Pengaturan Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Menurut Hukum Positif Indonesia

keluar rumah. Mereka akan mendapatkan penjelasan akan produk sejelas- jelasnya, dan mereka juga bisa langsung menanyakan ketidakjelasannya ketika penjual sedang mempresentasikan produk yang dijualnya. Meskipun demikian, sistem direct selling atau MLM ini juga menghadapi masalah-masalah seperti orang yang terganggu karena penjualan yang agresif, timbulnya citra buruk bagi industri bila ada salah satu penjual yang menipu pelanggannya, mengganggu privacy orang lain, dan kadangkala terjadi pula ada beberapa penjual yang memanfaatkan atau mengeksploitasi pembeli impulsif atau pembeli yang kurang mengerti teknologi. Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan kegagalan MLM dan jenis direct selling lainnya. Manajemen yang buruk karena kurangnya pengalaman serta komitmen yang diperlukan. Kurangnya komunikasi secara efektif dengan para distributor, serta kegagalan memotivasi para distributor. Produk-produk yang dijual mutunya rendah atau pasarnya terbatas.

C. Pengaturan Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Menurut Hukum Positif Indonesia

1. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata Pengaturan bidang penjualan langsung di Indonesia terdapat dalam KUH Perdata Burgelijk Wetboek. Transaksi jual-beli tidak terlepas dari konsep perjanjian secara mendasar sebagaimana termuat dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang menegaskan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana Universitas Sumatera Utara satu orang atau lebih mengikatkan dirinya dengan satu orang atau lebih. Unsur- unsur dari perjanjian menurut Abdulkadir adalah sebagai berikut : 29 a. Terdapat pihak-pihak yang sedikit-dikitnya dua orang. b. Adanya persetujuan antara pihak-pihak tersebut. c. Adanya tujuan yang akan dicapai d. Adanya prestasi yang akan dilaksanakan e. Memiliki bentuk tertentu, lisan atau tulisan. f. Memiliki syarat-syarat sebagai isi perjanjian. Adapun bentuk-bentuk dari perjanjian, antara lain: 30 a. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak. Misalnya perjanjian jual beli Pasal 1457- 1540 KUHPerdata dimana kedua belah pihal yaitu pihak penjual dan pembeli masing-masing harus memenuhi prestasinya, prestasi penjual yaitu harus menyerahkan barang dan prestasi pembeli yaitu harus membayar harga barang. b. Perjanjian obligator adalah perjanjian dimana pihak -pihak sepakat mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain. Menurut KUHPerdata perjanjian jual beli saja belum lagi mengakibatkan beralihnya hak milik atas suatu benda dari penjual kepada pembeli. Fase ini baru merupakan kesepakatan dan harus diikuti dengan perjanjian penyerahan perjanjian kebendaan. 29 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1990, hlm. 79. 30 Ibid., hlm. 80. Universitas Sumatera Utara c. Perjanjian kebendaan adalah perjanjian dengan mana seorang menyerahkan haknya atas sesuatu benda kepada pihak lain, yang membebankan kewajiban pihak itu untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak lain. Penyerahan itu sendiri merupakan perjanjian kebendaan. Dalam hal perjanjian jual beli benda tetap, maka perjanjian jual belinya disebutkan juga perjanjian jual beli sementara. d. Perjanjian konsensual adalah perjanjian dimana diantara kedua belah pihak telah tercapai persesuaian kehendak untuk menngadakan perikatan. Menurut KUHPerdata perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat. 31 Pasal 1320 KUHPerdata menentukan adanya 4 empat syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu: 32 a. Adanya kata sepakat Supaya kontrak menjadi sah maka para pihak harus sepakat terhadap segala hal yang terdapat di dalam perjanjian. 33 Pada dasarnya kata sepakat adalah pertemuan atau persesuaian kehendak antara para pihak di dalam perjanjian. Seseorang dikatakan memberikan persetujuannya atau kesepakatannya jika ia memang menghendaki apa yang disepakati. 34 31 Mariam Darus Badrulzaman et.al, Kompilasi Hukum Perikatan Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2001, hlm. 66. 32 Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan Pola Kemitraan dan Badan Hukum Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, hlm. 113. 