Kedudukan Hukum Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung

14. Pemohon dengan ini menyatakan bahwa keterangan yang diberikan di balik formulir ini adalah jujur dan benar. Distributor memahami bahwa kedistributorannya dapat diambil alihdibatalkan secara sepihak dan atau dapat diajukan ke pengadilan oleh PT. Melia Nature Indonesia apabila Distributor tidak mematuhi ketentuan-ketentuan yang tertera di atas. 15. Distributor dilarang mempengaruhi anggota atau distributor PT. Melia Nature Indonesia lainnya untuk pindah ke jaringan perusahaan MLM. Berdasarkan contoh kode etik tersebut dapat dilihat bahwa kode etik ini berisikan bagian-bagian yang menentukan sikap distributor atau mitra usaha yang sesuai dengan peraturan perusahaan penjualan langsung atau MLM. Seorang mitra usaha harus taat kepada kode etik yang telah ditentukan dan disepakati oleh kedua belah pihak dan apabila ada pihak yang melanggar akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.

C. Kedudukan Hukum Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung

Pedagang perantara dalam perusahaan penjualan langsung atau MLM adalah orang-perorangan yang bersedia bergabung menjadi mitra usaha dengan cara mendaftarkan diri melalui perjanjian tertulis antara perusahaan dengan dirinya sebagai pribadi, kemudian dengan itu ia disetujui dan diakui keanggotaannya oleh suatu perusahaan penjualan langsung atau MLM. 56 56 Ethic Code, Distributor perusahaan penjualan langsung atau MLM sering disebut sebagai http:www.greenlite.co.idethic-code diakses tanggal 15 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara agen resmi atau sales yang bertugas melakukan penjualan produk secara langsung kepada konsumen. Istilah agen resmi atau sales sesungguhnya kurang tepat untuk dipergunakan, sebab kedua istilah tersebut secara luas dapat diartikan sebagai pegawai tetap, pegawai lepas, pegawai harian, atau honorer yang mempunyai ikatan jam kerja dengan suatu perusahaan. Distributor perusahaan penjualan langsung atau MLM lebih tepat disebut sebagai mitra usaha, sebab kerja sama yang dijalin antara keduanya bersifat lebih independen sukarela. Seorang distributor MLM tidak memperoleh penghasilan berkala berupa gaji atau upah sebagaimana yang diperoleh pekerja, pegawai atau karyawan dari suatu perusahaan, akan tetapi ia memperoleh penghasilan dalam bentuk komisi berupa imbalan yang berkaitan dengan omzet penjualan. Dengan demikian distributor MLM dapat dikatakan sebagai pengusaha yang mandiri. Distributor perusahaan penjualan langsung atau MLM dapat memiliki tiga segi peranan yaitu: 1. Menjual produk perusahaan secara langsung kepada konsumen. 2. Mengembangkan pemasaran dengan cara membangun jaringan distributor, yaitu merekrut orang lain untuk menjadi distributor baru dalam perusahaan. 3. Sebagai konsumen perusahaan, yaitu pengguna produk perusahaan dengan tujuan untuk pemakaian pribadi dan tidak bermaksud untuk memperjualbelikan produk tersebut kepada orang lain. Setiap distributor dalam perusahaan penjualan langsung atau MLM tergabung dalam organisasi distributor yang membentuk jaringan kerja atau Universitas Sumatera Utara satuan networking tertentu. Hubungan yang dimiliki antara masing-masing distributor dalam satuan networking yang sama adalah sebagai berikut: 57 1. upline, yaitu distributor yang menjadi sponsor bagi distributor lain; 2. downline, yaitu orang yang disponsori oleh distributor lain, atau orang yang direkrut oleh distributor yang sudah lebih dahulu terdaftar menjadi distributor perusahaan. Setiap distributor dalam networking-nya memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk mengembangkan karirnya berdasarkan sistem peringkat ranking yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Jenjang peringkat tersebut bervariasi, namun umumnya berkisar antara 7-8 peringkat dari peringkat terendah misalnya distributor