2. Hak dalam Memilih Pekerjaan
Seperti halnya dalam bidang politik, memilih perempuan juga tidak ada larangan, baik pekerjaan itu di dalam atau di luar rumah, baik secara mandiri maupun secara kolektif, baik
di lembaga pemerintahan ataupun di lembaga swasta—selama pekerjaan tersebut dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan dan tetap memelihara agamanya, serta tetap
menghindari dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya. Dalam Islam, kaum perempuan mendapatkan kebebasan bekerja, selama mereka
memenuhi syarat dan mempunyai hak untuk bekerja dalam bidang apa saja yang dihalalkan. Jabatan kontroversi bagi kaum perempuan adalah menjadi kepala negara. Sebagian ulama
masih menganggap jabatan ini tidak layak bagi seorang perempuan. Namun perkembangan amsyarakat dari zaman ke zaman pendukung pendapat ini semakin berkurang. Bahkan al-
Maududi yang dikenal sebagai ulama yang secara lebih tekstual mempertahankan ajaran Islam sudah memberikan duukungan kepada perempuan untuk menduduki jabatan perdana
menteri di Pakistan. 3.
Hak Memperoleh Pelajaran Kalimat pertama yang diturunkan dalam al-Qur’an adalah kalimat perintah, yaitu
perintah untuk membaca iqra’. Hal ini menegaskan betapa pentingnya ilmu pengetahuan dalam Islam. Perintah untuk menuntut ilmu pengetahuan tidak hanya pada laki-laki, tetapi
juga pada kaum perempuan, seperti ditegaskan dalam hadis yang popular: “Menuntut ilmu pengetahuan difardukan kepada kaum Muslim laki-laki dan perempuan”.
Universitas Sumatera Utara
Kemerdekaan perempuan dalam menuntut ilmu pengetahuan banyak dijelaskan dalam hadis, seperti hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad bahwa Rasulullah melaknat wanita yang
membuat keserupaan diri dengan kaum laki-laki, demikian pula sebaliknya, tetapi tidak dilarang mengadakan perserupaan dalam hal kecerdasan dan amal ma’ruf.
Al-Qur’an menempatkan kaum laki-laki dan perempuan sebagai dua jenis makhluk yang mempunyai status yang sama, baik dalam posisi dan kapasitasnya sebagai pengabdi
kepada Tuhan, maupun sebagai wakil Tuhan di bumi khalifah.
14
F.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Ketidaksetaraan Gender Antara satu dengan lainnya
tidak terdapat superioritas, baik dilihat dari segi asal-usul dan proses penciptaan maupun dilihat dari struktur sosial masyarakat Islam. Kalaupun harus diberikan perbedaan adalah
dalam struktur biologis yang memang sudah ditentukan sejak asalnya sebagai sebuah identitas gender yang membedakan antara laki-laki dan perempuan.
15
Perbedaan jenis kelamin melahirkan perbedaan gender dan perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan. Faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan atau
ketidakadilan gender adalah akibat adanya gender yang dikonstruksikan secara sosial dan budaya. Beberapa anggapan yang memojokkan kaum perempuan dalam konteks sosial ini
menyebabkan sejumlah persoalan. Persoalan gender disebabkan karena Negara Indonesia menganut hukum hegemoni patriarkhi, yaitu yang berkuasa di dalam keluarga adalah bapak.
Patriarkhi menggambarkan dominasi laki-laki atas perempuan dan anak di dalam keluarga dan ini berlanjut kepada dominasi laki-laki dalam semua lingkup kemasyarakatan lainnya.
Patriarkhi adalah konsep bahwa laki-laki memegang kekuasaan atas semua peran penting dalam masyarakat, pemerintahan, militer, organisasi, pendidikan, industri, agama dan lain
sebagainya. Selain hukum hegemoni patriarkhi di atas ketidakadilan gender juga disebabkan
karena sistem kapitalis yang berlaku, yaitu siapa yang mempunyai modal besar itulah yang menang. Hal ini mengakibatkan laki-laki yang dilambangkan lebih kuat dari pada perempuan
akan mempunyai peran dan fungsi yang lebih besar.
