Badko Sumatera Utara pertama kali berdiri pada tahun 1965. Badko Sumut dibentuk untuk mengkoordinasikan cabang-cabang HMI yang berada dalam wilayah Sumatera Utara.
Badko HMI Sumut menaungi delapan Cabang HMI, yaitu HMI Cabang Medan, HMI Cabang Binjai, HMI Cabang Langkat, HMI Cabang Kisaran Asahan, HMI Cabang Pematang Siantar,
HMI Cabang Labuhan Batu, HMI Cabang Padang Sidempuan dan HMI Cabang Mandailing Natal.
D. Perjalanan Kohati Badko HMI Sumatera Utara
Seperti yang dilaporkan PB HMI bahwa perkembangan Kohati sangat cepat, karena HMI sebagai induknya sudah ada di berbagai cabang, yang membawahi komisariat, rayon di
seluruh Indonesia. Pada usianya yang kedua setengah tahun, sejak didirikannya Kohati pada tahun 1966, Kohati berhasil membentuk 70 cabang dari 110 cabang HMI. Dari
perkembangan ini, dibeberapa tempat terjadi konflik secara organisatoris disebabkan adanya penyempurnaan organ Kohati. Konflik antara Kohati dan HMI saat itu terjadi karena HMI
kurang mampu mengelola organisasi dengan baik, sehingga Kohati terdorong kearah ekslusif. Akibatnya di beberapa cabang terjadi salah tindak dan salah pengertian, di mana HMI
menganggap Kohati ingin melepaskan diri dari HMI, sementara Kohati sendiri seolah-olah seperti dilepaskan dari HMI. Ini semua terjadi karena kurangnya koordinasi HMI.
43
a. Periode 1990-1992
Untuk mengkoordinir cabang-cabang tersebut dibentuklah Badan Koordinasi HMI. Salah satu Badan Koordinasi yang dibentuk oleh HMI adalah Kohati Badko Sumatera Utara.
Terbentuknya Kohati Badko ini adalah untuk mengkoordinir cabang-cabang HMI yang berada di daerah Sumatera Utara. Kohati Badko Sumut terbentuk pada tahun 1990. Berikut
ini adalah sekilas tentang perjalanan Kohati Badko Sumut.
Berdasarkan hasil Musda Badko HMI Sumut pada tahun 1991 maka, terpilihlah Saudari Irmayani sebagai KOREG koordinator Regional . Pada saat FKK forum
Komunikasi Kohati PB HMI, saudari Irmayani mengundurkan diri dan digantikan oleh saudari Ira Suryani yang pada saat sebelumnya menjabat sebagai sekum Kohati Badko HMI
Sumut., dengan sekumnya saudari Ratna Lubis. Setelah 6 bulan kepengurusan saudari Ratna Lubis mengundurkan diri dan digantikan oleh saudari Masganti.
43
Agussalim Sitompul. 2002. Menyatu dengan Umat Menyatu dengan Bangsa: Pemikiran Keislaman-Keindonesiaan HMI 1947-1997. Jakarta: Logos. hlm. 230
Universitas Sumatera Utara
Berdasakan kebijakan amanah Musyawarah Nasional Kohati dan kebijakan Kohati PB HMI, periode ini mengorientasikan kerjanya pada dua aspek, yaitu aspek internal dan
aspek eksternal. Pada akhirnya gerakan Kohati pada periode ini tetap membawa tema
“Terbinanya Muslimah Intelektual, Profesional yang memiliki watak dan kepribadian serta sadar dan menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Islaman.
1. Aspek Internal
Suasana Kongres ke-18 di Jakarta yang penuh dengan perdebatan dalam mengkaji ulang keberadaan Kohati secara otomatis berpengaruh terhadap kerja-kerja Kohati di bidang
Internal. Pada bidang internal periode ini secara kontinuitas melakukan kunjungan kerja ke Kohati cabang sekawasan. Kunjungan kerja yang dilakukan tidak hanya sebagai ritual
saja, bahkan sampai pada pendekatan persuasif dilakukan untuk membangkitkan kinerja Kohati sekawasan pada saat itu.
Disisi lain dalam pendelegasian tugas personil Kohati tidak dapat dilakukan secara maksimal mengingat sebagian besar pengurus Kohati pada saat itu dituntut untuk dapat
menyelesaikan studi. Pada akhirnuya kerja-kerja Kohati hanya dilakukan oleh beberapa personil saja.