biasa, distributor langsung, dst sampai ke peringkat tertinggi misalnya diamond distributor, president’s team, crown agency manager, dan lain-lain. Kemungkinan untuk sampai ke posisi puncak relatif lebih terbuka sebab jumlahnya tidak harus satu sebagaimana halnya presiden direktur pada perusahaan-perusahaan non-MLM. 58 Masing-masing distributor untuk setiap peringkat berhak mendapatkan presentase potongan harga tertentu seperti komisi, bonus atau rabat dari total penjualan yang dilakukan kelompoknya, juga berbagai hadiah atau penghargaan lain, seperti pin penghargaan, kesempatan bertamasya ke mancanegara, mendapat rumah, mobil mewah, dan sebagainya. 59 Mitra usaha sebagai partner atau pembantu pengusaha dalam menyalurkan barang untuk sampai kepada konsumen baik dari segi distribusi barang secara 57 Brian Tracy, MLM Sukses Malang: PT. Delapratasa Publishing, 2005, hlm. 10. 58 Andrias Harefa, Op. Cit., hlm. 191. 59 Ibid. Universitas Sumatera Utara langsung maupun dari segi marketing mempunyai peran dan kedudukan yang berbeda-beda. Peran dan kedudukan mitra usaha inilah yang menjadi dasar dalam menentukan hak dan kewajiban yang melekat pada mitra usaha dalam menjalankan usahanya. Dalam menentukan kedudukan dan peran mitra usaha dalam sistem penjualan langsung atau MLM, pada mulanya harus ditentukan dulu jenis perjanjian yang dilakukan antara mitra usaha dan perusahaan MLM yang bersangkutan. Dengan adanya asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian yang dilakukan mitra usaha dengan perusahaan produsen, posisi kedua belah pihak adalah sama dan sederajat. Dalam asas kebebasan berkontrak, pembuat undang-undang yang memberikan asas ini kepada para pihak yang berjanji sekaligus memberikan kekuatan hukum yang mengikat kepada apa yang telah mereka perjanjikan pacta sun servanda. 60 Hal yang melatarbelakangi dibuatnya suatu standar kontrak adalah untuk mempermudah perusahaan MLM dalam menjalankan usahanya, dimana Namun berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan dalam praktik bahwa sebenarnya kedua pihak tidak dalam posisi yang seimbang. Pada kenyataannya pihak mitra usaha harus menerima persyaratan-persyaratan yang diberikan oleh perusahaan produsen dalam hal ini perusahaan MLM secara mutlak tanpa bisa menawar lagi. Hal ini disebabkan perusahaan MLM telah mempersiapkan formulir standar kontrak yang berarti setiap calon mitra usaha yang ingin mengadakan perjanjian dengan pihaknya produsen terikat dengan formulir-formulir kontrak yang sudah disediakan perusahaan MLM tersebut. 60 Richard Burton Simatupang, Op. Cit., hlm. 31. Universitas Sumatera Utara perusahaan MLM telah mempersiapkan kemungkinan berkembangnya jaringan distribusi produk yang ia miliki secara massal dan tidak eksklusif dipegang oleh 1 satu distributor dan hanya pada 1 satu negara melainkan lebih dari itu. Oleh karenanya untuk mempermudah aspek pemahaman transaksi, pola administrasi dan permasalahan lainnya, maka perusahaan penjualan langsung atau MLM cenderung menjalankan pola pemberlakuan standar kontrak baku tersebut. Pada perjanjian yang telah dibuat dengan format baku ini seharusnya disebutkan hak dan kewajiban dari mitra usaha agar pihak ketiga dengan jelas mengetahui apa hak dan kewajiban mereka jika bergabung mereka ingin menjadi anggota jaringan pemasaran perusahaan MLM tersebut. Secara normatif menurut hukum dagang, kedudukan mitra usaha dalam sistem penjualan langsung atau MLM berdasaran perjanjian distribusi tidak dapat digolongkan kedalam salah satu jenis pedagang perantara secara baik agen maupun distributor secara mutlak, melainkan memiliki kedudukan campuran antara agen dan distributor tergantung jenis transaksi yang ia lakukan dengan pihak ketiga. Meski pada kenyataannya distributor perusahaan MLM sering disebut sebagai agen resmi atau sales yang bertugas melakukan penjualan produk secara langsung kepada