93
memiliki struktur organisasi yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 131PMK.012011 tentang organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yaitu Sub Bagian Umum, Seksi Penindakan dan Penyidikan, Seksi Perbendaharaan Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai
dan Dukungan Teknis, Seksi Kepatuhan dan Penyuluhan, Kelompok Jabatan Fungsional. Dalam Menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelayanan
ekspor dan impor KPPBC TMP C Teluk Nibung berupaya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Struktur organisasi KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai yang relatif pendek mendukung proses implementasi manajemen risiko dalam kegiatan impor.
Karena dengan struktur yang jelas tugas dan fungsinya dan relatif pendek memberikan kemudahan bagi Kepala Kantor maupun Kasi atau Kasub untuk
mengkoordinir dan mengawasi bawahnya.
IV.2.1 Manajemen Risiko di KPPBC TMP C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai
Manajemen risiko yang berkembang sejak tahun 1970 di negara-negara maju dan baru diterapkan di Indonesia pada akhir tahun 2005, telah dikenal dalam
lingkungan DJBC sejak tahun delapan puluhan. Risiko dapat diperkirakan dan dihitung melalui analisis resiko berdasarkan teori probabilitas. Manajemen risiko
merupakan penerapan prosedur manajemen secara sistematik untuk mengidentifikasikan, menganalisis, menghitungmemperkirakan, serta mengambil
tindakan untuk meminimalkan atau membatasi risiko. Manajemen risiko
Universitas Sumatera Utara
94
diterapkan untuk mempermudah tugas inti Bea Cukai yaitu memeriksa barang yang masuk daerah pelabuhan agar risiko-risiko pelanggaran bisa diperkecil dan
juga tidak menghambat proses perdagangan internasional dikarenakan pemeriksaan yang lambat. Seperti wawancara peneliti kepada Bapak Irawan
selaku Kasubsi Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I : “Ini kan wilayah pabean kita, jadi barang-barang yang masuk ke sini
sudah dianggap barang impor, wajib bayar kalau barang akan dipakai. Karena Bea Cukai tugas intinya memeriksa barang agar
tidak ada pelanggaran dan tugas inti ini gak boleh menghambat perdagangan internasional maka diperlukan penjaluran impor barang
sesuai manajemen risiko yang telah ditentukan Bea Cukai pusat yang di Jakarta. Kalau udah dikasih jalur kan meriksa nya lebih cepat. Ada
jalur hijau, kuning, merah. Sekali Pemberitahuan Impor Barang masuk ke kantor itu kan ratusan box yang sampai dipelabuhan, kan
gak mungkin diperiksa satu-persatu dengan jumlah petugas yang terbatas. Kalau importir mangeluarkan barangnya dari pelabuhan
harus ada izin dari Bea Cukai dulu. Di semua negara juga begitu, gak diperiksa semua barang yang masuk.
Berikut adalah sistem manajemen risiko : 1.
Identifikasi Risiko Pada tahap ini, identifikasi risiko apa saja yang akan dihadapi. Adapun
tindakan yang harus dilakukan adalah dengan melakukan analisis berkepentingan.
Universitas Sumatera Utara
95
Pihak berkepentingan ini adalah pengirim barang, penerima barang, sarana pengangkut, pelabuhan tujuan, pemerintah, dan manajemen itu sendiri.
2. Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor, kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau eksposur yang
rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemngkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula
risikonya. Penetapan tingkat risiko ini dilakukan dengan membagi risiko ke dalam tiga tingkatan, yaitu Hi-risk, Medium-risk, dan Low-risk.
3. Solusi Manajemen Risiko
Ada beberapa model yang bisa diterpkan dalam mengelola risiko. Ada yang pengelolaan risiko secara teknikal, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi
pengelolaan. 4.
Evaluasi dan Audit Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko
berjalan sesuai dengan rencana. Selain itujuga, risiko itu sendiri berkembang monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap
kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko.
Universitas Sumatera Utara
96
5. Pengukuran Kinerja
Model yang diterapkan sesuai dengan tujuan pengelolaan risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis pada perubahan prioritas
risiko. 6.
Tinjauan Dapat diartikan sebagai penilaian kembali atas objek, sistem, dan solusi
yang diberikan oleh manajemen. Dalam tinjauan ini juga dapat dipertimbangkan dalam hal penerapan sistem yang belum tepat serta peningkatan solusi dalam
manajemen risiko. Skema manajemen risiko ini sebagai suatu rangkaian yang berulang.
Gambar 4.1 Skema Manajemen Risiko Sumber: DJBC
1. Identifikasi Risiko
2. Pengukuran
Risiko
3. Solusi Manajemen
Risiko 4. Evaluasi
dan Audit 5.
