BAB V ANALISIS DATA
5.1 Pengantar
Pada bab ini data-data yang telah didapatkan akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deksriptif-kualitatif yang lebih mementingkan ketetapan dan
kecukupan data, dimana data yang disajikan berupa deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan
seseorang dengan kata-katanya sendiri. Data-data yang didapatkan diperoleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dengan informan.
Analisis data adalah upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab
masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka peneliti mencoba menguraikan hasil
wawancara dengan informan tentang data-data tersebut. Adapun informan yang peneliti wawancarai adalah informan kunci, informan utama
dan informan tambahan. Informan kunci terdiri 4 orang yaitu kepala UPTD, Pekerja Sosial Fungsional, Pekerja Sosial Penyelia atau bisa dikatakan Pekerja Sosial
Terampil dan juga Staff Administrasi. Informan utama terdiri 4 orang anak penyandang disabilitas tuna rungu wicara yang tinggal di UPTD Pelayanan Sosial
Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Sedangkan informan tambahan terdiri 1 orang yaitu selaku Psikolog di UPTD Pelayanan Sosial Tuna
Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Lokasi dari UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini berada di Jln.
Sisingamaraja No. 68 Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Hasil Temuan
5.2.1 Informan Utama 1
Nama : Dinda Anggita Sitorus
Umur : 19 Tahun
Nama Ayah : P. Sitorus
Nama Ibu : Nurhaidan Gultom
Pendidikan : WBS UPTD Pelayanan Sosial Tuna
Rungu Wicara Jenis Kelamin
: Perempuan Agama
: Kristen Protestan Suku
: Batak Toba
Dinda Anggita Sitorus merupakan siswi di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Sehari-hari nya ketika belajar pelajaran
umum ataupun ketrampilan Dinda lah yang sangat aktif dan pintar diantara teman- temanya, sehingga tidak heran jika Dinda Anggita Sitorus termasuk anak yang cerdas
ketika belajar umum di kelas ataupun ketrampilan. Sebelum berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar Dinda
tinggal dengan orang tuanya di Kisaran, namun karena Dinda terhimpit ekonomi dan dia ingin terus belajar agar berguna bagi dirinya dan bermanfaat bagi orang lain,
maka Dinda masuk ke UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Karena Dinda tidak mampu mendengar dan berbicara dengan jelas
jadi saya bertanya kepada dinda secara berlahan lahan dan juga secara tulisan Berikut penuturan Dinda:
Universitas Sumatera Utara
“Saya sudah berada disini sejak 2013 saat saya berumur 17 tahun, dulunya saya tinggal bersama orang tua saya tetapi karena orang tua saya kurang mampu juag
saya ingin belajar akhirnya saya dibawa kesini” Dinda mengaku ketika masih tinggal dengan orang tua dan keluarganya, hidupnya
merasa kekurangan karena orang tuanya hanya sebagai petani juga dia mempunyai 2 orang kakak dan 2 orang adik. Lalu Dinda mengaku ketika masih tinggal dengan
orang tua dan keluarganya, Dinda hanya sekali makan dalam sehari atau kalau ada makanan lebih dua kali dalam sehari. Kemudian mengatakan Dinda kalau dulu
sempat bersekolah di SLB yang berada di daerah iya berasal walaupun akhirnya dia berhenti dari sekolah tersebut. Selain itu juga saat Dinda merasakan sakit atau gejala-
gejala akan sakit, Dinda hanya berusaha sendiri untuk mengobati dirinya karena Dinda tidak mau membuat orang tuanya khawatir dan bingung karena Dinda tahu
orang tuanya tidak mempunyai biaya untuk berobat. Lingkungan tempat Dinda tinggal sebelumnya tidak memungkinkan Dinda untuk
tetap tinggal di sana sehingga tepat pada tahun 2013 Dinda diantar oleh keluarga untuk tinggal di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia
Pematangsiantar. Ketika Dinda berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini merasa gugup dan takut dikarenakan
dari jauh dari orang tuanya dan juga ada orang-orang baru yang berada di sekitarnya. Namun karena dinda bisa berkomunikasi bahasa isyarat jari dengan baik dan juga
mempunyai perangai yang baik maka dinda di senangin baik dari pegawaipengurus juga teman-teman penyandang disaibilitas tuna rungu wicara yang berada di UPTD
Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Berikut penuturan Dinda:
Universitas Sumatera Utara
“saat saya berkomunikasi dengan teman yang sama seperti saya, kami sudah saling mengerti apa yang kami bicarakan satu sama lainya.”
Awal masuk UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, Dinda masih merasa bingung dan ingin pulang karena sering rindu
dengan orang tuanya. Dinda masih sering menangis karena belum terbiasa berada di asrama. Tetapi karena Dinda mempunyai ambisi juga tekat yang kuat agar bisa
berguna baik bagi dirinya juga orang lain maka Dinda bersemangat ketika berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar.
Hubungan pertemanan Dinda dengan teman penyandang disabilitas lainya ia merasa sangat baik dan sangat senang. Dinda mengaku setelah 3 tahun berada di UPTD
Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, ia merasa sangat bahagia dengan perhatian dan kasih sayang dari pegawaipengurus. Dinda
juga mengaku kalau pegawaipengurus tidak pernah pilih kasih atau berpihak pada yang satu denga yang lainya. Setiap hari sabtu pegawaipengurus juga sering
mengajak untuk bergotong royong membersihkan lingkungan juga asrama, mengajak makan bersama seperti sarapan dan makan siang dan malam dengan teman-teman
penyandang disabilitas tuna rungu wicara di ruang makan. Dinda mengaku jika ia dan peyandang disablitas tuna rungu wicara lainnya membuat
kesalahan, maka pegawaipengurus selalu menasehati agar tidak melakukan kesalahan-kesalahan lagi. Dinda juga menjelaskan bahwa:
“pegawaipengurus sangat lah perhatian kepada saya, terutama ketika saya sedang sakit, maka pegawaipengurus langsung membawa saya ke poloklinik dan
merawat saya sampai sembuh. Pegawaipengurus juga tidak pernah memukul saya dan saudara-saudara yang lain,kecuali kalau membuat kesalahan yang
besar.”
Universitas Sumatera Utara
Dinda mengatakan, ketika dia belajar di kelas dinda sangat menyukai pelajaran bahasa indonesia, karena disitulah Dinda bisa mendapatkan pelajaran
penyusunan bahasa yang sesuai dengan EYD berikut penuturan dinda. “saya sangat suka pelajaran bahasa indonesia, karena saya suka buat puisi dan
pantun.” Setelah selesai belajar di kelas jam 08.00-10.00 wib. Dinda langsung
bergerak ke ruang ketrampilan menjahit dan bordir, karena ia memilih ketrampilan ini sesuai yag ia bisa juga keahlian dari Dinda, karena ketika Dinda
masih tinggal bersama orang tuanya, Ibunya mengajarkan Dinda menjahit, saat ada pakaian yang sudah robek. Dinda juga sering mendapatkan motivasi dari ibu
pegawaipengurus agar bisa menjadi anak yang mandiri dan sukses sehingga bisa membanggakan keluarga nantinya. Saat memiliki masalah pun Dinda lebih sering
bercerita dengan pegawaipengurus, agar bisa mendapatkan solusi untuk bisa menyelesaikan masalahnya. Pegawaipengurus UPTD Pelayanan Sosial Tuna
Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar selalu mengajak Dinda dan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu lainya untuk sarapan, dan makan
malam bersama di ruang makan. Pelayanan yang diberikan Pegawaipengurus UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu
Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar memberikan perubahan dan pengaruh terhadap kehidupan Dinda yaitu menjadi lebih disiplin, mengerti bagaimana saling
menyayangi sesama saudara, bisa melakukan pekerjaan rumah sendiri seperti mencuci piring, mencuci baju, dan menyetrika pakaian. Berikut penuturan Dinda:
“ Setelah beberapa tahun berada di sini, saya menjadi lebih disiplin. Dulu saya selalu bangun siang tidak bisa bangun pagi. Pegawaipengurus juga mengajarkan
saya bagaimana sayang dengan saudara, selain itu sekarang saya sudah bisa
Universitas Sumatera Utara
mencuci baju dan piring, menyetrika juga sudah bisa, karena saya sudah diajarin.”