konsumen. Istilah agen resmi atau sales sesungguhnya kurang tepat untuk dipergunakan, sebab kedua istilah tersebut secara luas dapat diartikan sebagai pegawai tetap, pegawai lepas, pegawai harian, atau honorer yang mempunyai ikatan jam kerja dengan suatu perusahaan dimana hal tersebut tidak terdapat pada mitra usaha perusahaan penjualan langsung atau MLM. Universitas Sumatera Utara Agen dan distributor tidak diatur secara spesifik dalam KUHD, namun perbedaan dan persamaan ciri distributor dan agen sebagai pedagang perantara dapat diketahui dengan berkembangnya hukum dagang seperti yang dapat dilihat melalui rincian dibawah ini : 61 1. Agen : a. pihak yang menjual barang atau jasa untuk dan atas nama prinsipal; b. pendapatan yang diterimanya berupa komisi berdasarkan jumlah barang atau jasa yang dijualnya kepada konsumen; c. barang dikirimkan langsung dari prinsipal ke konsumen jika antara agen dan konsumen mencapai suatu persetujuan; d. agen tunduk pada perjanjian pemberian kuasa sebagaimana diatur dalam Pasal 1792 KUHPerdata; e. pembayaran atas barang yang telah diterima konsumen langsung kepada prinsipal bukan melalui agen. 2. Distributor : a. perusahaan yang bertindak untuk dan atas namanya sendiri; b. membeli dari prinsipal dan menjual kembali kepada konsumen atas kepentingannya sendiri; c. prinsipal tidak selalu mengetahui konsumen akhir dari produk-produknya; d. bertanggung jawab atas keamanan pembayaran barang-barangnya untuk kepentingannya sendiri. 61 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis-Menata Bisnis Modern di Era Global Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005, hlm. 244. Universitas Sumatera Utara Distributor perusahaan MLM lebih tepat disebut sebagai mitra usaha, sebab kerja sama yang dijalin antara keduanya bersifat lebih independen sukarela. Seorang distributor MLM tidak memperoleh penghasilan berkala berupa gaji atau upah sebagaimana yang diperoleh pekerja, pegawai atau karyawan dari suatu perusahaan, akan tetapi ia memperoleh penghasilan dalam bentuk komisi berupa imbalan yang berkaitan dengan omzet penjualan. Dengan demikian distributor MLM dapat dikatakan sebagai pengusaha yang mandiri. Jika dikaji menurut hukum dagang, perjanjian yang telah dibuat antara pihak mitra usaha dan perusahaan MLM seringkali membuat mitra usaha tidak mempunyai kedudukan yang pasti dalam jenis pedagang perantara, karena terdapat beberapa poin penting yang menyatakan seorang mitra usaha termasuk kedalam golongan pedagang perantara yang tidak disebutkan secara khusus dalam KUHD seperti yang disebutkan ini : 1. Mitra usaha adalah pihak yang melakukan perjanjian untuk melakukan pekerjaan dengan perusahaan penjualan langsung atau MLM dengan nama perjanjian kerjasama distribusi. Perjanjian kerjasama distribusi ini termasuk kedalam golongan perjanjian untuk melakukan pekerjaan dengan pelayanan berkala. Jadi antara keduanya tidak mempunyai urusan yang tetap, melainkan urusan yang sesekali menguntungkan. 2. Perjanjian kerjasama distribusi antara mitra usaha dan perusahaan penjualan langsung atau MLM tersebut menjadi satu-satunya landasan untuk menentukan hak serta kewajiban mitra usaha dan perusahaan penjualan langsung atau MLM dalam menjalankan usahanya. Perjanjian tersebut Universitas Sumatera Utara memberikan kedudukan yang tidak seimbang kepada kedua belah pihak pada praktiknya, karena seorang mitra usaha tidak lagi bersifat mandiri dan independent melainkan terikat oleh peraturan yang dibuat perusahaan MLM berupa kode etik. 3. Mitra usaha dalam praktiknya menjalankan usaha marketing mendapatkan upah atau bayaran berupa komisi berdasarkan jumlah paket atau volume atau kuantitas barang yang terjual baik oleh dirinya secara langsung maupun dari jaringan yang ia bangun, komisi yang di dapat oleh mitra usaha dalam menjalankan bisnisnya ini ditentukan oleh kebijakan perusahaan penjualan langsung