Penyandang Disabilitas Tuna Rungu Wicara

c. Masa Perkembangan : 1. Kepala mengalami kecelakaan kendaraan ,jatuh ,dan mendapat pukulan atau siksaan. 2. Anak tidak dirawat dangan baik, keracunan makanan atau penyakit tertentu yang sama, sehingga dapat berpengaruh tehadap otak meningitis atau encephalities. http:erlinaheria.blogspot.co.id201210penyandang-disabilitas.html diakses pada tanggal 9 desember 2015 pukul 20: 07

2.4 Penyandang Disabilitas Tuna Rungu Wicara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tuna rungu berarti tuli atau tidak dapat mendengar. Sementara itu, kata deaf menuru kamus bahasa inggris berarti kekurangan atau kehilangan sebagian atau seluruh pendengaran atau tidak mampu mendengarkan, sedangkan deafness berarti ketunarunguan yaitu cacat indera pendengaran bawaan atau kehilangan pendengaran. Muhfti Salim dalam Depsos RI, 2008 mengatakan bahwa tuna rungu adalah remaja yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya, sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Karakteristik tuna rungu wicara pasti berbeda dengan anakremaja normal pada umumnya. Bentuk mimik remaja tuna rungu wicara berbeda dikarenakan mereka tidak pernah mendengar atau mempergunakan panca inderanya yaitu mulut dan telinga. Oleh sebab itu mereka tidak terlalu paham dengan apa yang dimaksud dan dikatakan oleh orang lain. Menurut Sastrawinata dkk 1997 anak tuna rungu wicara memiliki ciri yang cukup khas dibanding anak normal lainnya. Ciri khas tersebut diantarnya: Universitas Sumatera Utara a. Ciri khas anak tuna rungu dalam segi fisik disebutkan, antara lain: 1. Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk. Hal ini disebabkan terutama terjadi jika di bagian telinga dalam terdapat kerusakan pada alat keseimbangan. 2. Gerakan mata cepat dan agak beringas. Hal ini menunjukkan bahwa ia mengkap keadaan di sekitarnya. 3. Gerkan kaki dan tangannya sangat lincah, hal ini tampak dalam mengadakan komunikasi dengan gerak isyarat dengan orang di sekitarnya. 4. Pernafasan pendek dan agak terganggu. b. Ciri khas dalam segi intelegensi Intelegensi merupakan faktor penting dalam belajar meskipun faktor lain tidak bisa diabaikan begitu saja seperti faktor kesehatan, lingkungan. Intelegensi merupakan motor dari perkembangan mental seseorang. c. Ciri-ciri khas segi emosi Kekurangan akan bahasa lisan dan tulisan sering menyebabkan anak tuna rungu dalam menafsirkan secara negatif atau salah, hal ini sering mengakibatkan tekanan emosinya. Tekanan emosi dapat menghambat perkembangan pribadinya, sehingga menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif, dan memiliki emosi yang bergejolak. d. Ciri-ciri khas segi sosial Perlakuan yang kurang wajar dari anggota keluarga dan lingkungan dapat menampilkan beberapa aspek negatif yaitu: 1. Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan oleh keluarga dan masyarakat, Universitas Sumatera Utara 2. Perasaan cemburu dan merasa tidak adil, 3. Kurang dapat bergaul dan bersikap agresif. e. Ciri khas dalam segi bahasa Pada umumnya anak tuna rungu wicara dalam segi bahasa memiliki ciri-ciri: 1. Miskin dalam kosakata, 2. Sulit mengartikan ungkapan bahasa 3. Sulit mengartikan kata-kata abstrak 4. Kurang menguasai irama bahasa Panti Sosial Tuna Rungu Wicara adalah panti rehabilitasi sosial khusus penyandang cacat tuna rungu wicara yang mempunyai tugas memberikan pelayanan rehabilitasi sosial yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan dan resosialisasi serta pembinaan lanjut bagi orang denga kecacatan rungu wicara agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyrakat. Pada dasarnya program rehabilitasi sosial rungu wicara pada panti sosial tuna rungu wicara PSBRW adalah terbina dan terentasnya orang dengan kecacatan rungu wicara agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam tatanan kehidupan dan penghidupan masyarakat. Proses pelayanan panti sosial meliputi beberapa tahap antara lain tahap pendekatan awal, asessment, perencanaan program pelayanan, pelaksanaan pelayanan dan rujukan, pemulangan dan penyaluan serta pembinaan lanjut. Dimana pada tahap akhir pelayanan adalah pembinaan lanjut yang merupakan rangkaian dari proses rehabilitasi sosial atau pemulihan, yang ditujukan agar eks klien dapat beradaptasi dan juga berperan serta di dalam lingkupan keluarga, kelompok, lingkungan kerja dan masyarakat. Ada dua macam standar panti sosial, yaitu standar umum dan standar khusus. Standar