2.6 Kemandirian
Me nurut kamus besar Bahasa indonesia, mandiri adalah “berdiri sendiri”.
Kemandirian berasal dari kata dasar diri, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari perkembangan diri itu sendiri. Kemandirian jga dapat
diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak bergantung kepada otoritas dan tidak membutuhkan arahan secara penuh.
Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan sesorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya
sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berfikir dan bertindak kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan
memperoleh kepuasan dari usahanya Masrun, 1986: 8. Berdasarkan pemaparan di atas, kemandirian penyandang disabilitas tuna
rungu wicara yang dimaksud dalam penilitian ini adalah kemampuan penyandang disabilitas tuna rungu wicara untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya setelah
penyandang disabilatas tuna rungu wicara mengeksplorasi sekelilingnya. Hal ini mendorong penyandang disabilitas tuna rungu wicara untuk tidak tergantng kepada
orang tua secara emosi dan mengalihkannya pada teman sebaya, mampu membuat keputusan, bertanggung jawab dan tidak mudah putus aja juga tidak mudah
dipengaruhin orang lain.
2.6.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi kemandirian
Sebagaimana aspek-aspek psikologis lainya, kemandirian juga bukan lah murni sebuah bawaan semata yang melekat pada individu sejak ia dilahirkan
Universitas Sumatera Utara
kedunia, perkembangan juga di pengaruhi oleh berbagai stimulasi yang datang dari lingkunganya.
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian, yaitu sebagai berikut.
a. Gen atau keturunan orang tua Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang
memiliki kemandirian juga. Namun ada juga pendapat yang mengatakan sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya itu yang menurun pada kepada
anaknya, melainkan sifat orang tuanya muncul bersamaan dengan cara orang tua mendidiknnya.
b. Pola asuh orang tua orang tua yang terlal
u banyak melarang dan mngeluarkan kata “jangan” kepada anak tanpa disertai penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan anak.
Sebaliknya orang tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan mendorong kelancaran perkembangan motorik sang anak. Demikian juga,
dengan orang tuanya yang membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lainya juga akan berpenagruh kurang baik terhadap perkembangan kemandirian
anak. c. Sistem pendidikan anak di sekolah
proses pendidikan disekolah yang tidak mengembangkan demokrasi pendidikan dan cendrung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat
perkembangan kemandirian remaja, demikian juga, proses pendidikan yang banyak menekankan pentingnya pemberian sanksi atau hukuman juga dapat menghambat
perkembangan kemandirian. Sebaliknya, proses pendidikan yang lebih menekankan
Universitas Sumatera Utara
pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetisi yang positif akan memperlancar perkembangan kemandirian.
d. Sistem kehidupan masyarakat Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur
sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang mengahrgai manifestasi potensi remaja dalam kagiatan produktif dapat mengahmabat kelancaran
perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang aman, mengahraga ekspetasi potensi remaja dalam bentuk kegiatan dan tidak berlaku
hierarkis dan merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian remaja Ali Asrori, 2007: 118.
2.6.2 Kemandirian Penyandang Disabilitas Tuna Rungu Wicara
Mengembangkan tingkat kemandirian dalam diri seorang penyandang disabilitas seharusnya dilatih sejak dini baik yang dilakukan orang tua atau keluarga,
lingkungan maupun guru di panti khusus penyandang disabilitas tuna rungu wicara. Ketergantungan penyandang disabilitas kepada guru selama proses belajar mengajar
ataupun seorang pekerja sosial juga seorang trapis dengan penyandang disailitas tuna rungu wicara sebagai klienya sangatlah dominan maka panti penyandang dsiabilitas
tuna rungu wicara berkewajiban mengembangkan kemandirian dan kemampuan khusunya dalam merawat diri, ketrampilan diri yang dimiliki oleh penyandang
disabilitas tuna rungu wicara melalui pemberian layanan pendidikan maupun kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
2.7 Kerangka Pemikiran