Selama berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, Dinda menjalani berbagai kegiatan yang ada disini yang
didampingi oleh Pembina. Kegiatan yang paling disukai oleh Dinda adalah kegiatan membuat ketrampilan menjahit dan membordir, karena nantinya ketika melihat hasil
yang telah dibuat, Dinda merasa senang dan bahagia, karenan nantinya bisa diberikan kepada orang tua nya ketika pulang juga dapat di jual oleh pihak UPTD Pelayanan
Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Dinda juga menambahkan:
“UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar sering mengajak rekreasi ketempat-tempat yang menarik untuk belajar
bersosialisasi dengan berbagai kalangan masyarakat. Terakhir kali kami rekreasi ke Timuran, disana saya sangat senang sekali bermain bersama teman-teman
juga mandi-mandi. Dinda mengakui ketika sore hari ia senang berolahraga. Olahraga yang
paling Dinda senangin adalah bermain Bulu Tangkis bersama temanya. Banyak hal yang diajarkan dan diberikan oleh pegawaipengurus dan UPTD Pelayanan
Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar kepada Dinda. Kasih sayang dan perhatian pegawaipengurus yang diberikan kepada Dinda juga teman
penyandang dsabilitas tuna rungu wicara lainnya sama seperti layaknya anak pada umumnya. Dinda juga merasa dirinya lebih mandiri dan hidupnya ada perubahan.
Universitas Sumatera Utara
5.2.2 Informan Utama 2
Nama : Alfredo Sembiring
Umur : 17 tahun
Nama Ayah : S. Sembiring
Nama Ibu : S.ginting
Pendidikan : WBS UPTD Pelayanan Sosial Tuna
Rungu Wicara Jenis Kelamin
: Laki-Laki Agama
: Kristen Protestan Suku
: Karo
Alfredo adalah anak sulung dari 3 bersaudara. Alfredo merupakan WBS DI UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia
Pematangsiantar. Alfredo baru bergabung di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar tahun 2013 yang lalu. Karena Alferdo tidak
bisa mendengar dan berbicara dengan jelasnya selaykanya anak pada umumnya, jadi alfredo menjelaskan melalui tulisan Berikut penuturan Alfredo:
“ Saya bergabung tahun 2013, pada saat itu saya masih berumur 14 tahun.”
Sebelum masuk ke UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar Alferdo sempat bersekolah di sekolah umum di daerah asalnya yaitu
di kisaran. Tetapi Alferdo hanya sampai kelas 4 SD, kemudian Alferdo pun keluar dari sekolah. Hal ini dikarenakan Alfredo sering mendapatkan perlakuan yang tidak
menyenangkan dari teman nya. Alferdo sering jadi bahan ejeken teman-temanya. Alfredo tinggal bersama orang tuanya dan adik-adiknya. Namun, karena Alferdo
Universitas Sumatera Utara
ingin lanjut belajar, Alferdo pun di masuk kan oleh orang tuanya di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Orang tua Alferdo pun
baru mengetahui keberedaan UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar dari saudaranya dan juga di UPTD ini gratis tanpa
dipungut biaya. Alfredo pun langsung masuk dan berkumpul dengan orang-orang yang sama seperti nya. Begitupun dengan lingkungan tempat tinggal Alfredo
sebelumnya sangat tidak memungkinkan untuk ia terus berada disana, hal ini di karenakan Alferdo juga sering sekali menjadi bahan-bahan olok-olokan di tempat
asalnya. Saat tinggal bersama orang tuanya, pola makan Alferdo sangat tidak teratur, bahkan ia jarang mendapatkan makanan yang bergizi. Jika Alfredo sakit, ia hanya
diberikan obat dari warung oleh ibunya. Berikut penuturan Alfredo: “Ketika saya tinggal dengan ibu saya, makan saya tidak teratur terkadang sama
sekali tidak makan dalam sehari. Kalau saya sakit ibu saya hanya memberikan saya obat dari warung tidak pernah dibawa kerumah sakit karena tidak ada biaya
untuk berobat.” Tahun 2013, saat Alferdo bergabung di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu
Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar hal yang pertama kali ia lakukan adalah berkenalan dengan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu lainya. Walaupun
masih ada rasa takut dan bingung, tetapi Alfredo tetap memberanikan dirinya untuk ikut bergabung dengan teman-teman penyandang disabilitas lainya. Misalnya saat
teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya asedang menonton tv di asrama putra, Alfredo ikut bergabung untuk menonton tv, sambil berkenalan juga
mengakrabkan diri pada teman-teman lainya. Berikut penuturan Alfredo: “Ketika pertama saya masuk ke sini, saya masih takut dan bingung karena saya
harus berhadapan dan satu asrama dengan orang-orang yang tidak saya kenal.
Universitas Sumatera Utara
Tapi saya beranikan diri saya untuk mendekati teman-teman yang lain, seperti bermain bersama-sama dan saat menonton tv saya ikut bergabung. Akhirnya
lama-kelamaan saya bisa dekat dan akrab dan tidak ada rasa takut lagi dan menganggap seperti keluarga
sendiri.” Jika mempunyai masalah Alfredo biasanya menceritakan dan lebih terbuka
kepada temannya, hal ini di karenakan jika kepada Pegawaipengurus Alfredo ada rasa takut, baik masalah di asrama maupun masalah keluarganya. Alfredo juga
selalu ingat dengan nasehat orang tuanya untuk menjadi anak yang jujur dan tidak sombong. Hari demi hari berjalan hubungan Alferdo dengan teman-temna
penyandang disabilitas tuna ungu wicara yang lain sangat akrab, jarang terjadi pertengkaran diantara mereka. Pegawaipengurus tidak pernah membeda-bedakan ia
dengan teman-teman penyandang disabiltas tuna rungu wicara yang lain. Alferdo merasa kebersaman ketika berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara
dan Lanjut Usia Pematangsiantar sangat lah luar biasa. Ia merasa sangat senang juga bahagia. ia sudah mengalami banyak perubahan kearah yang lebih baik. Alfredo juga
menambahkan: “Kalau disini pola makan saya teratur, ibu yang di dapur selalu
menyiapkan sarapan, makan siang, snack juga makan malam. Selain itu kalau saya sakit ibu langsung membawa ke poliklonik dan menyuruh saya untuk
istirahat. Alfredo mengatakan bahwa pelajaran yang paling dia senengin adalah
pelajaran geografi. Karena dsitu dia mengatuhin dimana letak negara-negara lain. Berikut penuturan Alferdo.