2. Aspek Eksternal
Pada periode ini, Kohati melakukan kerjasama dengan Polda yang diwakili Bapak Husni Sopiandi, SH yang ketika itu menjabat sebagai Kadit Serse dalam
melakukan advokasi terhadap kasus pemerkosaan terhadap S bukan nama sebenarnya sampai pada tingkat persidangan. Namun pada akhirnya kasus ini berlalu begitu saja. Hal
ini disebabkan karena ketidakseriusan hukum mengusut kasus ini, serta personil Kohati yang pada saat itu tidak memungkinkan untuk dapat proaktif.
Menjalin kerjasama dengan OKP dan organisasi perempuan Islam yang ada di Sumatera Utara serta UMNO Malaysia merupakan langkah berikutnya yang dilakukan Kohati
Badko HMI Sumatera Utara ketika itu untuk mengembangkan wacana.
b. Periode 1992-1994
Berdasarkan hasil Muskoh-I Kohati Badko Sumatera Utara tahun 1992 maka, terpilihlah saudari Rugaya sebagai ketua umum Kohati dan Saudari Ade Irma Suryani
sebagai sekum Kohati, serta saudari Nurhayani sebagai bendahara umum Kohati. Pada pertengahan kepengurusan Saudari Ade Irma Suryani mengundurkan diri dan digantikan oleh
saudari Rahmadani Hidayatin.
Universitas Sumatera Utara
Periode ini memfokuskan aktifitasnya pada bidang eksternal. 1.
Aspek Internal Periode kepengurusan ini, Kohati melakukan kunjungan kerja ke Kohati cabang
sekawasan seperti periode sebelumnya. Melakukan diskusi-diskusi untuk meningkatkan wacana dan mengembangkan intelektualitas dalam rangka mewujudkan profesionalitas
kader HMI-wati. 2.
Aspek Eksternal Menjalin dan memperkuat jaringan kerja Kohati dengan lembaga-lembaga di tingkat
wilayah. Hal ini terlihat pada saat kegiatan paket Desember dengan segudang kegiatan yang melibatkan organisasi perempuan selain Kohati.
c. Periode1994-1996
Pada saat Muskoh Kohati ke 2 pada tahun 1994 terpilihlah Saudari Yeni sebagai Ketua Umum Kohati badko HMI Sumatera Utara. Pada periode ini kepengurusan Kohati
tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan pengunduran diri saudarai Yenni dengan mengirimkan surat ke Kohati PB HMI karena tidak bisa bekerjasama dengan ketua
Badko HMI yang terpilih. Pada akhirnya tidak ada satu aktifitaspun yang dapat dilakukan Kohati pada periode ini, atau dengan kata lain dibekukan untuk sementara sampai
terlaksananya Muskoh berikutnya. Kondisi ini jelas mempengaruhi perkembangan Kohati di tingkat cabang di kawasan Sumatera Utara.
44
d. Periode 1997-1999
Pada Muskoh ke 3 terpilihlah saudari Arbainun Afsah sebagai ketua umum Kohati Badko HMI Sumut dengan saudari Emi Triani sebagai sekretaris umum. Berpedoman hasil-
hasil musyawarah tersebut, kegiatan-kegiatan awal Kohati terutama ditekankan pada konsolidasi organisasi. Program kerja yang dilakukan tetap mengarahkan pada keputusan
hasil Musyawarah Kohati ke-4 yang meliputi pembinaan HMI-wati dan pembinaan struktur, dimana pada tingkat pelaksanaannya masih dirasakan belum mencapai target yang
diinginkan. Adapun aktivitas ekstern yang dilakukan masih sebatas pada tingkat partisipasi mengikuti dan menghadiri acara-acara undangan yang masuk.