atau MLM. 4. Seorang mitra usaha yang merupakan badan usaha mandiri, dalam menjalankan bisnisnya dapat bertindak baik atas nama perusahaan penjualan langsung atau MLM secara khusus ataupun atas nama dirinya sendiri secara umum tergantung tujuan apa yang ingin ia capai dalam menjalankan bisnisnya tersebut. Pada umumnya seorang mitra usaha bertindak dengan cara menawarkan produk atau sistem bisnis yang sebenarnya ditawarkan oleh perusahaan penjualan langsung atau MLM. Dalam hal ini ia bertindak sebagai pedagang perantara dimana ia dapat mengambil keuntungan ketika pihak ketiga berniat untuk membeli produk yang ia tawarkan ataupun ketika pihak ketiga tersebut memutuskan untuk bergabung menjadi bagian dari jaringan mitra usaha. 5. Keuntungan yang didapat oleh mitra usaha dalam menjalankan bisnisnya tidak hanya berupa komisi yang diberikan oleh perusahaan, melainkan juga Universitas Sumatera Utara keuntungan dari penjualan eceran. Apabila seorang mitra usaha mendapatkan komisi dari perusahaan penjualan langsung atau MLM berarti telah terjadi penjualan barangpaket secara resmi oleh mitra usaha tersebut ataupun jaringan pemasarannya dengan syarat pembelian barangpaket tersebut dilakukan oleh mitra usaha ataupun jaringan pemasarannya tersebut dengan melibatkan pihak perusahaan penjualan langsung atau MLM, ataupun terjadinya pertambahan anggota jaringan pemasaran mitra usaha tersebut yang sudah pasti disertai dengan pertambahan jumlah barangpaket yang telah terjual. 6. Apabila seorang mitra usaha dalam menjalankan bisnisnya menjual barangpaket secara resmi atau merekrut pihak ketiga untuk bergabung kedalam jaringan pemasarannya guna mendapatkan komisi maka ia hanya menjadi perpanjangan tangan agen perusahaan penjualan langsung atau MLM pada saat melakukan penawaran kepada pihak ketiga apabila ia melakukan penawaran sesuai kode etik. Namun apabila ia berniat untuk mendapatkan keuntungan eceran dengan cara menjual produk tanpa melibatkan perusahaan penjualan langsung atau MLM, maka pada saat itu ia dapat dikatakan berdiri sendiri dan bukan perpanjangan dari perusahaan independent traderdistributor sehingga pada saat itu ia tidak wajib untuk menaati kode etik yang dibuat oleh perusahaan penjualan langsung atau MLM. 7. Ketika seorang mitra usaha bertindak sebagai perpanjangan tangan perusahaan, maka disini ia wajib melaporkan kepada perusahaan penjualan Universitas Sumatera Utara langsung atau MLM yang diwakilinya mengenai dengan siapa ia membuat perjanjian. Apabila seorang mitra usaha bertindak atas nama dirinya sendiri maka ia tidak wajib untuk memberitahu kepada perusahaan MLM dengan siapa ia membuat kesepakatan guna mendapatkan keuntungannya itu. 8. Seorang mitra usaha yang berada dalam jaringan pemasaran tidak dapat dimintai pertanggung jawaban secara bertingkat, karena kedudukan diantara mereka bukanlah subordinasi melainkan kedudukan terpisah dimana seorang mitra usaha tidak bertanggung jawab atas kesalahan apapun terhadap mitra usaha lain yang berada di jaringannya. Berdasarkan beberapa poin diatas dapat diketahui bahwa seorang mitra usaha mempunyai kedudukan ganda tergantung jenis penghasilan mana yang ingin ia dapatkan dalam menjalankan bisnisnya, ia bisa bertindak layaknya seorang agen perusahaan penjualan langsung atau MLM ataupun distributor. Kemampuan seorang mitra usaha yang dapat bertindak layaknya agen dan distributor tersebut membuat ia tidak dapat digolongkan kedalam salah satu jenis golongan perantara yang telah diatur oleh KUHD. Jadi, mitra usaha merupakan hasil yang lebih baik dari gabungan kedua golongan pedagang perantara tersebut agen dan distributor, hal ini didasari oleh ciri-ciri mitra usaha yang disebutkan dibawah ini : 1. Bertindak untuk dan atas namanya sendiri secara umum. 2. Bertindak atas nama perusahaan MLM secara khusus. 