14
Ibid hlm.35
15
Trisakti Handayani dan Sugiarti. 2006. Konsep Dan Teknik Penelitian Gender. UMM Press. hlm 10
Universitas Sumatera Utara
F.2.3 Perbedaan Gender Melahirkan Ketidakadilan
16
• Gender dan Marginalisasi Perempuan
Perbedaan gender dalam beberapa hal akan mengantarkan pada ketidakadilan gender. Ketidakadilan yang dilahirkan oleh perbedaan gender inilah yang sesungguhnya sedang
dipertanyakan. Ternyata dari sejarah perekembangan hubungan yang tidak adil, menindas serta mendominasi antara kedua jenis kelamin tersebut. Bentuk manifestasi ketidakadilan
gender ini adalah dalam mempersepsi, member nilai, serta dalam pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan. Uraian ini akan menganalisis bagaimana manifestasi ketidakadilan
gender dalam bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan pekerjaan yang mereka lakukan.
Bentuk manifestasi ketidakadilan gender adalah proses marginalisasi atatu pemiskinan terhadap kaum perempuan. Marginalisasi atau disebut juga pemiskinan ekonomi. Ada
beberapa mekanisme proses marginalisasi kaum perempuan. Dari segi sumbernya bisa berasal dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, keyakinan tradisi dan
kebiasaan atau bahakan asumsi ilmu pengetahuan. Marginalisasi yang disebabkan oleh perbedaan gender misalnya dilihat pada adanya pekerjaan khusus perempuan
seperti guru kanak-kanak, pekerja pabrik yang berakibat pada penggajian yang rendah.
• Gender dan Subordinasi Pekerjaan Perempuan
Subordinasi adalah anggapan bahwa perempuan tidak penting terlibat dalam pengambilan keputusan politik. Perempuan tersubordinasi oleh faktor-faktor yang
dikonstruksikan secara sosial. Hal ini disebakan karena belum terkondisikannya konsep gender dalam masyarakat yang mengakibatkan adanya diskriminasi kerja bagi
perempuan. Anggapan sementara perempuan itu irrasional atau emosional, sehingga perempuan tidak bisa tampil sebagai pemimpin, dan berakibat munculnya sikap yang
menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Perempuan diindentikkan dengan jenis-jenis pekerjaan tertentu. Diskriminasi yang diderita oleh kaum
perempuan pada sektor pekerjaan misalnya presentase jumlah pekerjaan perempuan, penggajian, pemberian fasilitas, serta beberapa hak perempuan yang berkaitan dengan
kodratnya yang belum terpenuhi. Agar perempuan tidak tersubordinasi lagi, maka perempuan harus mengejar berbagai ketertinggalan dari lelaki untuk meningkatkan
16
Ibid hlm 14
Universitas Sumatera Utara
kemampuan kedudukan, peranan, kesempatan dan kemandiriannya. Dengan demikian perempuan mampu bersama lelaki sebagai mitra yang sejajar, selaras dan seimbang.
• Gender dan Stereotip atas Pekerjaan Perempuan
Stereotip adalah pelabelan terhadap suatu kelompok atau jenis pekerjaan tertentu. Stereotip adalah bentuk ketidakadilan. Secara umum stereotip merupakan pelabelan
atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu, dan biasanya pelabelan ini selalu berakibat pada ketidakadilan, sehingga dinamakan pelabelan negatif. Dengan adanya
pelabelan tersebut tentu saja akan muncul banyak stereotip yang dikonstruksi oleh masyarakat sebagai hasil hubungan sosial tentang perbedaan lelaki dan perempuan.
Oleh karena itu perempuan identik dengan pekerjaan-pekerjaan di rumah, maka peluang perempuan untuk berpartisipasi di luar rumah sangat terbatas.
F.3 Kader Kader adalah orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga
kepengurusan dalam sebuah organisasi, baik sipil maupun militer, yang berfungsi sebagai pemihak dan atau membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut.