Pengukuran Kinerja
6. Tinjauan
Universitas Sumatera Utara
97
Adapun informasi yang didapat dari informan tentu terkait dengan penerapan manajemen risiko di bidang impor di KPPBC Teluk Nibung
Tanjungbalai. Dalam perdagangan internasional, dalam hal ini kegiatan impor sangat berkaitan dengan peran dan fungsi Bea dan Cukai sebagai “pintu utama”
masuk ke wilayah Indonesia. Tentunya kegiatan impor memiliki berbagai ancaman yang dapat mengganggu hingga membahayakan wilayah Indonesia
seperti berlebihnya jumlah komoditas di pasar yang dapat mengganggu kestabilan pasar, terjadi penyelundupan yang termasuk ke dalam kegiatan impor ilegal,
penerimaan pajak atas impor yang tidak sesuai yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak negara secara maksimal, dan sebagainya. Untuk itu
diperlukan sebuah terobosan untuk menghadapinya. Bea dan Cukai sebagai “ujung tombak” yang terbiasa menghadapi berbagai
risiko ini memerlukan suatu praktik ilmu yang jitu untuk diterapkan. Manajemen risiko merupakan suatu praktik ilmu yang jitu dalam usaha mencegah dan
menangangi risiko. Penerapan manajemen risiko di bidang impor mampu memperkecilmehilangkan risiko pelanggaran yang akan masuk ke dalam wilayah
pabean Indonesia. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Bapak Irawan selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I:
“Praktek manajemen risiko ini sangat baik untuk menghadapi risiko- risiko pelanggaran. Dalam penerapannya manajemen risiko ini
mampu mempersempitmenghilangkan pelanggaran di bidang risiko impor, terpenuhinya hak-hak negara pungutan bea masuk, pajak
dalam rangka impor, dan pungutan negara lainnya.”
Universitas Sumatera Utara
98
Dengan mengimplementasikan manajemen risiko, Bea dan cukai mampu mengantisipasi dan menangani risiko dalam kegiatan impor secara efektif dan
efisien. Tugas untuk melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan dokumen hingga komoditi impor secara efektif dan efisien dengan sumber daya terbatas
yang dimiliki Bea dan Cukai. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Aulia Nasution sebagai Kasubsi Penindakan dan Penyidikan:
“Tujuan penerapan manajemen risiko adalah agar pelaksanaan pekerjaan pengawasan dalam kegiatan impor dapat dilakukan secara
efektif dan efisien dengan sumber daya terbatas.”
Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Irvan Ardiyansyah Wijanarko selaku Pelaksana Pemeriksa:
“Tujuan untuk mengantisipasi dan menangani risiko adanya kesalahan dalam hal impor secara efektif dan efisien, mampu untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan risiko dalam kegiatan impor, mampu mengintegrasikan proses manajemen risiko ke
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kerja untuk mengurangi risiko pelanggaran dalam impor.”
Risiko adalah suatu ketidakpastian yang dapat merugikan sebuah organisasi dalam menyukseskan visi dan misinya. Pencegahan dan penanggulanganmitigasi
yang matang diperlukan untuk menghadapi setiap risiko pelanggaran dalam kegiatan impor. Beberapa risiko-risiko pelanggaran yang biasa dihadapi oleh Bea
dan Cukai adalah importir salah menentukan Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor PDRI, pencantuman jumlah, jenis, klasifikasi yang tidak sesuai antara
dokumen dengan barang yang diimpor, tidak memenuhi aturan larangan pembatasan, kurangnya kelengkapan dokumen, kerusakan barang atau kemasan
barang, pembongkaran barang di luar kawasan pabean, dan lain sebagainya. Hal
Universitas Sumatera Utara
99
ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Bapak Irawan selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I:
“Risiko yang biasa kita hadapin dari kegiatan impor ini seperti terjadinya praktek manipulasi jumlah, jenis, klasifikasi, dan harga
barang impor sehingga tidak terpenuhinya hak-hak negara pungutan bea masuk, pajak dalam rangka impor, dan pungutan negara lainnya.
Ada juga kecurangan yang sengaja dilakukan dengan maksud memperkecil bea masuk padahal nilai impornya itu besar, karena
pada dasarnya gak ada orang yang mau bayar pajak tinggi. Kalau sudah terdeteksi pelanggaran begini maka importir bisa kena sanksi
dan kena tambah bayar. Track recordnya juga berpengaruh misalnya biasa dia masuk medium-risk jadi ke high-risk.”
Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Irvan Ardiyansyah Wijanarko selaku Pelaksana Pemeriksa:
“Risiko pelanggaran yang biasa terjadi adalah importir yang salah menentukan tarif Bea Masuk dan PDRI, barang yang diangkut tidak
sesuai dengan yang diberitahukan, kurangnya kelengkapan dokumen, kerusakan barang yang sebenarnya dan atau kerusakan kemasan
barang.
IV.2.2 Risiko Pelanggaran di Bidang Impor