3. Membeli dari prinsipal dan menjual kembali kepada konsumen demi kepentingannya sendiri. Universitas Sumatera Utara 4. Pendapatan yang diterimanya secara umum berasal dari penjualan barang atau jasa kepada konsumen yang sebelumnya telah ia beli dari perusahaan MLM. 5. Pendapatan yang diterimanya secara khusus berupa komisi berdasarkan jumlah barang atau jasa yang dijualnya kepada konsumen. 6. Tidak bertanggungjawab atas tindakan anggota jaringan pemasarannya 7. Secara umum perusahaan MLM tidak selalu mengetahui konsumen akhir dari produk-produknya. 8. Bertanggung jawab atas keamanan pembayaran barang-barangnya untuk kepentingan sendiri. D. Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Mitra Usaha pada Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung UU Perlindungan Konsumen telah memperinci apa saja yang menjadi hak dan kewajiban pelaku usaha. Pelaku usaha juga mempunyai hak-hak yang harus dihargai dan dihormati oleh konsumen, pemerintah, serta masyarakat pada umumnya karena pengusaha tanpa dilindungi hak-haknya akan mengakibatkan macetnya aktivitas perusahaan. Hal ini sejalan dengan asas-asas perlindungan konsumen yaitu asas manfaat, asas keadilan, asas keseimbangan, asas keamanan dan keselamatan konsumen serta asas kepastian hukum. Adapun hak-hak pelaku usaha yang dimuat dalam Pasal 6 UU Perlindungan Konsumen meliputi : 62 62 Pasal 6 UU Perlindungan Konsumen Universitas Sumatera Utara 1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar, barang danatau jasa yang diperdagangkan. 2. Hak mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik. 3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen. 4. Hak untuk rehabilitas nama baik. 5. Hak-hak lain yang diatur perundangan lainnya. Kewajiban pelaku usaha antara lain : 63 1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. 2. Melakukan informasi yang benar dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danjasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. 3. Memperlakukan atau melayani konsumen, secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif, pelaku usaha dilarang membedakan konsumen dalam memberikan pelayanan, pelaku usaha dilarang membeda-bedakan mutu pelayanan kepada konsumen, menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi danatau diperdagangkan berdasar ketentuan standar mutu barang danatau jasa yang berlaku. 4. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji danatau mencoba barang danjasa tertentu serta memberi jaminan danatau garansi atas barang yang dibuat danatau yang diperdagangkan, dan memberi kompensasi ganti 63 Ibid. Universitas Sumatera Utara rugi danatau penggantian apabila barang danatau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 7 dan Pasal 8 dijelaskan mengenai perbuatan hukum yang dilarang bagi pelaku usaha , antara lain : 64 1. Larangan dalam memproduksi memperdagangkan barang dan atau jasa, misalnya : a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dalam ketentuan peraturan perundangan. b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau neto dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut. c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya. d. Tidak sesuai dengan kondisi, jamina, keistimewaan, atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang danatau jasa tersebut. e. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang dan atau jasa tersebut. f. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode atau penggunan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan atau jasa tersebut. g. Tidak mencantumkan tanggal daluwarsa. 