Manajemen Risiko Struktur Birokrasi

20 Gambar 1.1 Faktor Penentu Implementasi Menurut Edwards III Sumber : George III Edward, 1980 Jadi, tahapan implementasi merupakan peristiwa yang berhubungan dengan apa yang terjadi setelah perundang-undangan ditetapkan dengan memberikan otoritas pada suatu kebijakan dengna membentuk output yang jelas dan dapat diukur. Dengan demikian tugas implementasi kebijakan sebagai suatu penghubung yang memungkinkan tujuan-tujuan kebijakan mencapai hasil melalui aktivitas atau kegiatan program pemerintah Tangkilisan 2003:9.

I.6.2 Manajemen Risiko

Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari.Risiko adalah ketidaktentuan atau uncertainty yang mungkin menimbulkan kerugian. Menurut Kamus Besar Bahasa Universitas Sumatera Utara 21 Indonesia risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan merugikan dan membahayakan dari suatu perbuatan atau tindakan. Menurut Ali 2006:2 risiko adalah terdapatnya ketidakpastian yang menyebabkan profitability atau bahkan dapat menimbulkan kerugian.Risiko adalah ketidakpastian atau uncertainty yang mungkin melahirkan kerugian Abbas Salim 1989:3. Menurut Kasidi 2010:5 risiko secara umum dapat dikelompokkan menjadi: 1. Risiko spekulatif adalah risiko yang mengandung dua kemungkinan, yaitu kemungkinan yang menguntungkan atau merugikan. 2. Risiko murni adalah yang mengandung satu kemungkinan yaitu kerugian saja. Menurut Kasidi 2010:7 sumber risiko dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Risiko sosial adalah sumber utamanya masyarakat. Artinya, tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan merugikan. 2. Risiko fisik adalah fenomena alam dan sebagian besarnya dilakukan oleh manusia. 3. Risiko ekonomi. Banyak risiko yang dihadapi oleh manusia itu bersifat ekonomi. Manajemen risiko adalah suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi kuantitatifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berhubungan pada setiap aktivitas atau proses Idroes 2008:8. Manajemen Risiko Darmawi 2010 : 10 merupakan Universitas Sumatera Utara 22 suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi.Menurut Dorfman 1998:13 Manajemen Risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami exposure terhadap suatu kerugian. Tindakan manajemen risiko diambil oleh para praktisi untuk merespon bermacam-macam risiko.Responden melakukan dua macam tindakan manajemen risiko yaitu mencegah dan memperbaiki.

I.6.2.1 Tujuan dan Manfaat Penerapan Manajemen Risiko

Ada banyak aspek untuk mencapai kesuksesan suatu program organisasi dalam pelaksanaan pelayanan dan pengawasan.Manajemen risiko merupakan turunan dari ilmu manajemen namun bukan satu-satunya cara ampuh untuk mencapai kesuksesan organisasi. Meskipun demikian,manajemen risiko dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, membantumengurangi kejutan-kejutan, dan meningkatkan kesempatan untuk mencapai kesuksesan organisasi. Jika manajemen risiko dapat diterapkan dengan baik maka akan memiliki tujuan dan manfaat yang baik untuk organisasi dalam mengelola risiko. Tujuan dan manfaat penerapan manajemen risiko menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191PMK. 092008 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Di Lingkungan Departemen Keuangan adalah untuk mengantisipasi dan menangani risiko secara efektif dan efisien. Disamping juga untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan risiko serta Universitas Sumatera Utara 23 memelihara kinerja manajemen rsisiko serta untuk mengintegrasikan proses manajemen risiko ke dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kinerja. Manfaat yang akan diperoleh dengan penerapan manajemen risiko adalah menghindarkan terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan dalam bentuk keluhan maupun keberatan dari para pemangku kepentingan stake holder.

