109
dokumen tidak melanggar aturan-aturan kepabeanan yang telah ditetapkan serta memberikan pelayanan yang prima. Banyaknya jumlah kegiatan importasi
sepanjang tahun 2015 yang dilakukan di KPPBC TMP C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai, seperti data yang ditunjukkan dalam Pemberitauhan Impor Barang
berikut ini : Tabel 4.3 Komposisi Penjaluran Risiko Pemberitahuan Impor Barang PIB Pada
Tahun 2015 di KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai
No. Jalur
Status Importir Importir Umum
Importir Produsen Importir Terdaftar
Jumlah Jumlah
Jumlah 1.
Hijau 15
7.7 2.
Kuning 162
83.6 3.
Merah 17
8.7 Total
194 100
Sumber: KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai
Berdasarkan profil importir yang berada di KPPBC TMP C Teluk Nibung, terlihat bahwa PIB yang tergolong risiko sedang dan tinggi lebih besar bila
dibandingkan dengan PIB yang memiliki risiko lebih rendah. Jumlah PIB yang tergolong memiliki tingkat risiko sedang jalur kuning sebesar 83.6 , tingkat
risiko tinggi jalur merah sebesar 8.76 , sedangkan tingkat risiko rendah sebesar 7.7 dari keseluruhan jumlah PIB.
Universitas Sumatera Utara
110
1. Profil Importir Profil importir adalah suatu sistem pengelompokan importir yang
didasarkan pada beberapa elemen yang digunakan sebagai dasar penilaian untuk penetapannya. Importir pertama kali melakukan registrasi kepada DJBC untuk
mendapatkan Nomor Induk Kepabeanan NIK. NIK ini yang akan menjadi sumber data bagi DJBC untuk mendata seluruh perusahaan importir yang ada di
Indonesia. Berdasarkan data awal ini, pihak Bea dan Cukai pusat akan melakukan penelitian formulir isian, meliputi penelitian administrasi dan dapat dilakukan
pemeriksaan lapangan. Disamping itu, pihak Bea dan Cukai akan melakukan penilaian apakah importir layak untuk diproses selanjutnya. Proses registrasi yang
dilakukan oleh importir akan memudahkan DJBC untuk mendapatkan informasi mengenai jenis barang yang diimpor, nilai pabean yang dilaporkan, jenis
usahanya, identitas pengurus dan penanggungjawab, kepastian penyelenggaraan pembukuan, dan sebagainya. Informasi-informasi inilah yang akan dianalisis oleh
DJBC untuk melihat apakah importir tersebut berisiko tinggi atau rendah. Senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Irawan selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan
Cukai I berikut: “Untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya risiko suatu importir itu
dapat dianalisis dari berbagai elemen-elemen mengenai profil importir yaitu eksistensi perusahaan, modal perusahaan, Nature Of
Bussiness NOB, Track Record audit.”
Hal yang senada juga dikatakan oleh Bapak Aulia Nasution dari Kasubsi Penindakan dan Penyidikan berikut:
Universitas Sumatera Utara
111
“Elemen-elemen profil importir misalnnya laporan keuangan, bentuk perusahaan, eksistensi perusahaan, pernahtidak melakukan
pelanggaran, memiliki ahli kepabeanan, audit akuntan publik, spesifikasi pegawai, yang membawahi bagian keuangan, dan lain-
lain.”
Berdasarkan data awal ini, pihak Bea dan Cukai dapat mengamati dan melakukan penilaian pada saat melakukan kegiatan importasi. Dari sini dapat
dilihat jumlah pelanggaran, nilai pabean, tarif, barang-barang yang diimpornya, negara asal, dan lain sebagainya. Penetapan tingkat risiko dilakukan berdasarkan
Profil Importir dan Profil Komoditi. Adapun yang dimaksud dengan Profil Importir adalah :
Profil Importir adalah kumpulan elemen yang dapat mengindikasikan tingkat risiko importir. Secara umum profil importir dapat digolongkan ke dalam
empat golongan risiko yaitu low-risk, medium-risk, high -risk, very high-risk. Kriteria-kriteria yang menjadi acuan tinggi rendahnya risiko impor, sebagai
berikut : 1. Jumlah Pelanggaran
2. Masalah Tambah Bayar 3. Nilai Impor dalam suatu Pemberitahuan Barang Impor 9PIB
4. Besarnya Denda 5. Frekuensi Pelanggaran
6. Frekuensi Impor 7. Umur Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
112
Elemen-elemen profil ini terkait dengan jumlah pelanggaran yang dilakukan dalam importasi yang dapat mengakibatkan tambah bayar karena
adanya pelanggaran dalam pemberitahuan tentang nilai impor. Hal ini disebabkan oleh adanya kewajiban pengamanan hak-hak negara. Pelanggaran administratif
maupun pidana sangat mempengaruhi profil risiko tersebut. Sebagaimana disebutkan oleh Bapak Irawan Selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I:
“Jika pelanggarannya mengakibatkan kekurangan pembayaran Bea masuk dan pajak dalam rangka impor, maka dibuatkan penagihan
atau kekurangan tersebut, sampai dibuka penyitaan aset apabila tidak dipenuhinya kekurangan pembayaran tersebut, jika pelanggarannya
terkait pidana maka dipidanakan. Hal ini akan mempengaruhi tingkat profil risiko tersebut. Biasanya akan langsung dinaikkan ke jalur
merah.”
