2. 3. Total Penetapan Tingkat Risiko Risk Ranking di Bidang Impor

109 dokumen tidak melanggar aturan-aturan kepabeanan yang telah ditetapkan serta memberikan pelayanan yang prima. Banyaknya jumlah kegiatan importasi sepanjang tahun 2015 yang dilakukan di KPPBC TMP C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai, seperti data yang ditunjukkan dalam Pemberitauhan Impor Barang berikut ini : Tabel 4.3 Komposisi Penjaluran Risiko Pemberitahuan Impor Barang PIB Pada Tahun 2015 di KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai No. Jalur Status Importir Importir Umum Importir Produsen Importir Terdaftar Jumlah Jumlah Jumlah 1. Hijau 15

7.7 2.

Kuning 162

83.6 3.

Merah 17

8.7 Total

194 100 Sumber: KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai Berdasarkan profil importir yang berada di KPPBC TMP C Teluk Nibung, terlihat bahwa PIB yang tergolong risiko sedang dan tinggi lebih besar bila dibandingkan dengan PIB yang memiliki risiko lebih rendah. Jumlah PIB yang tergolong memiliki tingkat risiko sedang jalur kuning sebesar 83.6 , tingkat risiko tinggi jalur merah sebesar 8.76 , sedangkan tingkat risiko rendah sebesar 7.7 dari keseluruhan jumlah PIB. Universitas Sumatera Utara 110 1. Profil Importir Profil importir adalah suatu sistem pengelompokan importir yang didasarkan pada beberapa elemen yang digunakan sebagai dasar penilaian untuk penetapannya. Importir pertama kali melakukan registrasi kepada DJBC untuk mendapatkan Nomor Induk Kepabeanan NIK. NIK ini yang akan menjadi sumber data bagi DJBC untuk mendata seluruh perusahaan importir yang ada di Indonesia. Berdasarkan data awal ini, pihak Bea dan Cukai pusat akan melakukan penelitian formulir isian, meliputi penelitian administrasi dan dapat dilakukan pemeriksaan lapangan. Disamping itu, pihak Bea dan Cukai akan melakukan penilaian apakah importir layak untuk diproses selanjutnya. Proses registrasi yang dilakukan oleh importir akan memudahkan DJBC untuk mendapatkan informasi mengenai jenis barang yang diimpor, nilai pabean yang dilaporkan, jenis usahanya, identitas pengurus dan penanggungjawab, kepastian penyelenggaraan pembukuan, dan sebagainya. Informasi-informasi inilah yang akan dianalisis oleh DJBC untuk melihat apakah importir tersebut berisiko tinggi atau rendah. Senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Irawan selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I berikut: “Untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya risiko suatu importir itu dapat dianalisis dari berbagai elemen-elemen mengenai profil importir yaitu eksistensi perusahaan, modal perusahaan, Nature Of Bussiness NOB, Track Record audit.” Hal yang senada juga dikatakan oleh Bapak Aulia Nasution dari Kasubsi Penindakan dan Penyidikan berikut: Universitas Sumatera Utara 111 “Elemen-elemen profil importir misalnnya laporan keuangan, bentuk perusahaan, eksistensi perusahaan, pernahtidak melakukan pelanggaran, memiliki ahli kepabeanan, audit akuntan publik, spesifikasi pegawai, yang membawahi bagian keuangan, dan lain- lain.” Berdasarkan data awal ini, pihak Bea dan Cukai dapat mengamati dan melakukan penilaian pada saat melakukan kegiatan importasi. Dari sini dapat dilihat jumlah pelanggaran, nilai pabean, tarif, barang-barang yang diimpornya, negara asal, dan lain sebagainya. Penetapan tingkat risiko dilakukan berdasarkan Profil Importir dan Profil Komoditi. Adapun yang dimaksud dengan Profil Importir adalah : Profil Importir adalah kumpulan elemen yang dapat mengindikasikan tingkat risiko importir. Secara umum profil importir dapat digolongkan ke dalam empat golongan risiko yaitu low-risk, medium-risk, high -risk, very high-risk. Kriteria-kriteria yang menjadi acuan tinggi rendahnya risiko impor, sebagai berikut : 1. Jumlah Pelanggaran 2. Masalah Tambah Bayar 3. Nilai Impor dalam suatu Pemberitahuan Barang Impor 9PIB 4. Besarnya Denda 5. Frekuensi Pelanggaran 6. Frekuensi Impor 7. Umur Perusahaan Universitas Sumatera Utara 112 Elemen-elemen profil ini terkait dengan jumlah pelanggaran yang dilakukan dalam importasi yang dapat mengakibatkan tambah bayar karena adanya pelanggaran dalam pemberitahuan tentang nilai impor. Hal ini disebabkan oleh adanya kewajiban pengamanan hak-hak negara. Pelanggaran administratif maupun pidana sangat mempengaruhi profil risiko tersebut. Sebagaimana disebutkan oleh Bapak Irawan Selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I: “Jika pelanggarannya mengakibatkan kekurangan pembayaran Bea masuk dan pajak dalam rangka impor, maka dibuatkan penagihan atau kekurangan tersebut, sampai dibuka penyitaan aset apabila tidak dipenuhinya kekurangan pembayaran tersebut, jika pelanggarannya terkait pidana maka dipidanakan. Hal ini akan mempengaruhi tingkat profil risiko tersebut. Biasanya akan langsung dinaikkan ke jalur merah.” Disamping mengetahui data kegiatan dari importir, juga dapat dilihat dari tempatlokasi berupa gedung sebagai tempat importir melakukan aktivitas pekerjaannya. Karena status gedung sewa hingga permanen bisa memberikan tingkat kepercayaan Bea dan Cukai untuk menentukan tingkat risiko atas profil importir tersebut. Hal ini juga dikatakan oleh bapak Aulia Nasution selaku Kasubsi Penindakan dan Penyidikan : “Dalam menentukan profil impotir juga bisa dilihat dari gedung yang dimiliki importir. Gedung