45
44
Kohati HMI Sumut. 2006. Kohati Badko HMI Sumut 1994-1996. http:perempuankohati.blogspot.com200605kohati-
badko-hmi-sumut-1994-1996.html diakses 29 Oktober 2013 pukul 22.34 WIB
45
Kohati HMI Sumut. 2006. Kohati Badko HMI Sumut 1997. http:perempuankohati.blogspot.com200605kohati-badko- hmi-sumut-1997-1999.html diakses 29 Oktober 2013 pukul 22.40 WIB
Universitas Sumatera Utara
Pada setiap perjalanan organisasi tidak terlepas pada faktor-faktor pendukung dan penghambat. Faktor-faktor tersebut antara lain:
• Faktor Pendukung
a. Tumbuhnya semangat dikalangan HMI-wati untuk meningkatkan kualitas dengan memacu diri bersama Kohati.
b. Pengakuan akan eksistensi Kohati di dunia eksternal. •
Faktor penghambat a. Kohati belum memanfaatkan kesempatan yang ada untuk berkembang dan
berkiprah baik di internal maupun eksternal. b. Tumbuh kecenderungan dikalangan mahasiswa untuk mengembangkan
dirinya melalui wadah-wadah profesi dan klub-klub kajian. 1.
Aspek Internal Pada periode ini, peran internal Kohati Badko HMI Sumatera Utara
diorientasikan pada masa konsolidasi, dan pada akhir periode ini Kohati Badko HMI Sumatera Utara mengadakan pengkajian ulang keberadaan Kohati. Diskusi-diskusi
internal dalam upaya untuk mengembangkan wacana HMI-wati. 2.
Aspek Eksternal Pada periode ini Kohati Badko HMI Sumatera Utara menjalin kerjasama dengan Badko
HMI dalam kegiatan paket Desember dengan membagikan sembako di kawasan Medan Labuhan. Hal ini bertepatan dengan situasi dan kondisi masyarakat yang benarbenar
membutuhkan bantuan krisis moneter. Pada periode ini kerjasama dengan organisasi wanita masih dalam tingkat
partisipatif. Contoh pada kasus Ratna Dewi, kemudian pada kegiatan “pelatihan Advokasi terhadap Tenaga Kerja Indonesia”. Hal ini membuktikan pengakuan akan keberadaan
Kohati di tingkat eksternal sangatlah kurang. Pembentukan WCC Women Crisis Center , yang ditindak lanjuti dengan kegiatan-kegiatan diskusi. Sampai akhir kepengurusan
pembentukan WCC tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan. e.
Periode 1999-2001 Musyaswarah kohati ke 4 pada tahun 1999 di BLPP Pangkalan Masyhur Medan
menghantarkan Saaudari Siti Nurhidayah pada posisi ketua umum kohati dan saudari Siti Aisyah sebagai sekretaris umum Kohati badko HMI SUMUT periode 1999-2001 Perjalanan
Kohati banyak mengalami dinamika aktivitas gerakan Kohati yang kurang partisipatif langsung pada dunia eksternal, dan adanya anggapan bahwa terdapatnya degradasi moral
Universitas Sumatera Utara
dikalangan Kohati, maka perodesasi ini berjalan dengan tiga langkah kebijakan, yaitu: Pemantapan ke-Islaman, pengkaderan dan pergerakan.
Pada periode ini kohati Badko HMI Sumut mencoba memberikan pemikiran tentang peletakan dasar kerangka pengembangan Kohati. Maksud dari peletakan dasar tersebut
menempatkan satu pola pemikiran secara sitematis dan terarah untuk dijadikan landasan guna memapankan perangkat organisasi yang memberi peluang bagi pengembangan Kohati pada
periode berikutnya, dan mewujudkan suatu konsepsi yang merangkum sosialisasi ide-ide cerdas berupa strategi pengembangan organisasi ke depan.
Berdasarkan hasil Kongres ke-22 di Jambi yang merampingkan struktur kepengurusan Badko, maka secara otomatis berpengaruh pada ke-semiotonom-an Kohati Badko HMI pada
struktur departemen di dalam kepengurusan badko. Namun pada Pleno I PB HMI berhasil dirombak dan kembali seperti struktur semula, sekaligus mengembalikan marwah Kohati.
Langkah-langkah yang dilakukan Kohati peride ini diutamakan untuk mengantisipasi persoalan-persoalan yang muncul atas gugatan terhadap eksistensi Kohati Badko yang dinilai
mengalami penurunan kulaitas dan kurang mampu mengantisipasi persoalan-persoalan eksternal.
- Upaya untuk kmengantisipasi persoalan penurunan kualitas diwujudkan dengan turut
serta dalam diskusi-diskusi dengan OKP Islam, organisasi Perempuan di Sumatera Utara.