33 Sudargo Gautama, Indonesian Business Law Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995, hlm. 76. 34 J. Satrio, Hukum Perikatan Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian- Buku I Bandung: Citra Aditya Bakti, 1955, hlm. 164. Universitas Sumatera Utara Mariam Darus Badrulzaman melukiskan pengertian sepakat sebagai persyaratan kehendak yang disetujui overeenstemende wilsverklaring anta pihak-pihak. Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan tawaran offerte. Dan pernyataan pihak yang menerima penawaran dinamakan akseptasi acceptatie. 35 b. Kecakapan untuk membuat perikatan Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penawaran dan akseptasi merupakan unsur yang sangat penting untuk menentukan lahirnya perjanjian. Di samping itu, kata sepakat dapat diungkapkan dalam berbagai cara, yaitu secara lisan, tertulis, dengan tanda, dengan simbol dan dengan diam-diam. Pasal 1329 KUHPerdata menyatakan bahwa setiap orang adalah cakap untuk membuat perjanjian, kecuali apabila menurut undang-undang dinyatakan tidak cakap. Kemudian Pasal 1330 menyatakan bahwa ada beberapa orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian, yakni: 36 1 Orang yang belum dewasa. 2 Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan. 3 Perempuan yang sudah menikah. Kecakapan disini artinya para pihak yang membuat perjanjian haruslah orang-orang yang oleh hukum dinyatakan sebagai subyek hukum. Pada dasarnya semua orang menurut hukum cakap untuk membuat perjanjian, yang tidak cakap adalah orang-orang yang ditentukan oleh hukum sebaliknya, yaitu anak-anak, 35 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis Bandung: Alumni, 1994, hlm. 24. 36 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis Jakarta: Rineka Cipta, 2003, hlm. 29. Universitas Sumatera Utara orang dewasa yang ditempatkan di bawah pengawasan curatele, dan orang sakit jiwa. 37 Buku III KUHPerdata tidak menentukan tolok ukur kedewasaan tersebut. Ketentuan tentang batasan ditemukan dalam Buku I KUHPerdata tentang Orang. Berdasarkan Buku I Pasal 330 KUHPerdata, seseorang dianggap dewasa jika dia telah berusia 21 tahun atau kurang dari 21 tahun tetapi telah menikah. Anak-anak adalah mereka yang belum dewasa yang menurut Pasal 330 KUHPerdata belum berumur 21 dua puluh satu tahun. Namun meskipun belum berumur 21 dua puluh satu tahun apabila seseorang telah atau pernah menikah dan dicatat maka dianggap sudah dewasa, berarti cakap untuk membuat perjanjian. 38 c. Suatu hal tertentu Akibat hukum dari ketidakcakapan dalam membuat perjanjian adalah bahwa perjanjian yang telah dibuat itu dapat dimintakan pembatalannya kepada Hakim. Jika pembatalan tidak dimintakan oleh pihak yang berkepentingan, sepanjang tidak dimungkiri oleh pihak yang berkepentingan, perjanjian itu tetap berlakubagi pihak-pihak. Syarat sahnya perjanjian yang ketiga adalah adanya suatu hal tertentu een bepaald onderwerp, suatu hal tertentu adalah hal bisa ditentukan jenisnya determinable. 39 37 Ibid. 38 Undang-Undang Tentang Perkawinan, UU No. 14, LN No. 14 Tahun 1974, TLN No. 3019, Pasal 7 ayat 1. 39 Sudargo Gautama, Op.Cit., hlm. 79. Pasal 1333 KUHPerdata menentukan bahwa suatu perjanjian harus mempunyai pokok suatu benda zaak yang paling sedikit dapat ditentukan jenisnya. Suatu perjanjian harus memiliki objek tertentu dan suatu perjanjian Universitas Sumatera Utara haruslah mengenai suatu hal tertentu certainty of terms, berarti bahwa apa yang diperjanjikan, yakni hak dan kewajiban kedua belah pihak. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit dapat ditentukan jenisnya determinable. Secara umum, suatu hal tertentu dalam kontrak dapat berupa hak, jasa, benda atau sesuatu, baik yang sudah ada ataupun belum ada, asalkan dapat ditentukan jenisnya determinable. Perjanjian untuk menjual sebuah lukisan yang belum dilukis adalah sah. Suatu kontrak dapat menjadi batal ketika batas waktu suatu kontrak telah habis dan kontrak tersebut belum terpenuhi. J. Satrio menyimpulkan bahwa apa yang dimaksud dengan suatu hal tertentu dalam perjanjian adalah objek prestasi performance. Isi prestasi tersebut harus tertentu atau paling sedikit dapat ditentukan jenisnya determinable. 40 d. Kausa hukum yang halal Syarat sahnya perjanjian yang keempat adalah adanya kausa hukum yang halal. Jika objek dalam perjanjian itu illegal, atau bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum, maka perjanjian tersebut menjadi batal. Sebagai contohnya, perjanjian untuk membunuh seseorang mempunyai objek tujuan yang illegal, maka kontrak ini tidak sah. 41 40 J. Satrio, Op.Cit., Buku II, hlm. 41. 41 Sudargo Gautama, Op.Cit., hlm. 80. Menurut Pasal 1335 Jo 1337 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu kausa dinyatakan terlarang jika bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Universitas Sumatera Utara Suatu kausa dinyatakan bertentangan dengan undang-undang, jika kausa di dalam perjanjian yang bersangkutan isinya bertentangan dengan undang- undang yang berlaku. Untuk menentukan apakah suatu kausa perjanjian bertentangan dengan kesusilaan geode zeden bukanlah hal yang mudah, karena istilah kesusilaan tersebut sangat abstrak, yang isinya bisa berbeda-beda antara daerah yang satu dan daerah yang lainnya atau antara kelompok masyarakat yang satu dan lainnya. Selain itu penilaian orang terhadap kesusilaan dapat pula berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman. 42 Ketentuan yang mengatur tentang perjanjian terdapat dalam Buku III KUHPerdata, yang memiliki sifat terbuka, artinya ketentuan-ketentuannya dapat dikesampingkan, sehingga berfungsi mengatur saja. Sifat terbuka dari KUHPerdata ini tercermin dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang mengandung asas kebebasan berkontrak, maksudnya setiap orang bebas untuk menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan Pengaturan mengenai perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung ini dalam KUHPerdata lebih menekankan kepada perjanjian yang dilakukan antara konsumen, mitra usaha dan perusahaan penjualan langsung tersebut. Hubungan antara mitra usaha dengan perusahaan harus sesuai dengan perjanjian yang dibuat berdasarkan Buku III KUHPerdata tentang perikatan. Hubungan antara mitra usaha dan perusahaan penjualan langsung tersebut harus sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang terdapat dalam Buku III KUHPerdata. 42 J. Satrio, Op.Cit., Buku II, hlm. 109. Universitas Sumatera Utara peraturan perundang-undangan yang berlaku, kesusilaan dan ketertiban umum, serta selalu memperhatikan syarat sahnya perjanjian. 2. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pengaturan mengenai penjualan langsung dapat dilihat pada Bab IV Bagian Kedua Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan selanjutnya disebut UU Perdagangan yang mengatur tentang distribusi barang. Adapun hal-hal yang diatur dalam Pasal 7 UU Perdagangan adalah sebagai berikut : a. Distribusi barang yang diperdagangkan di dalam negeri secara tidak langsung atau langsung kepada konsumen dapat dilakukan melalui pelaku usaha distribusi. b. Distribusi barang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dengan menggunakan rantai distribusi yang bersifat umum distributor dan jaringannya, agen dan jaringannya dan waralaba. c. Distribusi barang secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dengan menggunakan pendistribusian khusus melalui sistem penjualan langsung secara single level dan multilevel. Pasal 8 menjelaskan bahwa barang dengan hak distribusi eksklusif yang diperdagangkan dengan sistem penjualan langsung hanya dapat dipasarkan oleh penjual resmi yang terdaftar sebagai anggota perusahaan penjualan langsung. Begitu juga dalam Pasal 9 dan Pasal 10 dijelaskan bahwa pelaku usaha distribusi dilarang menerapkan sistem skema piramida dalam mendistribusikan barang dan distribusi barang yang dilakukan oleh pelaku usaha harus sesuai dengan Universitas Sumatera Utara ketentuan peraturan perundang-undangan serta etika ekonomi dan bisnis yang berlaku. 3. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya disebut UU Perlindungan Konsumen yang diatur lebih kepada hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha. Apabila terjadi wanprestasi antara perusahaan danatau mitra usaha dengan konsumen maka telah terdapat upaya penyelesaian untuk mengatasi hal tersebut. Tujuan perlindungan konsumen antara lain : 43 a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri. b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkan diri dari akses negatif pemakaian barang danatau jasa. c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen. d. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha. e. Menetapkan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi. 43 Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 74. Universitas Sumatera Utara f. Meningkatkan kualitas barang danatau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. Hak dan kewajiban konsumen tercantum pada Pasal 4 dan Pasal 5, antara lain dijelaskan sebagai berikut : a. Hak konsumen meliputi : 44 1 hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa; 2 hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; 3 hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa; 4 hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan; 5 hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; 6 hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; 7 hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; 8 hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; 9 hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. b. Kewajiban-kewajiban konsumen antara lain : 45 1 membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan; 2 beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa; 3 membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; 4 mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. 44 Pasal 4 UU Perlindungan Konsumen 45 Pasal 5 UU Perlindungan Konsumen Universitas Sumatera Utara 4. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor:32M-DAGPER82008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan Dengan Sistem Penjualan Langsung Pengaturan penjualan langsung dalam Permendag 322008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan Dengan Sistem Penjualan Langsung merupakan salah satu bentuk upaya perlindungan konsumen dari pemerintah terkait kegiatan penjualan langsung. Konsideran Permendag 322008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan. Dengan sistem penjualan langsung menyatakan bahwa dalam rangka penataan, peningkatan tertib usaha, perlindungan konsumen, kepastian hukum, dan penciptaan iklim usaha yang kondusif guna mendorong peningkatan investasi di bidang perdagangan, perlu mengatur mengenai penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung. Permendag 322008 ini berisikan bab-bab yang mengatur mengenai penjualan langsung yaitu pada Bab II berisi persyaratan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung. Bab II Pasal 2 berisikan kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung, yakni sebagai berikut : 46 1 Memiliki atau menguasai kantor dengan alamat yang benar, tetap, dan jelas. 2 Melakukan penjualan barang danatau jasa dan rekruitmen mitra usaha melalui sistem jaringan. 3 Memiliki program pemasaran yang jelas, transparan, rasional, dan tidak berbentuk skema jaringan pemasaran terlarang. 4 Memiliki kode etik dan peraturan perusahaan yang lazim di bidang usaha penjualan langsung. 5 Memiliki barang danatau jasa yang nyata dan jelas dengan harga yang layak dan wajar. 46 Pasal 2 Permendag 322008 Universitas Sumatera Utara 6 Memenuhi ketentuan standar mutu barang danatau jasa yang berlaku. 7 Memberikan komisi, bonus, dan penghargaan lainnya berdasarkan hasil kegiatan penjualan barang danatau jasa yang dilakukan oleh mitra usaha dan jaringannya sesuai dengan yang diperjanjikan. 8 Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaannya. 9 Memiliki ketentuan tentang harga barang danatau jasa yang dijual dalam mata uang Rupiah dan berlaku untuk mitra usaha dan konsumen. 10 Menjamin mutu dan pelayanan jual kepada konsumen atas barang danatau jasa yang dijual. 11 Memberikan alat bantu penjualan starter kit kepada setiap mitra usaha yang paling sedikit berisikan keterangan mengenai barang danatau jasa, program pemasaran, kode etik, danatau peraturan perusahaan. 12 Memberikan tenggang waktu selama 10 sepuluh hari kerja kepada calon mitra usaha untuk memutuskan menjadi mitra usaha atau membatalkan pendaftaran dengan mengembalikan alat bantu penjualan starter kit yang telah diperoleh dalam keadaan seperti semula. 13 Memberikan tenggang waktu selama 7 tujuh hari kerja kepada mitra usaha dan konsumen untuk mengembalikan barang, apabila ternyata barang tersebut tidak sesuai dengan yang diperjualbelikan. 14 Membeli kembali barang, bahan promosi brosur, katalog, atau leaflet, dan alat bantu penjualan starter kit yang dalam kondisi layak jual dari harga pembelian awal mitra usaha ke perusahaan dengan dikurangi biaya administrasi paling banyak 10 sepuluh persen dan nilai setiap manfaat yang telah diterima oleh mitra usaha berkaitan dengan pembelian barang tersebut, apabila mitra usaha mengundurkan diri atau diberhentikan oleh perusahaan 15 Memberi kompensasi berupa ganti rugi danatau penggantian kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang danatau jasa yang diperdagangkan, akibat kesalahan perusahaan yang dibuktikan dengan perjanjian. 16 Memberi kompensasi berupa ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. 17 Melaksanakan pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan para mitra usaha, agar bertindak dengan benar, jujur, dan bertanggungjawab. 18 Memberikan kesempatan yang sama kepad semua mitra usaha untuk berprestasi dalam memasarkan barang danatau jasa. 19 Melakukan pendaftaran atas barang danatau jasa yang akan dipasarkan pada instanti yang berwenang, sesuai peraturan perundang- undangan. Universitas Sumatera Utara 20 Mencantumkan nama perusahaan yang memasarkan dengan sistem penjualan langsung. Program pemasaran kegiatan penjualan langsung harus memenuhi ketentuan paling sedikit memiliki alur distribusi barang danatau jasa yang jelas dari perusahaan sampai dengan kepada konsumen akhir, dan jumlah komisi danatau bonus atas hasil penjualan yang diberikan kepada mitra usaha dan jaringan pemasaran di bawahnya paling banyak 40 empat puluh persen dari jumlah nilai penjualan barang danatau jasa perusahaan kepada mitra usaha. Perusahaan yang bergerak dalam kegiatan usaha penjualan langsung harus memiliki Surat Izin Usaha Penjualan Langsung SIUPL. Berdasarkan pada Pasal 9 Permendag 322008 yang mengatur sebagai berikut : 47 1 Setiap perusahaan wajib memiliki SIUPL. 2 SIUPL sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. 3 Perusahaan yang baru melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung diberikan SIUPL Sementara dengan masa berlaku selama 1 satu tahun. 4 SIUPL Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat ditingkatkan menjadi SIUPL Tetap dengan masa berlaku selama perusahaan menjalankan kegiatan usahanya, apabila perusahaan telah melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan program pemasaran, kode etik, dan peraturan perusahaan. 5 Peningkatan SIUPL Sementara menjadi SIUPL Tetap diajukan 30 tiga puluh hari kerja sebelum masa berlakunya berakhir atau paling lambat 14 empat belas hari kerja sebelum SIUPL Sementara habis masa berlakunya. 6 Perusahaan yang telah mendapatkan SIUPL Tetap sebagaimana dimaksud pada ayat 4 wajib melakukan pendaftaran ulang setiap 5 lima tahun. Perlindungan konsumen dalam perusahaan penjualan langsung sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 32M- 47 Pasal 9 Permedag 322008 Universitas Sumatera Utara DAGPER82008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan Dengan Sistem Penjualan Langsung memuat jenis sanksi yang berbeda dengan perlindungan konsumen yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Perlindungan konsumen dalam penjualan langsung sebagaimana diatur dalam Permendag 322008 tidak memuat sanksi pidana tetapi hanya memuat sanksi administratif yang berupa peringatan tertulis, pemberhentian sementara, pencabutan Surat Izin Usaha Penjualan Langsung SIUPL. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

1 22 123

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 0 9

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 0 2

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 1 23

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 0 53

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 2 7

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 1 1

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 0 20

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 0 24

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 0 3