Disamping mengetahui data kegiatan dari importir, juga dapat dilihat dari tempatlokasi berupa gedung sebagai tempat importir melakukan aktivitas
pekerjaannya. Karena status gedung sewa hingga permanen bisa memberikan tingkat kepercayaan Bea dan Cukai untuk menentukan tingkat risiko atas profil
importir tersebut. Hal ini juga dikatakan oleh bapak Aulia Nasution selaku Kasubsi Penindakan dan Penyidikan :
“Dalam menentukan profil impotir juga bisa dilihat dari gedung yang dimiliki importir. Gedung sewa atau permanen. Kalau gedungnya
sewa kan bisa saja dia pindah kapanpun. Kalau sudah permanen itu risikonya lebih kecil”
Universitas Sumatera Utara
113
Gambar 4.4 Proses Penentuan Profil Importir
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa penentuan profil importir dimulai saat registrasi importir. Dengan acuan registrasi inilah
didapatkan data awal sehingga bisa dilakukan pemeriksaan ke lapangan oleh pihak Bea dan Cukai. Dari isian data yang dilaporkan importir tersebut juga
didapatkan data-data terkait jenis barang, kebenaran jumlah barang, negara asal barang, nilai pabean, tarif, dan sebagainya. Data-data inilah yang akan diinput
dalam penentuan profil importir. Secara umum penilaian terhadap profil importir itu berlangsung terus menerus, dalam artian DJBC melakukan update profil
importir secara bertahap sehingga perusahaan yang awalnya berada pada level importir berisiko tinggi tidak selamanya akan berada pada level tersebut tetapi
Registrasi Importir Importasi
Data Awal Data Impor :
1. Barang 2. Negara Asal
3. Supplier 4. Dan lain-lain
Pelanggaran : 1. JumlahJenis
2. Harga Nilai Pabean
3. Tarif Profil Importir
Universitas Sumatera Utara
114
dapat naik ke level yang lebih tinggi tergantung dari performa dari perusahaan tersebut selama melakukan kegiatan impor.
2. Profil Komoditi Pengelompokkan tingkat risiko atas komoditi yang masuk ke dalam daerah
pabean Indonesia dilakukan dengan banyak pertimbangan. Adapun yang menjadi kumpulan elemen profil komoditi antara lain adalah sebagai berikut :
1. Kategori tingkat risiko a. Very High Risk : adalah komoditi yang berdasarkan aturan-aturan tertentu
kegiatannya impornya harus diawasi oleh pemerintah karena menyangkut kebutuhan orang banyak atau sangat terkait dengan ekonomi nasional misalnya
tepung, beras, dan gula dan juga termasuk barang-barang yang ada sangkut pautnya dengan barang-barang prekursor narkotik termasuk bahan
pembuatnya b. High Risk : adalah komoditi yang dalam pengimporannya membutuhkan izin-
izin tertentu, misalnya barang-barang elektronik handphone, earphone, compressor, dan sebagainya, barang-barang kesehatan dan barang-barang
sejenis lainnya. Pertimbangan komoditi dalam kategori Hi-risk karena masih terkait dengan sejumlah peraturan dari Departemen lain yang terkait.
c. Low Risk : adalah komoditi yang tidak termasuk dalam kedua kelompok tersebut di atas, barang ini biasanya adalah bahan baku untuk pabrik yang
bersifat umum.
Universitas Sumatera Utara
115
Pertimbangan dilakukannya penentuan tingkat risiko atas profil importir ini untuk mencegah terjadinya pembanjiran barang-barang impor dipasaran yang
dapat mengganggu pasar dan industri dalam negeri serta memberikan insentif kepada industri dalam negeri.
Dari deskripsi tentang profil importir dan komoditi di atas maka bisa disimpulkan secara sederhana, yaitu ada input berupa elemen-elemen profil
importir dengan profil komoditi pada saat registrasi, kemudian elemen-elemen tersebut di identifikasi dan diukur tingkat risikonya sehingga outputnya berupa
penetapan jalur sesuai tingkat risiko yaitu hijau risiko rendah, kuning risiko sedang, merah risiko tinggi. Jalur yang telah ditetapkan tidak statis karena akan
ada evaluasi dari bea dan cukai untuk memindahkan jalur importir berdasarkan track recordnya. Sehingga outcome yang diharapkan adalah kelancaran arus
barang yang masuk dan penerimaan hak-hak keuangan negara bisa dioptimalkan dengan pengawasan dan pelayanan yang prima.
Tabel 4.4 Perbandingan Jalur Impor di KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai
Hijau Kuning
Merah PIB dikirimkan
√ √
√ Konfirmasi
Perizinan √
√ √
Rekonsilisasi PembayaranJaminan
√ √
√ Penelitian Dokumen
√ √
Pemeriksaan Fisik √
SPPB √
√ √
Penelitian Dokumen √
Sumber: DJBC
Universitas Sumatera Utara
116
Barang Larangan dan Pembatasan LARTAS
Barang Larangan danatau Pembatasan atau yang sering disingkat dengan kata Lartas saja adalah barang-barang yang dilarang danatau dibatasi impor
atau ekspornya. Hal tersebut berarti tidak semua jenis barang dapat dengan serta merta diimpor ke Indonesia ataupun diekspor keluar negeri.Barang-barang yang
termasuk katagori terkena lartas tersebut diatas, tidak diijinkan untuk diimpor diekspor seluruhnya, ataupun bisa saja diijinkan untuk diimpor diekspor setelah
memenuhi sejumlah ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Instansi Teknis Terkait dalam peraturan di bidang lartas.