“saya suka pelajaran geografi, saya bisa tahu negara-negara di luar negeri. Juga negara tersebut terletak di benua mana”
Universitas Sumatera Utara
Ketika selesai belajar di kelas, Alfredo langsung berganti pakain ke asrama, kemudian langsung bergegas ke ruang ketrampilan pertukangan kayu. Ketrampilan
ini dipilih Alfredo di karenakan ketika sudah besar iya ingin membuka usaha pertukangan kayu sendiri, dengan membuat perlengkapan perebotan rumah tangga.
Berikut penuturan Alfredo “Ketika saya tamat dari sini saya mempunyai cita-cita untuk membuka usaha
membuat peralatan perabotan rumah tangga seperti meja, lemari, kursi, dan perabotan lainya.”
Kegiatan yang di senangi Alfredo sore hari ketika selesai dari pertukangan kayu adalah ia senang bermain sepak bola bersama teman-teman penyandang
disabilitas tuna rungu wicara kegiatan ini di lakukan Alfredo dan teman-temanya hampir setiap hari. Bersama teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara
lainya Alfredo sering melakukan gotong royong membersihkan lingkungan juga asrama putra. Alfredo juga menambahkan bahwa:
“Saya senang bisa tiggal disini, berkumpul bersam teman-teman belajar dan bermain bersama. saya sudah merasa nyaman, pegawai dan pengurus nya
baik dan perhatian kepada saya juga ke teman-teman yang lain, ibu psikolog nya juga ramah. Selain itu saat ada perayaan besar kami sering pertunjukan di aula.”
Alfredo berharapselama dia berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ia bisa menjadi anak yang mandiri, sukses
dan bisa membanggakan orang tua, keluarga dan UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3 Informan Utama 3
Nama : Sylvia Desliani Dalimunthe
Umur : 17 tahun
Nama Ayah : W. Dalimunthe
Nama Ibu : Maya hasibuan
Pendidikan : WBS UPTD Pelayanan Sosial Tuna
Rungu Wicara Jenis Kelamin
: Perempuan Agama
: Kristen Protestan Suku
: Batak Toba
Sylvia adalah anak sulung dari 3 bersaudara. Sylvia merupakan siswi WBS di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia
Pematangsiantar. Sebelumnya Sylvia tinggal bersama orang tuanya, namun karena orang tuanya tidak mempunyai pekerjaan tetap dan tidak bisa membiayai kehidupan
Sylvia. Sehingga itu menjadi salah satu alasan mengapa Sylvia masuk ke UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar karena nya
semua biaya pendidikan di UPTD ini gratis. Pada akhir tahun 2013 Sylvia bergabung ke UPTD Pelayanan Sosial
Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Sylvia anak yang mudah bergaul tidak heran saat pertama kali bergabung dengan penyandang disabilitas tuna
rungu wicara yang lain ia tidak merasa canggung dan bingung. Sylvia ikut belajar dan bermain dengan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya
layaknya seperti belajar dan bermain ketika masih bersama keluarga kandung nya sendiri. Berikut penuturan Sylvia:
Universitas Sumatera Utara
“Akhir tahun 2013 saya UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Saat itu saya masih berusia 14 tahun. Ketika
pertama kali masuk kesini, saya tidak ada malu-malu. Saya langsung berbaur dan belajar dan bermain dengan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu
wicara yang lain.” Hubungan Sylvia dengan teman-teman penyandang disabilitas tuna
rungu wicara lainya cukup baik. Saat ia berkomunikasi dengan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya teman nya tersebut langsung
mengerti apa yang di maksud Sylvia. Sylvia termasuk anak yang supel atau mudah bergaul dengan orang lain sehingga tidak membuat Sylvia sulit untuk berbaur dengan
teman-teman penyandang disabilitas lainya. Namun, tidak jarang ada terjadi pertengkaran diantara Sylvia dengan teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara
lainya yang lain, biasanya disebabkan karena rebutan mainan atau bahkan gara-gara laki-laki. Berikut penuturan Sylvia:
“saya berkomunikasi dengan teman saya yang seperti saya nyambung, kami
tau apa yang kami maksud, kalau masih tidak mengerti biasanya kami menulis di buku apa ynag kami ceritakan
.” Ketika belajar di kelas Sylvia mengakui sangat suka pelajaran
matematika, Sylvia suka berhitung. Saat ia belajar matematika dia yang terbaik diantar teman-teman penyandang disabilitas lainya. Sylvia lah yang paling cepat
berhitung juga paling cepat mengerjakan soal berhitung. Berikut penuturan Sylvia: “saya sangat suka pelajaran matematika, karena saya suka belajar .
tambah-tambah, kurang-kurang, kali-kali. Juga bagi- bagi.”
Selesai belajar di kelas Sylvia langsung bergerak ke ruangan Salon. Ketrampilan salon dipilih Sylvia, di karenakan dinda suka berhias diriber make-up
Universitas Sumatera Utara
wajah nya sendiri. Sylvia juga mengakui pegawaipengurus yang ada di salon sangat ramah juga mau mengajarkan ketrampilan nya sampai mahir. Sehingga sampai saat
ini Sylvia sudah bisa merias wajah, menggunting rambut, creambath, facial, pedicure, medicure, mewarnai rambut dan membuat sanggul. Sylvia juga
menambahkan: “Disini saya belajar sama ibu, banyak ilmu yang saya dapatkan, yang
nantinya ketika saya tamat dari sini, saya bisa membuka salon sendiri atau bekerja di salon milik orang lain.”
Selama berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, Svlvia sering diajak bergotong royong membersihkan
lingkungan dan asrama juga dan kamar oleh pegawaipengurus. Sarapan, makan siang dan makan malam bersama-sama di ruang makan membuat hubungan Sylvia
dengan pegawaipengurus dan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya menjadi sangat akrab. Berikut penuturan Sylvia:
“ Sebelum masuk ke kelas biasanya kami membersihkan kamar dulu dan mengambil sampah yang ada di lingkungan asrama. setelah itu baru
kami upacara pagi lalu masuk kelas.” Sudah banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh Sylvia di UPTD Pelayanan
Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, diantaranya adalah menari dan bermain bulu tangkis. Menari dan bulu tangkis menjadi kegiatan yang
disenangi oleh Sylvia karena menurutnya ia bisa berolahraga agar tubuhnya bisa sehat. Berikut penuturan Sylvia:
“Saya suka berolahraga. Disini olahraga yang saya ikuti adalah menari dan bulu tangkis. Di menari saya diajarkan tarian batak. Jika saya sudah
mahir,maka ketika ada orang penting datang maka saya akan memberikan
Universitas Sumatera Utara
pertunjukan menari tarian batak bersama teman-teman yang lainya .Sedangkan bermain bulu tangkis dilatih supaya tubuh saya men
jadi kuat dan sehat.” Sylvia mengaku di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut
Usia Pematangsiantar, ia mengalami banyak perubahan Walaupun seperti itu Sylvia berharap ia bisa menjadi anak yang disiplin, bisa lebih bertanggung jawab dan
menjadi lebih rajin belajar.
5.2.4 Informan Utama 4
Nama : Rayanda
Umur : 17 tahun
Nama Ayah : Jailani
Nama Ibu : Lina
Pendidikan : WBS UPTD Pelayanan Sosial Tuna
Rungu Wicara Jenis Kelamin
: Laki-Laki Agama
: Islam Suku
: Jawa
Raya adalah anak sulung dari 4 bersaudara. Raya merupakan WBS di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar.