I.6.2.2 Proses Manajemen Risiko

Manajemen risiko dijalankan sebagai sebuah proses dalam organisasi. Secara umum proses manajemen risiko dapat dibagi ke dalam beberapa kegiatan. Paul Hopkins menggambarkan proses manajemen risiko dengan 7Rs dan 4Ts. 7Rs dan 4Ts tersebut antara lain: 1. Recognitian of Risk. 2. Ranking of Risk 3. Responding to significant risk: a. Tolerate. b. Treat. c. Transfer d. Terminate 4. Resource control 5. Reaction and event planning 6. Reporting of risk performance. 7. Reviewing the risk managementsystem. Universitas Sumatera Utara 24 Kegiatan-kegiatan manajemen risiko tersebut dimulai dengan usaha untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang diihadapi atau yang akan dihadapi. Identifikasi risiko-risiko adalah langkah dasar dalam proses manajemen risiko. Dengan telah teridentifikasinya risiko-risiko, maka selanjutnya risiko-risiko tersebut harus disusun dalam peringkat-peringkat sesuai dengan kemungkinan terjadinya maupun dampaknya terhadap organisasi maupun kriteria-kriteria lain yang ditetapkan. Risiko-risiko yang telah dibagi dalam peringkat-peringkat tersebut kemudian ditetapkan tanggapan respond apa yang akan dilakukan terhadap risiko-risiko tersebut. Pengendalian sumber daya selanjutnya dilakukan terhadap sumber daya yang berkaitan dengan risiko-risiko tersebut terjadi. Langkah terkahir adalah melaporkan kegiatan manajemen risiko dan melakukan ulasan atas sistem manajemen risiko yang telah dijalankan. Manajemen Risiko dilaksanakan dengan beberapa proses atau tahapan. Menurut Ronny 2008:14proses dan tahapan manajemen risiko adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi risiko a. Daftar risiko Risiko perlu diidentifikasi untuk mendapatkan suatu daftar risiko. Daftar risiko merupakan outputhasil dari identifikasi risiko. Universitas Sumatera Utara 25 2. Pengukuran risiko Setelah semua risiko yang perlu diketahui teridentifikasi dan daftar risiko telah dibuat kemudian risiko-risiko yang ada pada daftar tersebut diukur. Dengan demikian proses selanjutnya setelah identifikasi risiko adalah pengukuran risiko. Tahap ini digunakan untuk mendapatkan apa yang disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang bisa menunjukkan tingkatan risiko sehingga kita bisa mengetahui mana yang paling mengancam. Sedang peta risiko adalah gambar sebaran risiko dalam suatu peta sehingga kita bisa mengetahui dimana risiko berada dalam suatu peta. 3. Penanganan Berdasarkan peta risiko dan status risiko ini, kemudian manajemen melakukan penanganan risiko yang dimaksud adalah memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang telah terpetakan. 4. Evaluasi Evaluasi merupakan aktivitas selanjutnya dari proses manajemen risiko. Usulan penanganan risiko diberikan kepada Internal Auditor. Sekurang- kurangnya setahun sekali, Internal Auditor mengaudit perusahaan sekaligus mengaudit apakah usulan penanganan risiko yang diberikan oleh masing- masing manajer dilaksanakan atau tidak. Aktivitas audit ini merupakan bagian dari evaluasi. Universitas Sumatera Utara 26 Gambar 1.2 Tahapan Manajemen Risiko Sumber : Ronny 2008 Proses Manajamen Risiko merupakan tindakan dari seluruh entitas terkait di dalam organisasi. Tindakan berkesinambungan yang dilakukan sejalan dengan definisi Manajemen Risiko yaitu identifikasi, menilaiperingkat risiko, menentukan sikap, menetapkan solusimitigasi, pemantauan dan pengkajian ulang risiko Idroes 2008:7. Penerapan proses manajemen risiko dilakukan secara terus-menerus, sistematis logis, dan terukur. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191PMK. 092008 proses manajemen risiko di jelaskan sebagai berikut: Identifikasi a. Daftar Risiko Pengukuran a. Peta b. Status Penanganan a. Usulan Penanganan Evaluasi Universitas Sumatera Utara 27 1. Penetapan konteks diperlukan untuk menjabarkan latar belakang, ruang lingkungan, tujuan, kondisi lingkungan dimana manajemen risiko diterapkan. 2. Identifikasi risiko adalah proses mengidentifikasi lokasi, waktu, sebab dan proses terjadinya peristiwa risiko yang dapat menghalangi, menurunkan, menunda atau meningkatkan tercapainya sasaran. 3. Analisis risiko dilakukan dengan mencermati sumber risiko dan tingkat pengendalian yang ada serta dilanjutkan dengan menilai risiko dari sisi konsekuensi dan kemungkinan terjadinya. 4. Evaluasi risiko dilakukan untuk pengambilan keputusan mengenai perlu tidaknya dilakukan penanganan risiko lebih lanjut serta prioritas penanganannya. 5. Penanganan risiko dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai opsi penanganan risiko yang terssedia dan memutuskan opsi penanganan risiko yang terbaik yang dilanjutkan dengan pengembangan rencana mitigasi risiko. 6. Monitoring dan Reviu dilakukan dengan cara memantau efektivitas rencana penanganan risiko, strategi, dan sistem manajemen risiko. Monitoring risiko bertujuan untuk mengantisipasi adanya perubahan, baik pada tingkat maupun tren risiko, yang berdampak terhadap profil risiko Universitas Sumatera Utara 28 7. Komunikasi dan konsultasi dilakukan dengan cara mengembangkan komunikasi kepada stakeholder internal maupun eksternal. Setiap risiko akan berdampak langsung terhadap organisasi. Paul Hopkin 2010 dalam Deviyanto 2012 menggambarkan hubungan antara kemungkinan terjadinya risiko dan dampak terjadinya risiko sebagai berikut: Gambar 1.3Kemungkinan dan Dampak Risiko Sumber : Hopkin, 2010 Melihat gambar di atas, Hopkin menggambarkan kemungkinan terjadinya risiko dan dampak terjadinya risiko dalam empat kuadran. Organisasi yang memperhatikan risiko-risiko yang dihadapi harus menganalisis risiko yang akan datang untuk menentukan langkah-langkah apa yang akan diambil oleh organisasi tersebut untuk mengantisipasinya. Universitas Sumatera Utara 29