17
partai politik Dalam hal
membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut, seorang kader dapat berasal dari luar organisasi tersebut dan biasanya merupakan simpatisan yang berasas dan bertujuan sama
dengan institusi organisasi yang membinanya. Pada umumnya penggunaan kata kader sangat lekat pada
, namum organisasi kemasyarakatan juga mempunyai kader-kader yang membantu tugas ormas tersebut. Kaderisasi merupakan usaha pembentukan seorang
kader secara terstruktur dalam organisasi yang biasanya mengikuti suatu silabus tertentu. Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi.
Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non
formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetap akan membawa misi gerakan organisasi hingga paripurna.
18
Kader juga dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang terorganisir secara terus- menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar. Hal ini dapat
dijelaskan, pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal
17
http:id.wikipedia.orgwikiKader diakses tanggal 24 Juli 2013 pukul 21.00 WIB
18
Dyah Witasoka. 2013. Arti Kader Dan Pengkaderan. http:langittakwa.blogspot.com201301arti-kader-dan- pengkaderan.html diakses tanggal 24 Juli 2013 pukul 21.27 WIB
Universitas Sumatera Utara
aturan-aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi. Kedua, seorang kader mempunyai komitmen yang terus-menerus permanen, tidak mengenal
semangat musiman, tapi utuh dan konsisten dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan kualitas sebagi tulang punggung atau
kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. Keempat, seorang kader memiliki visi dan perhatian yang serius dalam merspon dinamika sosial
pingkungannya dan mampu melakukan social engineering. Dalam tubuh organisasi, kader memiliki fungsi tersendiri yaitu sebagai tenaga
penggerak organisasi, sebagai calon pemimpin dan sebagai benteng organisasi. Kader adalah anggota inti. Kader adalah tenaga penggerak organisasi, yang memahami sepenuhnya dasar
dan ideologi perjuangan. Ia mampu melaksanakan perjuangan secara konsekuen di setiap waktu, situasi dan tempat. Terbawa oleh fungsinya itu, untuk menjadi kader organisasi yang
berkualitas, anggota harus menjalani pendidikan, latihan dan praktikum.
19
Dari sini, pandangan umum mengenai pengkaderan suatu organisasi dapat dipetakan menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi subyek. Dan kedua, sasaran
kaderisasi obyek. Untuk yang pertama, subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan
Pengkaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan
potensi akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan dirinya sendiri untuk memperbaiki keadaan sekarang dan mewujudkan masa depan
yang lebih baik sesuai dengan cita-cita yang diidealkan, nilai-nilai yang di yakini serta misi perjuangan yang diemban. Sistem pengkaderan yaitu totalitas upaya pembelajaran yang
dilakukan secara terarah, terencana, sistemik, terpadu, berjenjang dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi, mengasah kepekaan, melatih sikap, memperkuat karakter,
mempertinggi harkat dan martabat, memperluas wawasan, dan meningkatkan kecakapan agar menjadi manusia yang beradab, berani, santun, berkarakter, terampil, loyal, peka, mampu dan
gigih menjalankan roda organisasi dalam segala upaya pencapaian cita-cita dan tujuan perjuangannya. Oleh karena itu, pengakaderan merupakan hal penting bagi sebuah organisasi,
karena merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan.
19
H. Agussalim Sitompul. 2005. 44 Indikator Kemunduran HMI: Suatu Kritik dan Koreksi untuk Kebangkitan Kembali HMI. Jakarta: Misaka Galiza. hlm. 10
Universitas Sumatera Utara
kebijakan-kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi. Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain
adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi. Sifat sebagai subyek dan obyek dari proses kaderisasi ini sejatinya harus
memenuhi beberapa fondasi dasar dalam pembentukan dan pembinaan kader-kader organisasi yang handal, cerdas dan matang secara intelektual dan psikologis.