sewa atau permanen. Kalau gedungnya sewa kan bisa saja dia pindah kapanpun. Kalau sudah permanen itu risikonya lebih kecil” Universitas Sumatera Utara 113 Gambar 4.4 Proses Penentuan Profil Importir Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa penentuan profil importir dimulai saat registrasi importir. Dengan acuan registrasi inilah didapatkan data awal sehingga bisa dilakukan pemeriksaan ke lapangan oleh pihak Bea dan Cukai. Dari isian data yang dilaporkan importir tersebut juga didapatkan data-data terkait jenis barang, kebenaran jumlah barang, negara asal barang, nilai pabean, tarif, dan sebagainya. Data-data inilah yang akan diinput dalam penentuan profil importir. Secara umum penilaian terhadap profil importir itu berlangsung terus menerus, dalam artian DJBC melakukan update profil importir secara bertahap sehingga perusahaan yang awalnya berada pada level importir berisiko tinggi tidak selamanya akan berada pada level tersebut tetapi Registrasi Importir Importasi Data Awal Data Impor : 1. Barang 2. Negara Asal 3. Supplier 4. Dan lain-lain Pelanggaran : 1. JumlahJenis 2. Harga Nilai Pabean 3. Tarif Profil Importir Universitas Sumatera Utara 114 dapat naik ke level yang lebih tinggi tergantung dari performa dari perusahaan tersebut selama melakukan kegiatan impor. 2. Profil Komoditi Pengelompokkan tingkat risiko atas komoditi yang masuk ke dalam daerah pabean Indonesia dilakukan dengan banyak pertimbangan. Adapun yang menjadi kumpulan elemen profil komoditi antara lain adalah sebagai berikut : 1. Kategori tingkat risiko a. Very High Risk : adalah komoditi yang berdasarkan aturan-aturan tertentu kegiatannya impornya harus diawasi oleh pemerintah karena menyangkut kebutuhan orang banyak atau sangat terkait dengan ekonomi nasional misalnya tepung, beras, dan gula dan juga termasuk barang-barang yang ada sangkut pautnya dengan barang-barang prekursor narkotik termasuk bahan pembuatnya b. High Risk : adalah komoditi yang dalam pengimporannya membutuhkan izin- izin tertentu, misalnya barang-barang elektronik handphone, earphone, compressor, dan sebagainya, barang-barang kesehatan dan barang-barang sejenis lainnya. Pertimbangan komoditi dalam kategori Hi-risk karena masih terkait dengan sejumlah peraturan dari Departemen lain yang terkait. c. Low Risk : adalah komoditi yang tidak termasuk dalam kedua kelompok tersebut di atas, barang ini biasanya adalah bahan baku untuk pabrik yang bersifat umum. Universitas Sumatera Utara 115 Pertimbangan dilakukannya penentuan tingkat risiko atas profil importir ini untuk mencegah terjadinya pembanjiran barang-barang impor dipasaran yang dapat mengganggu pasar dan industri dalam negeri serta memberikan insentif kepada industri dalam negeri. Dari deskripsi tentang profil importir dan komoditi di atas maka bisa disimpulkan secara sederhana, yaitu ada input berupa elemen-elemen profil importir dengan profil komoditi pada saat registrasi, kemudian elemen-elemen tersebut di identifikasi dan diukur tingkat risikonya sehingga outputnya berupa penetapan jalur sesuai tingkat risiko yaitu hijau risiko rendah, kuning risiko sedang, merah risiko tinggi. Jalur yang telah ditetapkan tidak statis karena akan ada evaluasi dari bea dan cukai untuk memindahkan jalur importir berdasarkan track recordnya. Sehingga outcome yang diharapkan adalah kelancaran arus barang yang masuk dan penerimaan hak-hak keuangan negara bisa dioptimalkan dengan pengawasan dan pelayanan yang prima. Tabel 4.4 Perbandingan Jalur Impor di KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai Hijau Kuning Merah PIB dikirimkan √ √ √ Konfirmasi Perizinan √ √ √ Rekonsilisasi PembayaranJaminan √ √ √ Penelitian Dokumen √ √ Pemeriksaan Fisik √ SPPB √ √ √ Penelitian Dokumen √ Sumber: DJBC Universitas Sumatera Utara 116 Barang Larangan dan Pembatasan LARTAS Barang Larangan danatau Pembatasan atau yang sering disingkat dengan kata Lartas saja adalah barang-barang yang dilarang danatau dibatasi impor atau ekspornya. Hal tersebut berarti tidak semua jenis barang dapat dengan serta merta diimpor ke Indonesia ataupun diekspor keluar negeri.Barang-barang yang termasuk katagori terkena lartas tersebut diatas, tidak diijinkan untuk diimpor diekspor seluruhnya, ataupun bisa saja diijinkan untuk diimpor diekspor setelah memenuhi sejumlah ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Instansi Teknis Terkait dalam peraturan di bidang lartas.

Dokumen yang terkait

Penerapan Electronic Government Dalam Pelayanan Publik Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean Belawan

10 101 114

JAMINAN KEPABEANAN PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN SURAKARTA

2 10 73

APLIKASI NOTA PELAYANAN EKSPOR BERBASIS WEB STUDI KASUS : KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B SIDOARJO.

0 0 15

SISTEM PELAYANAN INFORMASI BERBASIS WEB STUDI KASUS : KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B SIDOARJO.

0 0 4

SISTEM OTOMATISASI KANTOR DI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B SURAKARTA.

0 1 15

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 1 11

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 1

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 50

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 5

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 2