- Mensosialisasikan sekaligus mengaplikasikan pedoman pergerakan Kohati, sekalipun
belum terbentuk petunjuk pelaksanaan. Pedoman ini dimaksudkan untuk lebih mengarahkan pergerakan HMI-wati yang lebih sistematis dan kondusif. Hal ini sesuai
dengan hasil Lokakarya Pedoman Dasar pengkaderan Kohati di Jakarta yang mengisyaratkan adanya integrasi dalam pembinaan anggota Kohati.
- Upaya mengatasi kurang mampunya Kohati mengantisipasi persoalan-persoalan
eksternal, Kohati melakukan diskusi-diskusi tentang persoalan yang berkembang baik dengan pengurus Kohati sendiri maupun dengan organisasi lain.
- Periodsasi ini sama seperti periode sebelumnya dalam bidang internal Kohati,
melakukan kunjungan kerja ke Kohati HMI cabang sekawasan, kunjungan yang dilakukan tidak hanya sebatas informasi kerja tetapi pendekatan persuasif juga
dilakukan. -
Dalam bidang eksternal Kohati masih dalam tataran partisipatif, menghadiri undangan yang ada dan mengadakan diskusi-diskusi menyangkut persoalan yang ada. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
disebabkan karena minimnya personil Kohati yang ada, hamper semua penguurus yang ada sudah bekerja sehingga sedikit sekali waktu untuk berorganisasi.
f. Periode 2001-2002
Kohati Badko HMI Sumut mengalami imbas dari konflik di HMI setingkatnya. Ketua Umum Robert IHA mengundurkan diri dari jabatan. Kemudian digantikan oleh Siti
Nurhidayah yang saat itu menjabat menjadi Ketua Kohati. Hal ini mengakibatkan kekosongan jabatan di Kohati Badko HMI Sumut. Siti Nurhidayah kemudian digantikan oleh
Siti Aisyah, dan Tengku Ratna Soraya sebagai Sekretaris Umum. Periode yang singkat ini lebih berkonsentrasi pada regenerasi Kohati Badko berikutnya.
g. Periode 2002-2004
Musda ke 5 dilaksanakan di Panyabungan Madina. Terpilih Saudari Yuyun Anggraini Harahap dan Ida Syafrida sebagai sekretaris umum. Periode ini secara internal aktif dalam
kunjungan-kunjungan ke Kohati cabang daerah di sekawasan Sumatera utara. Ada 5 Kohati cabang pada periode ini yaitu:
1. Kohati HMI cabang Medan 2. Kohati HMI cabang Siantar- Simalungun
3. Kohati HMI cabang Kisaran-Asahan 4. Kohati HMI cabang P.Sidimpuan
5. Kohati Hmi cabang Binjai. Dinamika internal hampir terjadi di semua cabang daerah. Salah satunya adalah
dinamika dibubarkannya Kohati HMI cabang Binjai dalam Musyawarah Kohati Cabang. Namun pada saat kongres, hal ini tidak disampaikan karena kepentingan politis. Menjelang
Musda, Kohati HMI cabang Binjai terbentuk kembali. Dan menggunakan hak pilihnya. Perodesasi ini kegiatan ekstenal adalah mengadakan pelatihan bimbingan penyuluhan
Narkoba dan Kesehatan Reproduksi. Bekerjasama dengan Centra Mitra Remaja. Target Kegiatan ini adalah adanya pendampingan Kohati secara rutin kepada Remaja Mesjid
sekawasan Medan khususnya dalam melakukan pencegahan Narkoba dan pendidikan reproduksi. Kegiatan ini tidak berlanjut sampai ke Remaja Mesjid, karena komitment peserta
yang rendah. Secara Internal, Kohati badko periode ini merumuskan buku Panduan Up Grading Kohati. Buku ini sangat efektif dalam sinergisitas pemahaman kader di sekawasan
Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
h. Periode 2004-2006
Musda ke 6 dilakukan di Rantau Prapat, Labuhan Batu. Terpilih Peranita Sagala sebagai Ketua Umum dan Nurmaulina Lubis sebagai sekretaris umum. Keduanya pernah
menjabat sebagai ketua bidang eksternal dan bidang Internal di kepengurusan periode sebelumnya. Kebijakan umum perdiosesasi ini dirumuskan dalam 3 hal yaitu:
1. Reorientasi pembinaan HMI-wati menuju KOHATI sebagai organisasi
pergerakan perempuan yang intelektual, profesional dan mandiri berlandaskan Al- Quran dan Sunnah.