I.6.2.3 Prinsip Manajemen Risiko

Manajemen risiko memiliki harus memiliki karakteristik– karakteristik tertentu sebagai sebuah konsep agar dikatakan baik. Prinsip– prinsip manajemen risiko yang baik menurut Paul Hopkin 2010 Deviyanto 2012 adalah sebagai berikut: 1. Proporsional, kegiatan manajemen risiko harus sebanding dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh organisasi 2. Selaras, kegiatan manajemen risiko harus selaras dengan kegiatan- kegiatan lain dalam organisasi 3. Komprehensif, untuk mencapai manajemen risiko yang efektif, pendekatan manajemen risiko harus secara menyeluruh atau komprehensif. 4. Tertanam, kegiatan manajemen risiko harus tertanam di dalam organisasi. 5. Dinamis, kegiatan manajemen risiko harus dinamus dan responsif terhadap risiko-risiko yang timbul dan perubahan-perubahan risiko yang dihadapi. Prinsip-prinsip manajemen risiko dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 191PMK.092008 : 1. Patuh terhadap peraturan perundang-undangan Universitas Sumatera Utara 30 Risiko-risiko utama yang harus mendapatkan perhatian adalah risiko ketidakpatuhan terhadap berbagai peraturan perundang-undangan. Demikian pula langkah-langkah pengendalian risiko juga harus memperhatikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. 2. Berorientasi Jangka Panjang Pengendalian risiko tidak hanya untuk mengatasi risiko-risiko jangka pendek tetapi juga harus mempertimbangkan kemungkinan dan dampaknya secara jangka panjang. 3. Berimbang a. Keputusan yang diambil dalam penerapan manajemen risiko harus memeperhatikan kepentingan pemangku kepentingan stakeholders secara berimbang dan tidak mendahulukan kepentingan tertentu. b. Dalam proses manajemen risiko dan langkah-langkah pengendaliannya harus memperhatikan bahwa biaya pengendalian risiko tidak boleh lebih besar dari konsekuensi risiko itu sendiri. Prinsip-prinsip ini harus diterapkan dengan baik oleh organisasi dan harus dijalankan oleh seluruh bagian di dalam organisasi. Keberhasilan penerapan manajemen risiko bukan hanya karena perencanaan yang baik tetapi juga karena pelaksanaan yang dilakukan oleh setiap bagian organisasi dengan baik. Universitas Sumatera Utara 31