Sistem pengkaderan mengenal tiga bentuk pengkaderan yang bersifat substansial dan komplementasi serta terikat satu dengan yang lainnya yaitu Pengkaderan Formal,
Pengkaderan Informal dan Pengkaderan Non Formal. Secara bersama-sama, ketiganya terpadu dengan suasana dan kebiasaan sehari-hari di lingkuangan imadiklus yang memiliki
andil menentukan dalam proses pengkaderan. Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, pencapaian,
situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga kader dapat membantu orang
lain dan dirinya sendiri untuk memperbaiki keadaan sekarang dan mewujudkan masa depan yang lebih baik sesuai dengan cita-cita yang diidealkan, nilai-nilai yang di yakini serta misi
perjuangan yang diemban. Dalam hal ini kader HMI adalah anggota HMI yang telah melalui proses pengkaderan
sehingga telah memiliki ciri kader sebagaimana telah dikemukakan di atas dan memiliki integritas kepribadian yang utuh, yaitu: Beriman, Berilmu dan beramal shaleh sehingga siap
mengemban tugas dan amanah kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
F.4 Organisasi Organisasi adalah kesatuan entity social yang dikoordinasikan secara sadar, dengan
sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus- menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atatu sekelompok tujuan.
20
20
Stephen P. Robbins. 1994. Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi. Jakarta: Arcan. hlm.4
Perkataan dikoordinasikan dengan sadar mengandung pengertian manajemen. Kesatuan sosial berarti
bahwa unit itu terdiri dari orang atau kelompok orang yang berinteraksi satu sama lain. Pola interaksi yang diikuti orang di dalam sebuah organisasi tidak begitu saja timbul, melainkan
telah dipikirkan terlebih dahulu.
Universitas Sumatera Utara
Sebuah organisasi mempunyai batasan yang relatif dapat diidentifikasi. Batasan dapat berubah dalam kurun waktu tertentu dan tidak selalu jelas, namun sebuah batasan yang nyata
harus ada agar dapat membedakan antara anggota dan bukan anggota. Pada organisasi sosial, para anggota biasanya member kontribusi dengan imbalan prestise, interaksi sosial atau
kepuasan dalam membantu orang lain. Setiap organisasi mempunyai batasan yang membedakan antara siapa yang menjadi bagian dan siapa yang tidak menjadi bagian dari
organisasi tersebut. Orang-orang di dalam sebuah organisasi mempunyai suatu keterikatan yang terus-
menerus. Rasa keterikatan ini tentunya bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun saat
mereka menjadi anggota, orang-orang di dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur. Organisasi dapat dikonsepkan dengan berbagai cara. Sebagai sebuah sistem politik,
organisasi terdiri dari pendukung internal yang mencoba memperoleh control dalam proses pengambilan keputusan agar dapat memperbaiki posisi mereka. Sebagai alat dominasi,
organisasi menempatkan para anggotanya ke dalam “kotak-kotak” pekerjaan yang menghambat apa yang dapat mereka lakukan dan individu yang dengannya mereka dapat
berinteraksi. Selain itu, mereka diberi atasan yang mempunyai kekuasaan terhadap mereka. Organisasi juga dapat dikonsepkan sebagai penjara psikis, dimana organisasi menghambat
para anggota dengan membuat uraian pekerjaan, departemen, divisi dan perilaku standar yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.
F.4.1 Fungsi Organisasi Organisasi mempunyai beberapa fungsi di antaranya adalah memenuhi kebutuhan
pokok organisasi, mengembangkan tugas dan tanggung jawab, memproduksi hasil produksi dan mempengaruhi orang.
21
1. Memenuhi Kebutuhan Pokok Organisasi
Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Misalnya semua organisasi cenderung memerlukan
gedung sebagai tempat beroperasinya organisasi, uang atau modal untuk biaya, petunjuk- petunjuk dan materi tertulis yang berkenaan dengan aturan organisasi dan sebagainya.
2. Mengembangkan Tugas dan Tanggung Jawab
21
Arni Muhammad. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. hlm 32
Universitas Sumatera Utara
Kebanyakan organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar etis tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh
organisasi maupun standar masyarakat di mana organisasi itu berada. Standar ini memberikan organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukan oleh anggota organisasi.
3. Memproduksi Barang atau Orang
Fungsi utama dari organisasi adalah memproduksi barang atau orang sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi mempunyai produknya masing-masing. Misalnya
organisasi mahasiswa produksinya adalah mahasiswa yang berpendidikan dan mempunyai kreativitas tinggi.
4. Mempengaruhi dan Dipengaruhi Orang
Sesungguhnya organisasi digerakkan oleh orang. Orang yang membimbing, mengelola, mengarahkan dan menyebabkan pertumbuhan organisasi. Orang yang
memberikan ide-ide baru, program baru dan arah yang baru. Orang sebagai anggota organisasi maupun sebagai pemakai jasa organisasi akan dipengaruhi oleh organisasi. Dalam
kondisi normal orang akan cenderung mengambil karakteristik tertentu dari organisasi mana dia berada.
Sebaliknya organisasi juga dipengaruhi orang. Suksesnya suatu organisasi tergantung kepada kemampuan dan kualitas anggotanya dalam melakukan aktifitas organisasi. Agar
suatu organisasi dapat terus berkembang organisasi hendaknya memilih anggota yang diperlukannya yang mempunyai kemampuan yang baik dalam bidangnya dan juga
memberikan kesempatan kepada seluruh anggota untuk mengembangkan diri mereka masing- masing.
Organisasi sangat perlu bagi masyarakat. Dalam dunia industri, pendidikan, pelayaran, kesehatan dan lainnya organisasi telah memberikan keuntungan yang
mengesankan bagi standar hidup. Ukuran besarnya organisasi yang dihadapi setiap hari menggambarkan besarnya kekuasaan politik, ekonomi dan sosial yang dimiliki oleh
organisasi itu. Akan tetapi, organisasi lebih dari sekedar alat untuk menyediakan barang dan jasa. Organisasi juga menciptakan lingkungan di mana sebagian besar dari kita menghabiskan
kehidupannya. Dalam hal ini, organisasi mempunyai pengaruh besar atas perilaku kita. F.4.2 Perilaku Kelompok dalam Organisasi
Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap hari manusia akan terlibat dalam aktifitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari
kehidupan berorganisasi. Dalam organisasi akan banyak dijumpai kelompok-kelompok ini.
Universitas Sumatera Utara
Hampir pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat kecenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok-kelompok
tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa dan barangkali adanya kesamaan kesenangan bersama, maka
timbullah kedekatan satu sama lain. Banyak teori yang mencoba mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula
terbentuk dan tumbuhnya suatu kelompok. Teori pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu teori yang berasal dari George-Homans. Teorinya berdasarkan
pada aktifitas-aktifitas, interaksi-interaksi dan sentimen-sentimen perasaan atau emosi.
22
1. Semakin banyak aktivitas-aktivitas seseorang dilakukan dengan orang lain shared,
semakin beraneka interaksi-interaksinya dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen- sentimen mereka.
Tiga elemen ini berhubungan satu sama lain secara langsung, dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
2. Semakin banyak interaksi-interaksi di antara orang-orang, maka semakin banyak
kemungkinan aktivitas-aktivitas dan sentimen yang ditularkan shared pada orang lain.
3. Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, dan semakin
banyak sentimen seseorang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-interaksi.
Teori lainnya yang menjelaskan tentang pembentukan kelompok secara menyeluruh ialah teori keseimbangan a balance theory of group formation.
23
22
George C. Homans. 1950. The Humans Group. dalam buku Miftah Thoha. 2010. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Perilakunya. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. hlm. 80-81
23
Miftah Thoha. 2010. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Perilakunya. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. hlm. 81
Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap di dalam
menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain. Individu A akan berinteraksi dan membentuk suatu hubungan kelompok dengan individu B lantaran adanya sikap dan nilai
yang sama dalam rangka mencapai tujuan. Sekali hubungan tersebut terbentuk, partisipan berusaha mencapai dan menjaga hubungan keseimbangan yang simetris dia antara sikap-
sikap yang menarik dan bersama. Jika ketidakseimbangan terjadi ada suatu usaha untuk memperbaiki keseimbangan tersebut. Jika keseimbangan tidak bisa diperbaiki, maka
hubungan bisa pecah.
Universitas Sumatera Utara
Dari pemahaman teori pembentukan kelompok tersevut dapat kemudian diidentifikasikan karakteristik dari suatu kelompok, yaitu:
24
1 Adanya dua orang atau lebih
2 Berinteraksi satu dengan lainnya
3 Saling membagi beberapa tujuan yang sama
4 Melihat dirinya sebagai suatu kelompok.
Karakteristik nomor 2, berarti bahwa anggota kelompok paling sedikit sekali-kali bertemu, bercakap-cakap dan mengerjakan sesuatu bersama-sama. Mereka tidak harus
semuanya bertemu pada suatu saat tertentu secara bersamaan, melainkan agar menjadi anggota suatu kelompok, seseorang berkali-kali mempunyai hubungan dengan satu atau lebih
dengan anggota lainnya. Karakteristik nomor 3, berarti bahwa anggota-anggota kelompok mempunyai
kesamaan. Barangkali mereka bisa membagi suatu tujuan, misalnya perlindungan dari pekerjaannya, atau rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan, atau adanya kesamaan
penilaian. Demikianlah apapun dasarnya, suatu kelompok mempunyai sesuatu yang sama sebagai salah satu cirri yang dapat mengidentifikasikan suatu kelompok.
Karakteristik nomor 4 merupakan sebagai hasil dari nomor 2 dan 3. Orang-orang yang berinteraksi satu sama lain dan yang membagi sama cita-cita atau maksud bersama pada
umumnya tertarik satu sama lain. Penguatan yang diterima dari proses interaksi dengan orang lain membimbing mereka untuk mengenali dan memahami dirinya sebagai sesuatu yang
spesial, sebagai suatu kelompok yang unik. Keunikan inilah yang membawa pemahaman bahwa orang-orang mengetahui dirinya sebagai suatu kelompok.
F.4.3 Dasar-Dasar Daya Tarik Antar Orang
25
1. Kesempatan untuk Berinteraksi
Dalam bagian ini akan diuraikan alasan-alasan mengapa seseorang tertarik kepada yang lainnya, sehingga terjalin hubungan kelompok. Alasan-alasan itu dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
Dasar pokok yang sangat penting dari daya tarik antarindividu dan pembentukan kelompok adalah secara sederhana karena adanya kesempatan berinteraksi satu sama lain.
24
Ibid. hlm. 83
25
Ibid. hlm. 93
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dapat dipahami secara jelas, bahwa orang yang jarang melihat, atau berbicara satu sama lain sulit dapat tertarik. Kesan ini membuktikan bahwa interaksi antarindividu akan
menimbulkan adanya daya tarik, atau daya tarik ini timbul karena adanya interaksi antara orang per-orang.
2. Kesamaan Latar Belakang
Latar belakang yang sama merupakan salah satu faktor penentu dari proses daya tarik individu untuk berinteraksi satu sama lain. Kesamaan latar belakang, misalnya usia, jenis
kelamin, agama, pendidikan, ras, kebangsaan dan status sosio-ekonomi seseorang akan memudahkan mereka untuk menemukan daya tarik berinteraksi satu sama lain. Kesamaan
status sosio-ekonomi, agama, jenis kelamin merupakan suatu bukti bahwa seseorang individu cenderung mau berinteraksi dengan orang lain.
3. Kesamaan Sikap
Kesamaan sikap ini sebenarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari kesamaan latar belakang. Orang-orang yang mempunyai kesamaan latar belakang nampaknya
mempunyai kesamaan pengalaman yang lebih memudahkan untuk berinteraksi dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai kesamaan pengalaman. Kesamaan yang didasarkan dari
pengalaman yang melatarbelakangi itu membawa orang-orang kea rah kesamaan sikap. Daya tarik orang-orang yang berinteraksi yang disebabkan karena kesamaan sikap
dapat dilihat dapat dilihat dari pergaulan-peragulan antara mahasiswa, teman sejawat, orang bertetangga, buruh suatu pabrik, dan lainnya. Dari kesamaan sikap ini kemudian dapat
dimengerti mengapa mahasiswa daya tarik interaksinya kepada mahasiswa, bukan kepada dosen.
G. Metode Penelitian