Sebelum masuk ke UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, Raya tinggal bersama keluarganya, namun ia tidak merasakan kasih
sayang dari orang tuanya. Disaat Raya dan adik-adiknya sakit, hanya diberikan obat dari warung tidak pernah dibawa kerumah sakit atau klinik karena orang tua Raya
Universitas Sumatera Utara
tidak memiliki biaya. Keluarga Raya tergolong sangat miskin dan Raya hanya sekali makan dalam sehari dengan lauk yang seadanya. Berikut penuturan Raya:
“Selama saya tinggal dengan keluarga, saya tidak merasakan kasih sayang mereka, bahkan saya yang menjaga dan mengasuh adik-adik saya
karena saya anak tertua. Makan saya sangat tdak teratur,kadang sekali sehari atau tidak makan sama sekali.”
Awal tahun 2012 Raya masuk UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, karena ia termasuk anak yang kehilangan
pengasuhan orang tuanya. Raya masuk ke UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Raya tidak mempunyai pilihan karena
orang tuanya sendirilah yang mengantar ia UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Dulunya Raya menganggap orang tuanya
tidak lagi menyayanginya Berikut penuturan Raya: “Saat saya berusia 12 tahun, orang tua saya yang mengantar
sayake sini. Saya menganggap orang tua saya sudah tidak menyayangi saya, karena sudah memasukkan saya ke sini. Tapi setelah beberapa hari saya berada
disini, pegawaipengurus mengingatkan bahwa orang tua saya memasukkan saya kesini karena mereka sayang, agar saya bisa menjadi anak yang cerdas dan sehat
juga berguna untuk diri sendiri dan keluarga.” Tidak mudah untuk Raya bergabung dan berbaur dengan teman-teman
penyandang disabilitas tuna rungu wicara yang lain. Saat pertama kali Raya masuk ke UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, ia
merasa takut dan masih sering menangis karena ingin pulang. Namun setelah beberapa hari Raya berada UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut
Usia Pematangsiantar, ia mulai berusaha berinteraksi dengan teman-teman
Universitas Sumatera Utara
penyandang disabilitas tuna rungu wicara yang lainya dan mengikuti semua peraturan dan arahan dari pegawaipengurus.
Hubungan Raya dengan teman-teman penyandang disabiltas tuna rungu wicara lainya cukup baik. Setiap ingin melakukan sesuatu biasanya Raya dan
teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya akan berkompromi dahulu. Tetapi bukan berarti Raya tidak pernah bertengkar dengan teman
penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya. Biasanya masalah yang menimbulkan pertengkaran diantara Raya dan teman penyandang disabilitas tuna
rungu wicara lainya adalah bermain bola. Namun, itu tidak berlangsung lama biasanya yang tertua akan melerainya. Berikut penuturan Raya:
“ Saya dengan teman yang lain cukup akrab, tapi sering juga bertengkar. Biasanya karena kalah main bola, yang kalah tidak mau terima tapi
tidak lama, karena teman yang tertua yang melerai setelah itu kembali baik kesemula.”
Selama Raya tinggal di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, ia mengaku pegawaipengurus sangat perhatian
dan menyayanginya. Jika Raya sakit pegawaipengurus akan membawanya ke poliklinik. Ketika ada masalah Raya sering menceritakan masalahnya kepada
pegawaipengurus, terutama tentang keluarganya. Jika ia rindu dengan keluarganya, ia hanya bercerita dengan pegawaipengurus, Raya juga menambahkan:
“pegawaipengurus perhatian kepada saya. Jika saya sakit pegawaipengurus langsung membawa ke poliklinik Jika saya berbuat salah,
pegawaipengurus tidak pernah memukul, pasti hanya menasehati dan ditegur. Ibu juga sering memberikan motivasi-motivasi kepada saya agar saya menjadi
anak sukses dan mandiri yang bisa melakukan semuanya sendiri.”
Universitas Sumatera Utara
Perubahan yang sangat terasa oleh Raya sejak UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar adalah ia menjadi anak
yang lebih baik, Raya bisa menjadi anak yang mandiri, dan bisa melakukan hal-hal yang sebelumnya ia tidak bisa. Berikut penuturan Raya:
“Saya merasa selama berada disini saya menjadi lebih mandiri, seperti membersihkan asrama, mencuci baju dan pring juga yang lainya.”
Raya mengatakan bahwa pelajaran yang paling dia senengin adalah pelajaran pelajaran agama islam. Karena disitu dia mengetahi perbuatan yang baik dan yanng
buruk, juga amalan-amalan yang bisa mendatangkan pahala. Berikut penuturan Raya. “saya suka pelajaran agama islam, saya bisa tahu amalan-amalan yang bisa
mendatang kan phala. Dan perbuatan apa yang menjadi dosa.” Ketika selesai belajar di kelas, Raya kemudian langsung bergegas ke ruang
ketrampilan pertukangan kayu. Ketrampilan ini dipilih Raya di karenakan karena Raya dulu sering melihat paman nya membuat perabotan rumah tangga sehingga
raya termotivasi dan ingin menjadi seorang pertukangan kayu yang handal dan jujur sama seperti pamanya. Berikut penuturan Raya:
“saya memilih pertukangan kayu karena saya ingin menjadi seperti paman saya menjadi seorang pembuat perabotan rumah tangga yang handal dan
jujur .” Semua arahan pegawaipengurus memberikan pengaruh kepada
kehidupan Raya, mereka mengajarkan Raya bagaimana menjadi anak yang mandiri dan tetap dijalan yang benar. Raya juga berharap kemandiriannya akan menjadi
pendorong untuk kesuskesannya.
5.2.5 Informan Utama 5
Universitas Sumatera Utara
Nama : Nurchairani Safitri Hasibuan
Umur : 17 tahun
Nama Ayah : Agung Hasibuan
Nama Ibu : Intan
Pendidikan : WBS UPT Pelayanan Sosial Tuna
Rungu Wicara Jenis Kelamin
: Perempuan Agama
: Islam Suku
: Mandailing
Rani adalah anak tunggal. Rani adalah seorang WBS UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Rani telah kehilangan ke dua orang
tuanya, itulah alasan utama mengapa Rani berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Sebelum berada di UPTD ini Rani
tinggal bersama Neneknya, namun karena rani ingin mengembang kan dirinya agar nantinya dia berguna bagi dirinya sendiri juga orang di sekitarnya, Rani ingin tetap
melanjutkan pendidikan ketrampilanya. Kemudian Rani masuk ke UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar diantar oleh nenek nya
juga saudaranya. Berikut penuturan Rani: “Kedua orang tua saya sudah tidak ada, jadi saya di asuh oleh nenek saya dari
kecil, saya sangat sayang dengan nenek.” Tahun 2012, Rani masuk ke UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut
Usia Pematangsiantar. Saat pertama kali Rani masuk UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Rani masih merasa takut dan belum
Universitas Sumatera Utara
bisa bersosialisasi dengan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya. Berikut penuturan Rani:
“ Sejak tahun 2012 saya sudah berada di sini. Saat itu umur saya masih 14 tahun, dan saya masih merasa takut ketika pertama kali masuk kesini dan belum
bisa berbaur dengan teman yang lain.” Hubungan Rani dengan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara
lainya yang lain cukup baik, meskipun sering terjadi pertengkaran diantara mereka. Pertengkaran yang terjadi biasanya karena saling mengejek dan bahkan
pernah sampai saling baku pukul. Namun pertengkaran tersebut tidak pernah berlangsung lama, paling lama dua hari hubungan mereka sudah kembali baik.