I.6.2.4 Manajemen Risiko Dalam Pabean

Manajemen risiko yang berkembang sejak tahun 1970 di negara- negara maju dan baru diterapkan di Indonesia pada akhir tahun 2005, telah dikenal dalam lingkungan DJBC sejak tahun delapan puluhan. Risiko dapat diperkirakan dan dihitung melalui analisis resiko berdasarkan teori probabilitas. Risiko manajemen merupakan aplikasi prosedur manajemen secara sistematik untuk mengidentifikasikan, menganalisis, menghitungmemperkirakan serta mengambil tindakan untuk meminimalkan atau membatasi risiko. Melalui teori ini, terdapat tahapan-tahapan yang dianggap mengandung risiko dalam setiap kegiatan kepabeanan seperti : 1. Tahap pertama adalah sebelum pemberitahuan pre clearance, yakni sebelum, saat dan sesudah pemberitahuan kedatangan sarana pengangkut, penyerahan manifest yang dilakukan oleh perusahaan sarana pengangkut atau agenyang mewakili. Hal ini dilanjutkan dengan penyampaian pemberitahuan imporekspor. 2. Tahap kedua, pemeriksaan ulang atas semua dokumen yang telah selesai dan barang sudah dikeluarkan dari tempat penimbunan dan diterbitkan SPPB. 3. Tahap ketiga, audit kepabeanan post clearance audit yang dilakukan di tempat perusahaan yang menjadi sasaran audit. 4. Tahap keempat, merupakan lingkup investigasi sebagai kelanjutan dari atas dasar ini pemeriksaan pabean yang dilaksanakan oleh pejabatbea cukai bersifat selektif dengan mempertimbangkan risiko yang melekat Universitas Sumatera Utara 32 pada barang dan importir. Selektif dalam arti bahwa pemeriksaan fisik dilaksanakan setelah membuat suatu analisis risiko. Barang yang diimporekspor dikategorikan ke dalam tiga tingkat risiko yaitu, tinggi hi risk, tinggi medium risk atau rendah low risk, tergantung dari hasil analisis yang dilakukan petugas. Tindakan penetapan jalur merupakan bagian tidak terpisahkan dari kegiatan penelitian administrasi. Penetapan jalur pengeluaran barang impor didasarkan atas profil Importir, yang dibuat oleh bagian pencegahan danatau profil komoditi yang disusun berdasarkan perkembangan importasi jenis-jenis barang yang banyak dilakukan pelanggaran. Profil importir dan profil komoditi dari perusahaan yang pernah melewati penetapan jalur ini akan dijadikan acuan untuk menentukan profil risiko sebuah perusahaan. Profil risiko dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191PMK. 092008 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Di Lingkungan Departemen Keuangan adalah penjelasan tentang total paparan risiko yang dinyatakan dengan tingkat level risiko. Profil risiko inilah yang dijadikan dasar untuk menjaring perusahaan yang akan kita lakukan pemeriksaan fisik. Pemuktahiran profil risiko masih menjadi masalah bagi Bea dan Cukai karena masih dianggap statis. Profil risiko yang dimiliki di dalam database perlu perbaharui untuk mendapatkan akurasi penetapan jalur bagi perusahaan. Jika perusahaan pernah mekakukan pelanggaran baik pelanggaran administratif maupun pidana, maka akan mempengaruhi profil risiko tersebut. Universitas Sumatera Utara 33 Keempat jalur ini awalnya dikategorikan dengan penerapan manajemen risiko berdasarkan profil risiko, jenis komoditi barang, track record dan informasi-informasi yang ada dalam data base intelejen DJBC. Sistem penjaluran juga telah menggunakan penjaluran otomasi sehingga sangat kecil kemungkinan diintervensi oleh petugas DJBC dalam menentukan jalur-jalur tersebut pada barang tertentu. Terdapat 4 empat penjaluran secara teknis. Pada tahun 2007 DJBC telah memperkenalkan Jalur MITA, yaitu sebuah jalur fasilitas yang khusus berada pada kantor Pelayanan Utama KPU. Jalur tersebut adalah: 1. Jalur prioritas yang khusus untuk importir yang memiliki track record sangat baik, untuk importir jenis ini pengeluaran barangnya dilakukan secara otomatis sistem otomasi yang merupakan prioritas dari segi pelayanan, dari segi pengawasan maka importir jenis ini akan dikenakan sistem Post Clearance Audit PCA dan sesekali secara random oleh sistem komputer akan ditetapkan untuk dikenakan pemeriksaan fisik. 