64 Endang Purwaningsih, Op. Cit. hlm.76. Universitas Sumatera Utara h. Tidak memasang label tentang penjelasan barang seperti ukuran, berat, isi bersih, komposisi dan lain-lain. i. Tidak mencantumkan informasi dan atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Larangan dalam menawarkan mempromosikan mengiklankan. Pelaku usaha dilarang menawarka, mempromosikan, mengiklankan suatu barang danatau jasa secara tidak benar, dan atau seolah-olah : a. Barang tersebut telah memenuhi dan atau memiliki potongan harga, harga khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah atau guna tertentu. b. Barang tersebut dalam keadaan baik danatau baru. c. Barang danatau jasa tersebut telah mendapat dan memiliki sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja atau aksesoris tertentu. d. Barang dan atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi. e. Barang danatau jasa tersebut tersedia f. Barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi. g. Barang tersebut berasal dari daerah tertentu. h. Secara tidak langsung atau langsung merendahkan barang dan atau jasa lain. i. Menggunakan kata-kata yang berlebihan seperti aman, tidak berbahaya, tidak mengandung risiko atau efek samping tanpa keterangan yang Universitas Sumatera Utara lengkap, dan menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti. Para mitra usaha juga memiliki hak serta kewajiban yang harus dilaksanakan. Adapun yang menjadi hak mitra usaha, antara lain : 65 1. Hak untuk mendapatkan kompensasi Setiap mitra usaha mempunyai hak untuk mendapatkan kompensasi, tetapi para mitra tidak boleh menerima selain dari kompensasi atas pelayanan kemitraan. 2. Hak untuk mendapatkan ganti rugi Suatu waktu seorang mitra melakukan perjalanan bisnis atau kegiatan lainnya yang merupakan kemitraan. Ada kalanya mitra tersebut harus terlebih dahulu mengeluarkan dana pribadinya. Oleh karena itu mitra tersebut berhak memperoleh ganti rugi atas dana yang dikeluarkannya tersebut. 3. Hak untuk memperoleh pengembalian pinjaman Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa setiap mitra dapat memberikan pinjaman kemitraan. Oleh karena itu mitra tersebut berhak untuk menerima pengembalian pinjaman tersebut. 4. Hak untuk memperoleh pengembalian modal Setiap mitra berhak untuk menarikmenerima modal yang telah dikontribusikan kepada kemitraan. Tetapi hak setiap mitra tersebut dilakukan bilamana suatu kemitraan dibubarkan. 5. Hak untuk mendapatkan informasi 65 Johannes Ibrahim, Op. Cit. hlm. 30. Universitas Sumatera Utara Setiap mitra berhak memperoleh informasi berkaitan dengan kemitraan. Selain memiliki hak, seorang mitra usaha memiliki kewajiban-kewajiban antara lain kewajiban untuk mentaati perjanjian. Setiap mitra usaha yang membuat perjanjian dengan perusahaan produsen, maka perjanjian itu mengikat bagi dirinya. Apabila seorang mitra usaha melanggar kewajibannya tersebut, maka dia berkewajiban membayar ganti rugi atau mendapat sanksi atas pelanggaran sesuai dengan kode etik yang telah dibuat oleh perusahaan produsen. Universitas Sumatera Utara 69 BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MITRA USAHA DALAM PERUSAHAAN BERBASIS DISTRIBUSI PENJUALAN LANGSUNG ATAS TUNTUTAN GANTI RUGI OLEH KONSUMEN YANG DISEBABKAN KARENA KEGAGALAN PRODUK A. Kerugian yang Mungkin Diderita Oleh Konsumen dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Pada peristiwa hukum jual-beli tak jarang konsumen merasa dirugikan dengan perbuatan pelaku usaha yang tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. Yang dimaksud dengan kerugian menurut Nieuwenhuis adalah “berkurangnya harta kekayaan pihak yang satu, yang disebabkan oleh perbuatan melakukan atau membiarakan yang melanggar norma oleh pihak lain”. Selain Nieuwenhuis, Bloembergen juga berpendapat mengenai apa yang dimaksud dengan kerugian. Pengertian kerugian menurut Bloembergen yaitu, bahwa kerugian merupakan pengertian normatif yang membutuhkan penafsiran, dan menurutnya bukan kehilangan atau kerusakan barang yang merupakan kerugian, melainkan harga barang yang dimaksud atau biaya-biaya perbaikan. Bentuk kerugian yang dapat diterima oleh konsumen yang melakukan pembelian barang melalui sistem penjualan langsung atau MLM dapat berupa