Kalau sudah terjadi pertengkaran seperti itu,biasanya pegawaipengurus yang melerai dan memberikan nasehat kepada mereka. Rani mengaku pegawaipengurus sangat
perduli kepada kesehatan. Rani tidak pernah dibiarkan jika sedang sakit, pegawaipengiris akan membawanya langsung ke poliklinik untuk diperiksa dan
diberikan obat. Pegawaipengurus mengajarkan sholat dan amalan-amalan baik lainya. Saat sebelum masuk ke UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan
Lanjut Usia Pematangsiantar, pola makan Rani sangat tidak teratur dan jarang mendapatkan makanan dengn gizi dan nutrisi yang baik. Tetapi setelah Rani masuk
ia mendapatkan makanan dengan gizi yang jauh lebih baik, saat makanpun Rani selalu disiapkan dan ditemani oleh teman-teman penyandang disabilitas lainya.
Ketika belajar di kelas Rani mengakui sangat suka pelajaran IPA. Rani senang belajar linngkunag dan alam sekitar. Berikut penuturan Rani:
“saya senang pelajaran IPA, karena saya ingin banyak lebih tau tentang
lingkungan di sekitar kita yang belum saya ketahui.”
Universitas Sumatera Utara
Selesai belajar di kelas Rani langsung berjalan ke ruangan Salon. Ketrampilan salon dipilih Rani, di karenakan ketika menonton acara telivisi, Rani
melihat orang dengan berbagai jenis make-up juga hiasan diri lainya jadi Rani penasaran dengan berbagai macam warna rambut dan model kuku yang lucu dan
bagus. Selain itu juga Rani juga belajar merias wajah, menggunting rambut, creambath, facial, pedicure, medicure, mewarnai rambut dan membuat sanggul. Rani
juga menambahkan: “Saya sangat senang berada di sini karena sebelum saya menghias
orang lain saya juga bisa menghias diri saya sendiri.”
Selama berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, Rani sering diajak bergotong royong membersihkan lingkungan
dan asrama juga dan kamar oleh pegawaipengurus. Selain itu jika Rani mempunyai masalah, baik masalah bersama temanya atau keluarga Rani akan menceritakan
kepada pegawaipengurus. Pegawaipengurus tidak pernah membeda-bedakan kasih sayang dan perhatiannya kepada siapapun, karena dia menganggap semuanya sama.
Siapapun yang melakukan kesalahan akan diberikan sanksi dan nasehat. Berikut menurut Rani:
”pegawaipengurus baik, jika saya sakit selalu dibawa ke poliklinik. Saat makan juga selalu bersama-sama. Pegawaipengurus tidak pernah membeda-
bedakan perhatiannya kepada saya dan yang lain. Jika ada yang berbuat salah maka wajib diberikan sanksi.”
Kegaiatan Rani UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Kegiatan yang sangat disenangi oleh Rani Menari dan
bermain Angklung, yang dilaksanakan setiap hari kamis dan jum’at sore. Banyak yang telah diberikan UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia
Universitas Sumatera Utara
Pematangsiantar maupun donatur dari luar untuk Rani dan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu wicara lainya yaitu uang, pakaian dan peralatan alat tulis baru
dan saat hari raya idul fitri. Berikut penuturan Rani: “Banyak kegiatan di sini, tapi saya paling senang olahraga menari
dan bermain angklung. Biasanya latihannya setiap hari kamis dan jumat sore .Saat tahun ajaran baru sekolah dan saat hari raya Idul Fitri, donatur sering
memberikan uang, pakaian dan peralatan baru kepada kami.” Selama empat tahun tinggal di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara
dan Lanjut Usia Pematangsiantar Rani mengaku sudah ada perubahan yang dirasakan oleh Rani karena arahan dari pegawaipengurus. Rani sekarang sudah lebih rajin
mengerjakan sholat lima waktu dan amalan-amalan baik lainya, sudah bisa mencuci baju sendiri dan sudah pandai bergaul dengan orang lain. Rani berharap setelah
keluar dari sini, ia tetap bisa menjadi anak yang mandiri dalam menggapai cita- citanya.
5.2.6 Informan Kunci 1
a. Nama
: Dra. Sari Utami b.
Umur : 51 Tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Riwayat Pendidikan
: S1 Pendidikan Luar Biasa e.
Agama : Islam
f. Suku
: Jawa g.
Alamat : Jalan. Batu Kapur No. 17
Pematangsiantar
Universitas Sumatera Utara
h. Jabatan
: Kepala UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia
Pematangsiantar
Dra. Sari Utami adalah seorang kepala di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, yang bertugas untuk a. Menyelenggarakan
pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakan disiplin pegawai di lingkungan dinas. b. Menyelenggarakan pembinaan, sinkronisasi dan pengendalian pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi dinas. c. Menyelenggarakan penetapan perencanaan dan program kegiatan dinas, sesuai ketentuan yang berlaku. d. Menyelenggarakan pengkajian dan
menetapkan pemberian dukungan tugas atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah di bidang kesejahteraan dan sosial. e. Menyelenggaraan fasilitasi penyelenggaraan
program potensi sumber kesejahteraan sosial, pemberdayaan sosial, pelayanan dan rehabilitasi sosial, bantuan dan jaminan sosial. f. Menyelenggarakan koordinasi dan
kerjasama dengan instansilembaga terkait. g. Menyelenggarakan pengkoordinasian penyusunan
tugas-tugas teknis
serta evaluasi
pelaporan yang
meliputi kesekretariatan, potensi sumber kesejahteraan sosial, pelayanan dan rehabilitasi
sosial, bantuan dan jaminan sosial. h. Menyelenggarakan penetapan penyusunan standar, norma-norma dan kriteria-kriteria sesuai ketentuan yang berlaku.
i.Menyelenggarakan koordinasi kegiatan teknis dalam rangka penyelenggaraan pelayanan di bidang kesejahteraan dan sosial. j. Menyelenggarakan koordinasi
kegiatan dengan dinaslembaga kesejahteraan dan sosial lintas KabupatenKota. k. Menyelenggarakan tugas lain, yang diberikan Gubernur sesuai tugas dan fungsinya.