2. Jalur hijau, jalur ini diperuntukkan untuk importir dengan track record yang baik dan dari segi komoditi impor bersifat risiko rendah low risk untuk kedua jalur tadi pemeriksaan fisik barang tetap akan dilaksanakan dengan dasar-dasar tertentu misalnya terkena random sampling oleh sistem, adanya nota hasil intelejen NHI yang mensinyalir adanya hal-hal yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap barang. Universitas Sumatera Utara 34 3. Jalur Kuning, jalur ini diperuntukkan untuk importir dengan track record yang baik dan dari segi komoditi impor bersifat risiko rendah low risk untuk jalur tersebut pemeriksaan dokumen barang tetap akan dilaksanakan dengan dasar-dasar tertentu misalnya terkena random sampling oleh sistem, adanya nota hasil intelejen NHI yang mensinyalir adanya hal-hal yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap barang. 4. Jalur merah red channel ini adalah jalur umum yang dikenakan kepada importir baru, importir lama yang memiliki catatan-catatan khusus, importir dengan risiko tinggi karena track record yang tidak baik, jenis komoditi tertentu yang diawasi pemerintah, pengurusannya menggunakan jasa customs broker atau PPJK perusahaan pengurusan jasa kepabeanan dengan track record yang tidak baik biro Jasa atau calo, dan lain sebagainya. Jalur ini perlu pengawasan yang lebih intensif oleh karenanya diadakan pemeriksaan fisik barang. pemeriksaan fisik tersebut bisa 10, 30 dan 100.https:id.wikipedia.orgwikiDirektorat_Jenderal_Bea_dan_Cukai diakses pada 20 April pukul 22:50 wib Petugas Pabean diserahi pengawasan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan industri dan pengguna jasa lainnya dalam rangka upaya untuk menghindari ketidaklancaran arus barang impor maupun ekspor. Di satu sisi kepabeanan dituntut untuk dapat memberikan fasilitas sesuai dengan kebijakan pemerintah terutama dalam peningkatan investasi langsung. Universitas Sumatera Utara 35 Kepentigan industri dan proses perdagangan yang membutuhkan ketepatan dan kecepatan waktu penyerahan barang. Di sisi lain melakukan pengawasan yang dianggap sebagai “hambatan birokrasi” berupa sistem dan prosedur kepabeanan yang rumit sebagai pelaksana ketentuan dari instansi teknis lain, di bidang pengawasan dan penegakan hukum pabean. Fungsi kepabeanan yang harus mendukung perdagangan dan juga tetap menjaga kepatuhan kepabeanan pada setiap stakeholder menyebabkan kepabeanan pada saat ini harus menerapkan pendekatan yang lebih efektif dalam menjalankan kedua peran tersebut secara baik. Salah satu cara terbaik untuk mencapai hal tersebut adalah dengan melakukan manajemen risiko. Kepabeanan harus mampu untuk menjaga dua risiko secara bersamaan, yaitu risiko kegagalan memfasilitasi perdaganan internasional dan risiko ketidakpatuhan pabean di dalam negeri.

I.6.3 Definisi Pengawasan Pabean

Dokumen yang terkait

Penerapan Electronic Government Dalam Pelayanan Publik Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean Belawan

10 101 114

JAMINAN KEPABEANAN PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN SURAKARTA

2 10 73

APLIKASI NOTA PELAYANAN EKSPOR BERBASIS WEB STUDI KASUS : KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B SIDOARJO.

0 0 15

SISTEM PELAYANAN INFORMASI BERBASIS WEB STUDI KASUS : KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B SIDOARJO.

0 0 4

SISTEM OTOMATISASI KANTOR DI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B SURAKARTA.

0 1 15

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 1 11

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 1

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 50

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 5

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 2