pelanggaran hak konsumen oleh pelaku usaha. Pelaku usaha terkadang melakukan kecurangan dengan cara memberikan informasi yang tidak benar dengan bentuk, warna, ukuran, harga, atau kualitas dari barang yang ditawarkannya melalui MLM untuk mendapakan keuntungan besar. Adanya Universitas Sumatera Utara persaingan curang, pemalsuan, penipuan, periklanan yang menyesatkan, dan sebagainya yang dilakukan oleh pelaku usaha jelas dapat merugikan konsumen. Penolakan pelaku usaha dengan tidak memberikan ganti kerugian kepada konsumen juga menambah kerugian bagi konsumen yang melakukan pembelian barang melalui MLM. Secara umum, masalah-masalah yang sering dikeluhkan konsumen berkenaan dengan pelanggaran hak konsumen sebagai berikut : 66 1. Keluhan terhadap keterlambatan pengiriman barang. 2. Barang yang dikirim sering kali berbeda dengan apa yang sudah dipesan. 3. Kualitas barang yang tidak bagus. 4. Pelayanan barang jasa yang buruk. 5. Manipulasi produk barangjasa yang ditawarkan dengan berbagai cara. Kerugian yang mungkin diterima oleh konsumen dalam perusahaan berbasis penjualan langsung atau MLM antara lain : 1. Kecacatan pada produk yang diterima Perusahaan MLM pada umumnya menjual produk suplemen kesehatan, makanan ataupun produk kebersihan yang mempunyai kemungkinan lebih sering untuk dibeli oleh masyarakat. Produk-produk tersebut tidak hanya berasal dari dalam negeri namun juga dari luar negeri. Untuk dapat melakukan kegiatannya tersebut, perusahaan penjualan langsung atau MLM harus melewati proses yang cukup rumit seperti mendapatkan surat izin untuk melakukan penjualan, surat izin untuk melakukan penjualan dengan sistem penjualan langsung, serta 66 Ibid, hlm. 12. Universitas Sumatera Utara prosedur lain terhadap produk-produk yang mereka jual. Untuk dapat menjual produk tertentu dalam sistem penjualan langsung atau MLM, produk tersebut harus terlebih dahulu lulus dari pengujian yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM dan Majelis Ulama Indonesia. Sejauh ini pendaftaran makanan dan minuman untuk seluruh wilayah Indonesia ditangani langsung oleh Direktorat Penilaian Keamanan Pangan, Badan POM. Untuk makanan dalam dan luar negeri diperlukan fotokopi izin industri dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Formulir pendaftaran dapat diperoleh di bagian Tata Usaha Direktorat Penilaian Keamanan Pangan, Badan POM, Gedung D Lantai III, Jl.Percetakan Negara No.23 Jakarta Pusat, Telp. 021-4245267. Setelah formulir diisi dengan lengkap, kemudian diserahkan kembali bersama contoh produk dan rancangan label yang sesuai dengan yang akan diedarkan. Penilaian untuk mendapatkan nomor pendaftaran disebut penilaian keamanan pangan. Pada dasarnya klasifikasi penilaian pangan ada dua macam, yaitu penilaian umum dan penilaian ODS One Day Service. Penilaian umum adalah untuk semua produk beresiko tinggi dan produk baru yang belum pernah mendapatkan nomor pendaftaran. Penilaian ODS adalah untuk semua produk beresiko rendah dan produk sejenis yang pernah mendapatkan nomor pendaftaran. Produk yang berupa suplemen kesehatan ataupun produk kebersihan ini sering kali tidak lepas dari kecacatan. Kecacatan yang timbul ini dapat menyebabkan kerugian pada pihak ketiga yang akan menggunakan produk Universitas Sumatera Utara tersebut. Namun dalam praktiknya tanggung jawab mengenai siapa yang harus mengganti kerugian masih sering menjadi perdebatan karena tidak mempunyai pengaturan yang jelas. Kecacatan yang sering terjadi adalah rusaknya produk ataupun telah lewatnya masa kadaluarsa serta produk yang tidak sesuai standar yang telah ditetapkan. Apabila barang yang telah dijual kepada konsumen tersebut sudah masuk kedalam tanggal kadaluarsa maka akan dapat menyebabkan penyakit dan kerugian bagi konsumen. Apabila hal tersebut terjadi maka pertanggungjawaban pihak manakah yang harus diminta masih menjadi pertanyaan. Pihak