Universitas Sumatera Utara
Dra. Sari Utami berada di di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar sejak tahun 1990, dan ketika menjabat sebagai kepala sejak
juli tahun 2013. Berikut penuturan Dra. Sari utami: “Saya berada di sini sejak 1990, sudah 26 tahun, dan menjabat sebagai kepala pada
bulan juli 2013.” Dra. Sari Utami menjelas kan bahwa pelayanan sosial itu ialah pelayanan sosial
merupakan suatu usaha yang dilakukan kelompok atau seseorang untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada klien dalam mencapai tujuan tertentu, kalau sistem
pelayanan terhadap tuna rungu wicara Ibu Dra. Sari Utami mengatakan yang pertama sekali itu proses Pendekatan awal dimana di dalam pendekatan ini tentunya ada
Sosialisasi program, lalu ada registrasi pendaftaran calon WBS rungu wicara atau mengisi formulir, kemudian membuat kontrak kerja dengan keluarga dan calon WBS
tuna rungu wicara, lalu menerima dan penempatan calon WBS ke asrama, yang terakhir orientasi calon wbs di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan
Lanjut Usia Pematangsiantar. Dra. Sari Utami mengatakan Itu masih tahapan awal dalam proses pelayanan
penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini, tahapan yang kedua Dra. Sari Utami menjelaskan tentang Proses Assesment terhadap WBS penyandang disabilitas tuna
rungu wicara di dalam proses assesment ini akan dilaksanakan menyusun instrumen asesmen, mengisi formulir asemen, analisa tingkat kemampuan fisik, vocational,
sosial, mental, dan psiksososial, kemudian pembahasan kasus, lalu dilanjutkan dengan menentukan fokus masalah, dan yang terakhir penempatan WBS dalam kelas
pembelajaran pengetahuan dasar dan keterampilan. Dra. Sari Utami kemudian langsung menjelaskan proses pelayanan terhadap
penyandang disabilitas tuna rungu wicara. Tahapan ketiga ialah perencanaan
Universitas Sumatera Utara
pelayanan sosial yang dimana dalam perencanaan sosial ini akan dilaksanakan yang pertama menetapkan tujuan pelayanan, kemudian yang kedua pengelompokan WBS
pada jenis program pelayanan berdasarkan rekomendasi assesmen, lalu membuat jadwal pelayanan dan yang terakhir menyusun materi Pengetahuan dasar, bimbingan
fisik, keterampilan, sosial, psikososial, dan advokasi. Dra. Sari Utami juga menambahkan:
”Sistem pelayanan yang berada di sini berjalan dengan semestinya sesuai dengan tahapan-tahapan proses pelayanan terhadap tuna rungu wicara
semua sudah sesuai standar mulai dari pendekatan sampai dengan proses pelayanannya.”
Sebagai seorang ketua di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar, Ibu Dra. Sari Utami mengungkapkan bahwa tidak ada
perbedaan antara anak penyandang disabilitas tuna rungu wicara yang satu dengan yang lainya, semua mendapatkan perlakuan yang sama tanpa adanya perbedaan.
Berikut penuturan Dra.Sari Utami: “Semua anak tuna rungu yang berada disini mendapatkan pelayanan yang sama
tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lainya, jadi dengan demikian si anak tuna rungu tadi pun merasa nyaman, tidak ada kesenjangan juga kecemburuan
diantara mereka, karena kita tahu sendiri lah, bahwasanya anak tuna rungu ini mempunyai emosi yang lebih tinggi di banding kita yang normal, atau dengan kata
lain anak tuna ungu ini sangat pencemburu.” Untuk rutinitas atau kegiatan sehari-hari penyandang disabilitas tuna rungu wicara di
UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini, Ibu Dra. Sari Utami mengatakan setiap hari senin sampai jumat anak-anak jam 07.45
wib, harus upacata di di lapangan, setelah selesai lanjut ke kelas masing-masing
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan tingkat kecerdesan otaknya, tingkat kecerdesanya di bagi menjadi 3 kategori yaitu kelas A, B, dan C. Untuk kelas A siswa-siswi nya berjumlah 18 orang,
yang mana dikelas ini siswa-siswa memiliki pengetahuan intelektual nya yang rendah. Sedangkan untuk kelas B siswa-siswinya berjumlah 12 orang dimana di
kelas ini tingka kecerdasan intelektual penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini ada di level sedang. Kemudian yang terakhir ialah kelas C yang berjumlah 7 orang
yang berisikan siswa-siswi yang mempunyai pengetahuan intellektual yang baik diantara kelas A dan B.
Selanjutnya tepat jam 10.00 wib penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini selesai belajar di kelas menurut intelektualnya. Kemudian para WBS tersebut masuk
keruang ketrampilan. Berikut penuturan Dra.Sari Utami: “Ketrampilan untuk tuna rungu wicara ini disini ada 3, yang pertama itu ada
ketrampilan menjahit dan membordir, yang kedua ketrampilan salon, dan yang terakhir ketrampilan pertukangan kayu. Untuk ketrampilan anak tuna rungu wicara
ini kami membebaskan mereka untuk memilih ketrampilan yang minatin, namun karena jumlah tuna rungu wicara ini banyak sedangkan peralatan kurang, jadi kami
membuat pergantian, jam 10.00-12.00 wib itu untuk yang pertama, dan yang kedua jam 13.00-15.00 wib untuk gelombang yang kedua, cara ini kami lakukan agar
semua anak tuna rungu wicara tadi memakai alat-alat ketrampilan secara merata.”
Dra. Sari Utami mengatakan bahwasanya hasil dari ketrampilan penyadang disabilitas tuna rungu wicara, seperti taplak meja, sarung bantal, dan
pakaian, akan disimpan yang selanjutnya akan di bawa ketika ada pertemuan, ketrampilan ini akan di bawa sebagai hasil ketrampilan mereka selama berada
adaidi UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Berikut penuturan Dra. Sari Utami:
Universitas Sumatera Utara
“Kalau hasil ketrampilan anak tuna rungu wicara ini seperti sarung bantal, taplak meja atau pakaian, nantinya ketrampilan ini akan kami bawa ketika rapat
sebagai pameran juga bukti hasil tangan dari jerih payah dari anak tuna rungu wicara ini, juga apabila anak tuna rungu ini mau di lepaskan dari pihak UPTD
karena ia sudah mahir, barang hasil ketrampilan dia ini juga di bawa kekeluarganya sebagai bukti juga hasil promosi bahwa anak nya sudah bisa
membuat ketrampilan ” Dra. Sari Utami menjelaskan bagaimana cara ia untuk mengajari anak tuna
rungu ini dapat memahami dengan cepat. Anak tuna rungu bahwasanya pada awalnya semua anak tuna rungu wicara ini sudah bisa bahasa isyarat, tetapi dia
tidak bisa isyarat bahasa indonesia dengan baik, hanya dengan gerak-gerik yang dia maksud. Berikut penuturan Dra.Sari Utami:
“kalau teknik mengajari mereka dengan cepat, antara lain dengan melibatkan sesama tuna rungu yang lainya, dengan kata lain anak tuna rungu yang pandai
mengajari teman tuna rungunya yang kurang, anak tuna rungu yang lama mengajari yang baru.”
Selanjutnya Dra. Sari utami menjelaskan bahwa tingkat emosional penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini sangat tinggi, tingkat emosi mereka
payah terkontrol sering pergaduhan antara sesama penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini. Berikut penuturan Dra. Sari Utami:
“Perlu kita bertahui bersama bahwa tingkat emosianal anak tuna rungu ini sulit kali terkendali, bahkan pun kita kalah dengan mereka. Pernah suatau ketika anak
tuna rungu yang satu berkelahi dengan anak tuna rungu yang lain, hanya karena masalah cowok, sampai anak tuna rungu yang satu mencoba untuk bunuh diri
dengan menggunakan paku yang di tuusuk-tusuk di urat nadinya. Jadi cara pihak
Universitas Sumatera Utara
UPTD melerai mereka yang berkelahi, kami panggil yang bersangkutan lalu kami lerai mereka sampai semua aman juga ada rasa dendam d
i antara mereka.” Dra. Sari Utami menjelaskan bahwa Sistem pelayanan yang berada di
UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan sistem pelayanan yang di berikan
KEMENSOS dan berjalan berdasarkan dasar hukum sesuai dengan tabel 5.1 dan 5.2.