umum adalah ketentuan yang memuat kondisidan kinerja tertentu yang perlu Universitas Sumatera Utara dibenahi bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial jenis apapun. Mencakup aspek kelembagaan, sumber-sumber daya manusia, sarana dan prasarana, pembiayaan, pelayanan sosial dasar, dan monitoring-evaluasi. Sedangkan standar khusus adalah ketentuan yang memuat hal-hal tertentu yang perlu dibenahi bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial dan atau lembaga pelayanan sosial lainnya yang sejenis sesuai dengan karakteristik panti sosial. Adapun yang menjadi standar umum panti sosial adalah: A. Kelembagaan, meliputi: 1. Legalitas Organisasi, mencakup bukti legalitas dari instansi yang berwenang dalam rangka memperoleh perlindungan dan pembinaan profesionalnya. 2. Visi dan Misi, memiliki landasan yang berpijak pada visi dan misi tersebut. 3. Organisasi dan Tata Kerja, memiliki struktur organisasi dan tata kerja dalam rangka penyelenggaraan kegiatan. B. Sumber Daya Manusia 1. Aspek penyelenggaraan panti, yang terdiri dari 3 unsur yaitu: a. Unsur Pimpinan, yaitu kepala panti dan keapal-kepala unit yang ada dibawahnya. b. Unsur Opersional, meliputi pekerja sosial, instruktur, pembimbing rohani, dan pejabat fungsional lainnya. c. Unsur Penunjang, meliputi pembina asrama, pengasuh, juru masak, petugas kebersihan, satpam dan sopir. 2. Pengembangan personil panti. C. Sarana dan Prasarana, mencakup: Universitas Sumatera Utara 1. Pelayanan Teknis, mencakup peralatan asesmen, bimbingan sosial, keterampilan fisik dan mental. 2. Perkantoran, memiliki ruang kantor, ruang tamu, kamar mandi, peralatan kantor seperti alat komunikasi, alat transportasi dan tempat penyimpanan dokumen. 3. Umum, memiliki ruang makan, ruang tidur, mandi dan cuci, belajar, kesehatan dan peralatannya serta ruang perlengkapan D. Pembiayaan memiliki anggaran yang berasal dari sumber tetap maupun tidak tetap E. Pelayanan Sosial Dasar memiliki pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari penerima manfaat, meliputi makan, tempat tinggal, pakaian, pendidikan dan kesehatan F. Monitoring dan Evaluasi, meliputi 1. Money Process, yakni penilaian terhadap proses pelayanan yan diberikan kepada penerima manfaat. 2. Hasil, yakni monitoring dan evaluasi terhadap penerima manfaat, untuk melihat tingkat pencapaian dan keberhasilan penerima manfaat setelah memperoleh proses pelayanan. Adapun Standar Khusus Panti Sosial, berupa kegiatan pelayanan yang terdiri dari tahapan sebagai berikut: a. Tahap Pendekatan Awal, mencakup: 1. Sosialisasi program 2. Penjaringanpenjangkauan calon penerima manfaat 3. Seleksi calon penerima manfaat 4. Penerimaan dan registrasi Universitas Sumatera Utara 5. Konferensi kasus b. Tahap Pengungkapan dan Pemahaman Masalah asessment, mencakup: 1. Analisa kondisi penerima manfaat, keluarga dan lingkungan 2. Karakteristik masalah, sebab dan implikasi masalah 3. Kapasitas mengatasi masalah dan sumber daya 4. Konferensi kasus c. Tahap Perencanaan Pelayanan, meliputi: 1. Penetapan tujuan pelayanan 2. Penetapan jenis pelayanan yang dibutuhkan penerima manfaat 3. Sumber daya yang akan digunakan d. Tahap Pelaksanaan Pelayanan, terdiri dari: 1. Bimbingan individu 2. Bimbingan kelompok 3. Bimbingan sosial 4. Penyiapan lingkungan sosial 5. Bimbingan mental psikososial 6. Bimbingan pelatihan keterampilan 7. Bimbingan fisik kesehatan

2.5 Sistem Pelayanan dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Tuna Rungu Wicara

Dokumen yang terkait

Strategi Pekerja Sosial dalam Pelayanan Anak Tuna Rungu Wicara (Studi Kasus di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar)

3 95 103

Pola Interaksi Sosial Tuna Rungu Wicara ( Studi Deskriptif Di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara Dan Lansia Pematangsiantar )

26 167 91

Efektivitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Penyandang Cacat Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar

8 67 136

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 8 151

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 15

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 2

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 8

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 1 30

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 2

Efektivitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Penyandang Cacat Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar

0 0 14