2. Memperkokoh koordinasi lembaga Kohati Badko HMI Sumut
3. Mempertegas eksistensi KOHATI dalam menyikapi persoalan perempuan di wilayah
Sumatera Utara Dalam perjalanan kepengurusan, Periode ini, Kohati di perluas di 3 cabang daerah.
Yaitu: 1. Kohati HMI cabang Langkat
2. Kohati HMI Cabang Persiapan Labuhan Batu 3. Kohati HMI Cabang Persiapan Madina
Setelah melakukan pemetaan kondisi cabang di daerah, disadari bahwa permasalahan utama lembaga Kohati adalah lemahnya wawasan tentang Kohati, dan rendahnya jumlah kader yang
mengikuti training formal kohati LKK. Periode ini memfokuskan pelaksanaan LKK oleh cabang selain HMI cabang Medan, dan terlaksana di HMI cabang Langkat untuk tingkat
Regional Sumatera Utara. Periode ini, panduan upgrading Kohati di sempurnakan kembali. Dirumuskan juga
Modul Materi ke-Kohatian untuk disampaikan di LK-I. Buku Sejarah Kohati kembali dirintis untuk lebih disempurnakan. Secara eksternal Kohati aktif mewarnai berbagai kegiatan
keperempuanan, melaksanakan pelatihan yang bersifat lifeskill bagi perempuan. Dalam perkembangan isu keperempuanan di Sumatera Utara, Kohati memiliki tempat yang diakui
oleh sesama jaringan perempuan. D.1 Tugas dan Wewenang Kohati Badko
Adapun yang menjadi tugas dan wewenang dari Kohati Badan Koordinasi, seperti yang tertulis dalam Pedoman Dasar Kohati Pasal 18 adalah sebagai berikut:
a. Kohati Badko HMI adalah unsur perpanjangan tangan Kohati PB HMI yang
mengkoordinir kegiatan-kegiatan Kohati HMI Cabang di wilayah koordinasinya.
Universitas Sumatera Utara
b. Kohati Badko HMI bertanggungjawab kepada Musyawarah Daerah Kohati Badko
HMI dan menyampaikan laporan kepada Musda Badko serta menyampaikan tembusan laporan kepada Kohati PB HMI.
c. Kohati Badko HMI menyampaikan laporan informasi kerja minimal enam bulan
sekali kepada Kohati PB HMI. d.
Kohati Badko HMI adalah penanggungjawab masalah Kohati dan wacana serta dinamika gerakan keperempuanan di tingkat regional.
D.2 Struktur Kekuasaan Kohati Dalam Pedoman Dasar Kohati dijelaskan bahwa Musyawarah Kohati adalah instansi
pengambilan keputusan tertinggi di Kohati. Musyawarah Kohati merupakan forum laporan pertanggungjawaban pengurus, perumusan program kerja Kohati dan memilih serta
menetapkan formateurketua umum dan dua mide formateur.
46
1. Untuk membahas laporan kerja Pengurus Kohati Badko HMI selama satu
periode kepengurusan Musyawarah Kohati harus
berangkaian dengan KongresKonfercabRapat Anggota Komisariat. Musyawarah Kohati tersebut bisa dilaksanakan sebelum, bersamaan atau sesudahnya. Tata tertib Musyawarah
Kohati diatur tersendiri dalam Pedoman Dasar Kohati. Di tingkat daerah diselenggarakan Musyawarah Daerah Kohati Badko dalam
rangkaian Musyawarah Daerah Badko HMI. Peserta Musyawarah Daerah Kohati terdiri dari: utusan adalah Pengurus Kohati HMI Cabang Penuh; dan peninjau adalah seluruh Pengurus
Kohati Badko HMI, satu orang Pengurus Kohati HMI Cabang Persiapan dan Bidang Pemberdayaan Perempuan di wilayah koordinasinya. Dalam Musda Kohati terdapat dua jenis
persidangan, yaitu Sidang Paripurna dan Sidang Komisi. Musda Kohati varu dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah peserta utusan Cabang Penuh
yang disesuaikan dengan Pasal 13 Ayat g ART HMI tentang tata tertib Kongres. Fungsi dan wewenang diselenggarakannya Musyawarah Daerah Kohati adalah:
2. Menyatakan Demisioner Pengurus Kohati Badko HMI selama satu periode
kepengurusan serta memilih dan menetapkan Formateur dan Mide Formateur Kohati Badko HMI selama satu periode kepengurusan
46
Pasal 8 Bab II A Pedoman Dasar Kohati
Universitas Sumatera Utara
3. Membahas dan menetapkan program kerja internal dan eksternal serta