mitra usaha yang merupakan badan usaha mandiri tentu saja tidak terlibat dalam proses pembuatan produk tersebut, namun seringkali pihak mitra usahalah yang dimintai pertanggungjawaban karena mereka yang menjual produk tersebut ke masyarakat. Terdapat 3 tiga jenis kegagalan produk yang terjadi pada kegiatan produksi, ketiga jenis kegagalan tersebut adalah : a. Dijual langsung Kegagalan yang dijual lagsung adalah jenis produk gagal atau produk cacat yang tidak lulus tahap inspeksi, namun masih layak untuk dijual langsung kepada konsumen yang siap menampung produk cacat jenis seperti ini. b. Dikerjakan kembali Universitas Sumatera Utara Kegagalan ini merupakan jenis produk cacat yang dapat dimasukkan ke dalam proses produksi lagi untuk diproses lebih lanjut, untuk menghasilkan suatu produk lain dalam kondisi yang tidak cacat lagi. c. Dibuang langsung Kegagalan ini merupakan jenis produk cacat yang paling parah. Artinya produk cacat jenis ini merupakan hasil dari proses produksi yang sudah tidak ada artinya lagi. Dalam artian, produk cacat tersebut sudah tidak mungkin tidak dikerjakan kembali dan juga sudah tidak mungkin untuk dijual, karena tingkat kegagalan produk jenis ini merupakan kegagalan yang tidak dapat diusahakan apa-apa. Jadi solusi untuk menangani jenis barang seperti ini adalah dengang dibuang langsung. 2. Tindakan marketing yang berlebihan Tindakan marketing tidak terlepas dari peran Mitra usaha guna mendapatkan omset bagi jaringannya agar ia memperoleh penghasilan. Pemasaran marketing adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Contohnya, seorang manusia membutuhkan air dalam memenuhi kebutuhan dahaganya. Jika ada segelas air maka kebutuhan dahaganya akan terpenuhi. Namun manusia tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya namun juga ingin memenuhi keinginannya yaitu misalnya segelas air merek Aqua yang bersih dan mudah dibawa. Maka manusia ini memilih Aqua Universitas Sumatera Utara botol yang sesuai dengan kebutuhan dalam dahaga dan sesuai dengan keinginannya yang juga mudah dibawa. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk product, penetapan harga price, pengiriman barang place, dan mempromosikan barang promotion. Seseorang yang bekerja dibidang pemasaran disebut pemasar. Pemasar ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju. Pada perusahaan penjualan langsung atau MLM, seorang mitra usaha melakukan tindakan marketing guna mendapatkan pembeli. Namun pada kenyataannya banyak tindakan marketing ini yang berlebihan dan tidak sesuai kenyataan. Perusahaan penjualan langsung atau MLM telah diwajibkan untuk memberikan pelatihan kepada para mitra usahanya agar mengetahui dengan benar apa yang mereka jual agar siap dalam menghadapi konsumen, namun hal itu tidak menutup kemungkinan para mitra usaha yang ingin cepat mendapatkan bonus dengan cara melebih-lebihkan keunggulan produk-produk yang mereka tawarkan. Tindakan ini dapat menyebabkan kekecewaan pada pihak ketiga yang membeli barang mereka, dalam kenyataannya tidak ada penanganan khusus terhadap mitra usaha yang melebih-lebihkan ataupun berbohong soal produk yang mereka jual, hal ini sudah menjadi rahasia umum dan menyebabkan buruknya nama MLM. Universitas Sumatera Utara

B. Perjanjian Kerjasama antara Mitra Usaha dan Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

1 22 123

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 0 9

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 0 2

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 1 23

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 0 53

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 2 7

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 1 1

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 0 20

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 0 24

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 0 3