Tabel 5.1 Sistem Pelayanan
Sistem Pelayanan Meliputi : Implementasi Ada Tidak ada Kondisi
1. Metode terapi wicara a. Metode lips reading atau
membaca ujaran √ Baik b. Metode oral √ Baik
c. Metode m anual √
Baik d. Metode AVT Auditori Visual Therapy √
Baik 2. Pemberdayaan Tuna Rungu Wicara
a. Memenuhi kebutuhan dasarnya √ Baik b. Dapat meningkatkan pendapatan √ Baik
dan memperoleh barang dan jasa c. Dapat berpatisiapsi dalam proses pembangunan √ Baik
dan keputusan yang dapat mempengaruhi mereka
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2 Dasar Hukum
Sesuai dengan Tabel 5.1 dan tabel 5.2 bahwa Impelentasi Sistem Pelayanan dan Dasar Hukum yang berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu
Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Berjalanan dengan baik dan dasar hukum nya juga dilaksanakan. Dra.Sari Utami juga agar semua penyandang disabilitas tuna
rungu wicara ini menjadi orang-orang yang mandiri dan tetap dijalan yang benar. Juga berharap kemandiriannya penyandang disabilitas tuna rungu wicra ini akan
menjadi pendorong untuk kesuskesan mereka kelak. Dasar Hukum Implementasi
Dilaksanakan Tdk Dilaksanakan 1. Undang-undang RI No. 4 tahun 1997
, √ Tentang Penyandang cacat.
2. Undang-undang RI No. 13 tahun 1998 , √
Tentang kesejahteraan sosial lanjut usia. 3. Undang-undang RI No. 11 tahun 2011,
√ Tentang kesejahteraan sosial.
4. Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 33 tahun 2010, √
Tentang struktur organisasi dan fungsi dinas kesejahteraan sosial provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
5.2.7 Informan Kunci 2
a. Nama
: Lauren Sinaga, AKS b.
Umur : 45 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki-Laki
d. Riwayat Pendidikan
: STKS Bandung e.
Agama : Kristen Protestan
f. Suku
: Batak Toba g.
Alamat : Jalan. Jawa Pematangsiantar
h. Jabatan
: Pekerja Sosial Fungsional di UPT Pelayanan Sosial Tuna
Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar
Lauren Sinaga memaparkan mengenai kinerjanya mulai dari pertama dia ditempatkan kerja di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia
Pematang Siantar. Dimana, beliau telah bekerja dipanti ini selama 13 tahun dan durasi kerjanya dipanti ini adalah 6 jam setiap hari kerjanya. Berbagai pelayanan
telah diberikan panti ini kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara diantaranya memberikan pelayanan sosial dasar, pelayanan administrasi seperti penyimpanan
datafile, pendampingan bimbingan keterampilan, memberikan bimbingan fisik, sosial, psikososial dan mental serta yang terakhir mengadakan rekreasi kepada warga
binaan sosial tuna rungu wicara. Kemudian, beliau mengatakan jika berbicara pelayanan tentunya menyangkut prosedur atau standar pelayanan tersebut. Sampai
saat ini, hanya sebagian pelayanan yang telah sesuai dengan prosedur dan standar panti sosial sebagaimana mestinya. Walaupun demikian, sebagian dari pelayanan
Universitas Sumatera Utara
tersebut telah berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan. Sebagian pelayanan yang dimaksud itu adalah menyangkut pelayanan sosial dasar, pelayanan
administrasi dan pendampingan bimbingan keterampilan. Karena kemampuan mereka yang terbatas, hanya pelayanan tersebut yang mampu pekerja sosial berikan.
Kemudian beliau juga memaparkan bahwa bukan pekerja sosial saja yang terlibat atau berperan aktif dalam semua pelayanan yang diberikan kepada warga binaaan
sosial tuna rungu wicara, melainkan hampir semua staff, instruktur keterampilan dari luar panti, psikolog dari luar panti dan juga pemuka agama.
Selanjutnya, beliau memaparkan sistem pelayanan yang mereka terapkan menyangkut pelayanan yang diberikan oleh UPTD kepada warga binaan sosial tuna
rungu wicara. Itu dapat dilihat dari manfaatnya bagi warga binaan sosial tuna rungu wicara, dimana manfaatnya adalah warga binaan sosial tuna rungu wicara
mendapatkan ilmu pengetahuan, mendapatkan keterampilan dengan baik, pengubahan perilaku dan tentunya mereka bertambah senang dan nyaman tinggal di
panti ini. Selain sistem pelayanan yang telah ditetapkan dinas sosial, beliau juga
mengatakan mereka juga mempunyai cara lain yang digunakan yaitu dalam bentuk pemberian pelayanan penuh selama jam kerja, dimana pekerja sosial bersama-sama
dengan pegawai atau staff UPTD berkumpul dan sharing membahas permasalahan warga binaan sosial dan perkembangan mereka kedepannya. Agar strategi yang ada
dapat sejalan, maka hal yang kami lakukan sebagai pekerja sosial adalah berkoordinasi dengan pegawai lain di UPTD. Artinya, setiap ada program yang telah
berjalan maka kami sama-sama mengevaluasi apa saja kekurangan atau permasalahan yang dihadapi ketika pemberian pelayanan. Untuk itu, menjadi
Universitas Sumatera Utara
kewajiban sebagai pekerja sosial selalu terlibat aktif dalam setiap pelayanan yang diberikan oleh panti kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara.
Alasan bapak Lauren memilih menjadi seorang pekerja sosial di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar tidak lain
karena memiliki latar belakang pendidikan dari bidang kesejahteraan sosial yaitu SMPS SMK Sosial di Medan dan STKS Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial
Bandung. Berikut penuturan Bapak Lauren : “Setelah lulus penerimaan PNS, saya ditugaskan di UPTD ini, ya berhubung
memang bidang saya dengan senang hati menerimanya”
Kemudian secara singkat, Lauren Sinaga juga menjelaskan tentang profesi pekerja sosial itu berdasarkan pengetahuannya yakni seseorang yang memberikan
pelayanan kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS baik secara individu, kelompok, maupun masyarakat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Sedangkan pekerja sosial di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar adalah seseorang yang memberikan pelayanan kepada
penyandang disabilitas tuna rungu wicara dan lanjut usia ataupun juga PNS yang diberikan tugas, tanggung jawab dan hak untuk memberikan pelayanan kepada
PMKS sesuai dengan jenjang jabatannya. Selanjutnya beliau memaparkan fungsi pekerja sosial itu dipanti, dimana
beliau mengatakan bahwa pekerja sosial itu terbagi atas 2 kelompok berdasarkan fungsinya, yaitu pekerja sosial terampil dan pekerja sosial ahli. Pekerja sosial
terampil, mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan warga binaan sosial tuna rungu wicara mulai dari tahap pendekatan awal, asesmen, rencana intervensi,
intervensi, terminasi dan terakhir rujukan. Sedangkan, pekerja sosial ahli mempunyai tugas melakukan supervisi kepada pekerja sosial terampil yakni diantaranya
Universitas Sumatera Utara
menyusun konsep instrument asesmen, rencan intervensi, pelaksanaan intervensi, evaluasi, terminasi dan rujukan. Artinya, pekerja sosial ahli melakukan evaluasi
secara keseluruhan. Dimana hingga saat ini tugas masing-masing dari pekerja sosial tersebut telah berjalan sesuai dengan prosedur kegiatan yang telah ditetapkan.