rekomendasi hasil-hasil Musyawarah Daerah Musda Kohati Badko HMI. Untuk pengambilan keputusan, setiap keputusan Kohati dilakukan secara musyawarah
dengan tata susunan tingkat instansi pengambilan keputusannya adalah rapat pleno, rapat harian dan rapat presidium. Untuk penyusunan rencana kerja dan operasional
diselenggarakan rapat bidang dan rapat kerja. Dalam Musyawarah Kohati juga disampaikan informasi tentang kerjaprogram kerja
selama satu periode serta perumusan program kerja. Program Kerja Daerah PDK Kohati mempunyai fungsi dan kedudukan sebagai berikut: 1 PDK Kohati berfungsi sebagai
pedoman penyelenggaraan program pengkaderan Kohati selama periode kepengurusan. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan masukan terhadap pembinaan Kohati sehingga
tercipata suatu pola pengembangan wawasan yang merata. 2 Untuk memotifasi kader HMI Wati untuk terlibat aktif pada setiap jenjang pembinaan Kohati dan pengkaderan HMI. 3
PDK Kohati merupakan dasar dan pedoman bagi setiap tingkatan Kohati dalam penyusunan program kerjanya. 4 Program Kerja Daerah berfungsi sebagai koordinasi dan control
terhadap penjabaran kerja yang menjadi tanggung jawab Kohati Badko HMI Sumut dan didelegasikan kepada Kohati Cabang.
D.3 Struktur Kepengurusan Kohati Badko Sumut
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Struktur Kepengurusan Kohati Badko Sumut
Sumber: Rizky Emeliya Ketua Umum Kohati Badko HMI Sumatera Utara periode 2014- 2016
KETERANGAN : Garis Intruksi:
Garis Koordinasi:
Ketua Umum
Ketua Bidang
Ketua Bidang
Sekretaris Umum
Dept. Hubungan Antar Lembaga
Dept. Kajian Keperempuan
Wakil Bendahara Umum
Dept. Pendidikan
Bendahara Umum
Wasekum Bid. Eksternal
Wasekum Bid. Internal
Dept. Infokom
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini adalah pedoman kerja job description pengurus Kohati: 1.
Ketua Umum adalah penanggung jawab dan koordinator umum dalam menjalankan tugas-tugas intern dan ekstern organisasi yang bersifat umum pada tingkat nasional
maupun internasional. 2.
Ketua Bidang Intern adalah penanggung jawab dan koordinator seluruh pelaksanaan kegiatan dan tugas-tugas intern.
3. Ketua Bidang Ekstern adalah penanggung jawab dan koordinator seluruh pelaksanaan
kegiatan dan tugas-tugas ekstern. 4.
Sekretaris Umum adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan dalam bidang data dan pustaka, penerangan serta hubungan dengan pihak ekstern di tingkat nasional
maupun internasional. 5.
Sekretaris Bidang Intern bertugas atas nama sekretaris umum untuk kegiatan bidang intern dan membantu ketua bidangnya di tingkat nasional.
6. Sekretaris Bidang Ekstern bertugas atas nama sekretaris umum untuk kegiatan bidang
ekstern dan membantu ketua bidangnya di tingkat nasional. 7.
Bendahara Umum adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan di bidang keuangan dan perlengkapan organisasi di tingkat nasional.
8. Wakil Bendahara Umum bertugas atas nama bendahara umum dalam pengadaan
peralatan administrasi, keuangan dan perlengkapan organisasi serta pencarian sumber dana organisasi di tingkat nasional.
9. Departemen Pendidikan dan Pelatihan bertugas sebagai koordinator operasional dari
kerja dan proyek-proyek di bidang pendidikan. 10.
Departemen Kajian Keperempuanan bertugas sebagai koordinator operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang pengembangan sumber daya perempuan.
11. Departemen Hubungan Antar Lembaga bertugas sebagai pelaksana teknis operasional
dari kerja dan kegiatan-kegiatan di bidang hubungan lembaga di tingkat nasional. 12.
Departemen Infokom bertugas melakukan kegiatan yang berkaitan dengan teknik komunikasi di berbagai media informasi dalam rangka sosialisasi HMI baik nasional
atau lokal.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang