a. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu hukum pada umumnya, khususnya hukum ekonomi
agar dapat menyesuaikan dengan dinamisme masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan dijadikan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
awal bagi penelitian sejenis di masa yang akan datang. b.
Secara praktis 1
Bagi pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada
pemerintah selaku regulator, dalam hal pengawasan terhadap pelaku usaha yang bergerak dengan sistem penjualan langsung sehingga
diharapkan pemerintah bijak dalam memberikan perlindungan dan pengaturan yang tepat dan efisien baik kepada pelaku usaha, maupun
mitra usaha dan pihak ketiga dengan tidak merugikan ataupun menghambat kegiatan perdagangan.
2 Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas bagi masyarakat dan pelaku usaha mengenai kedudukan dan perlindungan
hukum terhadap mitra usaha dalam sistem penjualan langsung.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum USU, penelitian masalah tentang Perlindungan Hukum terhadap Mitra
Universitas Sumatera Utara
usaha dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk belum
pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama dalam bentuk skripsi. Namun, ditemukan skripsi di Departemen Hukum Ekonomi dan Departemen
Hukum Perdata yang melakukan penulisan yang menyangkut multi level marketing.
Adapun judul skripsi yang ada di perpustakaan Fakultas Hukum USU antara lain :
1. Nama
: Wisely Tahun
: 2005 Judul : Analisa Yuridis Terhadap Praktik Money Game dalam Transaksi
Perdagangan Berbasis Multi Level Marketing 2.
Nama : Amalia Sari
Tahun : 2008
Judul :Tanggung Jawab Hukum Pelaku Usaha dalam Multi Level
Marketing Atas Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Studi Riset pada
Perusahaan Multi Level Marketing Syariah Ahad-Net Salur Sut 06
3. Nama
: Henny Sekartati Tahun
: 2009
Universitas Sumatera Utara
Judul : Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi
Multi Level Marketing Studi Kasus pada Perusahaan Multi Level Marketing ELKEN
Penulisan skripsi ini memiliki perbedaan dengan penulisan skripsi yang pernah ditulis sebelumnya. Penulisan skripsi ini membahas mengenai
perlindungan hukum terhadap mitra usaha dalam perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung yang diajukan oleh konsumen jika terdapat kecacatan dalam
produk yang dijual. Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya
ilmiah yang asli. Bila dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Penjualan langsung
Kegiatan usaha penjualan langsung direct selling merupakan salah satu bentuk usaha swasta yang ada di Indonesia. Ada 3 tiga jenis sistem usaha yang
umumnya dipraktekkan saat ini, yaitu :
8
a. Perusahaan tradisional, dimana seseorang mengenmabangkan sistemnya
sendiri. b.
Usaha waralaba franchise, dimana seseorang membeli sebuah sistem yang sudah ada.
8
Robert T.Kiyosaki dan Sharon L, The Cashflow Quadrant Jakarta: PT. Garmedia Pustaka Utama, 2006, hlm. 95.
Universitas Sumatera Utara
c. Usaha penjualan langsung direct selling, dimana seseorang membeli dan
menjadi bagian sebuah sistem yang sudah ada. Penjualan langsung direct selling adalah proses pemasaran produk secara
langsung kepada konsumen biasanya di rumah mereka atau rumah orang lain, di tempat kerja mereka dan tempat-tempat lain di luar lokasi-lokasi permanen
pengecer, biasanya melalui penjelasan atau peragaan produk-produk oleh seorang penjual langsung. Sistem penjualan langsung ini juga dikenal memiliki 3 tiga
macam yaitu :
9
a. One of one, dalam sistem ini seorang penjual yang merupakan agen
anggota kontraktor yang mandiri atau lepas, menarik konsumen yang berpotensi di area khusus berdasarkan pendekatan orang ke orang. Mereka
menawarkan produk, serta mendapat komisi atau basis lain. Cara ini sering diterapkan oleh para agen asuransi, broker, agen properti, dan lain-lain.
b. Party plan, dalam metode ini seorang pejual bertugas mencari atau
menjadi tuan rumah yang mengundang sekelompok orang dirumahnya dalam rangka sales party untuk mendemonstrasikan produk. Model ini
sering digunakan oleh distributor peralatan rumah tangga, kosmetika, minuman kesehatan, dan lain-lain.
c. Multi level marketing, dalam sistem penjualan ini produk yang
diperjualbelikan berada di tangan agen distributor mandiri yang ditunjuk. Agen ini kemudian dibayar dalam bentuk komisi, diskon, bonus dan
reward lainnya, berdasarkan penjulan dan kemampuannya merekrut agen.
9
Pengertian Direct Selling, MLM, dan Jenis-Jenisnya, http: infobisniswaralaba. blogspot.com201210pengertian-direct-selling-mlm-dan-jenis.html? m=1 diakses tanggal 23
Februari 2016.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan antara penjualan langsung dengan jaringan pemasaran terlarang menurut Permendag 322008 :
a. Perusahaan penjualan langsung memiliki atau menguasai kantor dengan
alamat yang benar, tetap dan jelas serta memiliki program pesaran yang jelas, transparan, dan rasional Pasal 2 poin a dan b, sedangkan jaringan
pemasaran terlarang kantornya sering berpindah-pindah serta tidak memiliki program pemasaran yang jelas, transparan dan rasional.
b. Perusahaan penjualan langsung memiliki kode etik dan peraturan
perusahaan yang lazim berlaku di bidang usaha penjualan langsung Pasal 2 poin d, sedangkan jaringan pemasaran terlarang tidak memiliki kode
etik yang berlaku di bidang usaha penjualan langsung. c.
Perusahaan penjualan langsung memiliki barang danatau jasa yang nyata dan jelas dengan harga yang layak dan wajar serta memiliki ketentuan
tentang harga barang danatau jasa yang dijual dalam mata uang Rupiah Rp dan berlaku untuk mitra usahamember dan konsumen Pasal 2 poin e
dan i, sedangkan jaringan pemasaran terlarang menggunakan barang danatau jasa hanya sebagai kedok saja dan terdapat beberapa yang
menggunakan mata uang Dollar . d.
Perusahaan penjualan langsung memberikan komisi, bonus dan penghargaan lainnya berdasarkan hasil kegiatan penjualan barang danatau
jasa yang dilakukan oleh mitra usaha dan jaringannya sesuai dengan diperjanjikan Pasal 2 poin g, sedangkan jaringan pemasaran terlarang
memperoleh imbalan yang berasal atau didapatkan terutama dari hasil
Universitas Sumatera Utara
partisipasi orang lain yang bergabung kemudian atau sesudah bergabungnya mitra usaha tersebut, dan bukan dari hasil kegiatan
penjualan barang danatau jasa. e.
Pada perusahaan penjualan langsung jumlah komisi danatau bonus atas hasil penjualan yang diberikan kepada seluruh mitra usaha dan jaringan di
bawahnya paling banyak 40 empat puluh persen dari jumlah nilai penjualan barang danatau jasa perusahaan kepada mitra usaha Pasal 3
poin b, sedankan pada jaringan pemasaran terlarang mitra usaha yang bergabung mendapatkan presentasi komisi yang berbeda-beda berdasarkan
siapa yang duluan bergabung. f.
Perusahaan penjualan langsung wajib memiliki Surat Izin Usaha Penjualan Langsung SIUPL sesuai ketentuan Pasal 9 poin 1, sedangkan jaringan
pemasaran terlarang biasanya hanya menggunakan Surat Izin Usaha Penjualan SIUP.
2. Mitra usaha
Mitra usaha adalah anggota mandiri jaringan pemasaran atau penjualan yang berbentuk badan usaha atau perseorangan dan bukan merupakan bagian dari
struktur organisasi perusahaan yang memasarkan atau menjual barang danatau jasa kepada konsumen akhir secara langsung dengan mendapatkan imbalan
berupa komisi danatau bonus atas penjualan. Kegiatan penyaluran barang atau pemasaran suatu produk yang
dikeluarkan oleh perusahaan agar sampai kepada pihak ketiga biasanya dilakukan oleh pedagang perantara. Pedagang perantara memberikan jasa dalam hal
Universitas Sumatera Utara
pembelian maupun penjualan dengan melayani arus produk dari produsen ke pihak ketiga, juga secara aktif membantu pemindahan hak kepemilikan.
Pedagang perantara juga menyediakan berbagai jasa untuk supplier maupun pelangganya, diantaranya adalah menyediakan jasa pergudangan, memberikan
informasi pasar, yang semuanya memberikan manfaat yang tidak kecil bagi supplier dan pelanggan.
10
3. Konsumen
Dalam penelitian ini penulis mengarah kepada mitra usaha yang disebutkan sebagai pedagang perantara dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang selanjutnya disebut KUHD sebagai acuan dasar hukum positif di Indonesia.
Istilah “konsumen” berasal dari Bahasa Belanda “konsument”, Bahasa Inggris “costumer”, yang berarti “pemakai”. Di Amerika Serikat kata ini dapat
diartikan lebih luas lagi sebagai “korban pemakaian produk yang cacat”, baik korban pembeli, bukan pembeli tetapi pemakai, bahkan juga korban bukan
pemakai, karena perlindungan hukum dapat dinikmati pula bahkan oleh korban yang bukan pemakai.
11
Dalam arti yang lebih luas, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
10
William J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Edisi Ketujuh, Jilid 2 Jakarta: Erlangga, 1995, hlm. 5.
11
Usman Rachmadi, Hukum Ekonomi dalam Dinamika Jakarta: Djambatan, 2000, hlm. 200.
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penelitian