Rutinitas penyandang disabilitas tuna rungu wicara Lauren Sinaga mengatakan anak tuna rungu wicara belajar bahasa isyarat dan pelajaran umum
lainya dari hari senin sampai jumat di kelas sesuai dengan tingakatan pengetahuan nya masing-masing , setelah selesai anak tuna rungu wicara langsung masuk ke
ruang ketrampilan. Kemudian istrahat makan siang, lalu lanjut ketrampilan lagi. Tepat pukul 16.00 wib baru mereka bisa pulang ke asrama. Lauren Sinaga juga
menambahkan: “Untuk kegiatan mereka sehari-hari kami dari pihak UPTD sudah menyesuaikan
kegiatan anak tuna rungu wicara ini sebagaimana dengan peraturan yang berlaku. Anak tuna rungu juga boleh balek ke orang tuanya tetapi hanya hari sabtu dan
minggu,biasa anak tuna rungu ini dijemput dengan orang tuanya teapi hari senin mere
ka sudah harus masuk lagi” Kemudian terkait warga binaan sosial tuna rungu wicara yang nantinya keluar
dari panti, pihak UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar secara bertahap memberikan pendampingan ataupun bimbingan
keterampilan sebagai modal dasar untuk mandiri. Setelah itu, diwaktu luang pekerja sosial memberikan bimbingan sosial bagi warga binaan sosial tuna rungu wicara
yang berguna untuk interaksi ataupun pergaulan mereka dengan masyarakat di luar nantinya. Ini sangat penting, karena warga binaan tidak dapat diketahui kapan
keluarnya dari panti. Dimana warga binaan dapat keluar atau selesai belajar di panti paling cepat yaitu setahun dan yang paling lama 3 tahun. Dengan catatan, yang cepat
Universitas Sumatera Utara
keluar telah dinyatakan terampil dalam satu bidang keterampilan yang diajarkan ataupun sangat mudah menangkap pelajaran yang diberikan. Untuk mendukung
keterampilan yang mereka miliki, pihak UPTD melakukan kerja sama dengan pengusaha atau pihak luar untuk memperbolehkan warga binaan sosial tuna rungu
wicara magang di tempat mereka walaupun bukan untuk bekerja menetap. Selain itu, warga binaan sosial juga sering diberikan bantuan oleh pihak lain
di luar panti yakni bantuan insidentil yakni berupa makanan, minuman, pakaian bekas yang tentunya mereka terima dari pihak panti. Ketika ditanyakan kepada
Bapak Loren tentang apa yang menurut beliau paling penting untuk dibenahi di panti ini, dia mengatakan bahwa sarana dan prasarana belajar harus diperbaiki, peralatan
eletronik seperti infocus, VCD, TV, dan yang terpenting tenaga ahli seperti psikolog ataupun dokter dapat ditempatkan di panti ini.
Menyangkut kehidupan penyandang disabilitas tuna rungu wicara sehari- harinya, pastilah mempunyai permasalahan misalnya saja perkelahian antara sesanma
penyandang disabilitas tuna rungu yang satu dengan yang lainya. Dalam hal ini, pekerja sosial mempunyai peranan penting dalam penyelesaiannya. Berikut
penuturan Lauren Sinaga: “Nah, kami sesegera mungkin harus bisa menyelesaikan masalah itu, jangan sampai
berlarut- larut sehingga menimbulkan masalah yang lebih luas lagi.”
Akan tetapi ketika permasalahan dianggap berat dan tidak mendapatkan solusinya maka, pekerja sosial meminta bantuan pemikiran ataupun tenaga kepada
seluruh staff. Selanjutnya Lauren sinaga menjelaskan tentang apa saja kendala di UPTD
Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar. Berikut penuturan Lauren Sinaga :
Universitas Sumatera Utara
“Kendala yang berada di UPTD ini yang pertama sarana dan prasarana nya itu belum perlu lah diperhatikan lagi, contohnya saja atap ruang kantor atau aula yang
bocor dan kusen jendela atau pintu kantor yang rusak, kemudian plafon ruang ketrampilan yang rusak, mobil ambulans belum ada untuk WBS yang sakit dan
meninggal, lalu kamar mandi lansia masih berada di luar asrama. Lalu yang kedua belum tersedinya tenga kerja profesional, seperti Dokter, sarjana agama Islam dan
Kristen.” Sebagai pekerja sosial fungsional Lauren Sinaga juga menambah kan terkait
sistem pelayanan dan dasar hukum di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar.
Tabel 5.3 Sistem Pelayanan Sosial
Sistem Pelayanan Meliputi : Implementasi Ada Tidak ada Kondisi
1. Metode terapi wicara a. Metode lips reading atau
membaca ujaran √ Baik b. Metode oral √ Baik
c. Metode manual √
Baik d. Metode AVT Auditori Visual Therapy √
Baik 2. Pemberdayaan Tuna Rungu Wicara
a. Memenuhi kebutuhan dasarnya √ Baik b. Dapat meningkatkan pendapatan √ Baik
dan memperoleh barang dan jasa c. Dapat berpatisiapsi dalam proses pembangunan √ Baik
dan keputusan yang dapat mempengaruhi mereka
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4 Dasar Hukum
Lauren Sinaga menambahkan sistem pelayanan terhadap penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini menurut tabel 5.3 semuanya sudah ada di UPTD Pelayanan Sosial
Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar dan semua berjalan dengan baik. Begitu juga dengan dasar hukum sesuai dengan tabel 5.4. Berikut penuturan
Lauren Sinaga: “Kalau sistem pelayanan yang berada disini, itu semua nya seudah berjalan dengan
baik, terkhususnya pada anak tuna rungu wicara ini. Semua berjalan dengan tahap demi tahap, karena kalau kita mengajari anak tuna rungu wicara ini tidak seperi kita
orang normal, jadi ya harus perlahan. Kalau dasar hukum ya kami di UPTD ini mengikutin apa yang di perintahkan oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial. jadi kami
tinggal mengikuti peraturan yang berlaku sesuai dengan undang-undang dan semua terleksana dan berjalan dengan baik.”
Dasar Hukum Implementasi Dilaksanakan Tdk Dilaksanakan
1. Undang-undang RI No. 4 tahun 1997 , √
Tentang Penyandang cacat. 2. Undang-undang RI No. 13 tahun 1998
, √ Tentang kesejahteraan sosial lanjut usia.
3. Undang-undang RI No. 11 tahun 2011, √
Tentang kesejahteraan sosial. 4. Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 33 tahun 2010,
√ Tentang struktur organisasi dan fungsi dinas
kesejahteraan sosial provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
5.2.8 Informan Kunci 3
a. Nama
: Dra. Upik Ekhia b.
Umur : 53 Tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Riwayat Pendidikan
: STKS Bandung e.
Agama : Islam
f. Suku
: Padang g.
Alamat : Jalan. Sisingamangaraja no. 68
Pematangsiantar h.
Jabatan : Staf Administrasi di UPTD Pelayanan
Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar
Dra. Upik Ekhia adalah seorang staff administrasi di Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar, yang bertugas untukmelaksanakan
kegiatan korespondensi dan surat menyurat baik diluar kegiatan lingkungan UPTD maunya luar UPTD. Tugas Ibu Dra.Upik Ekhia selain melaksanakan surat menyurat,
ia juga merupakan seorang pembina bagi lanjut usia di Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar. Dra. Upik Ekhia masuk di di UPTD ini
sejak 1995 dan langsung menjadi seorang staff administrasi hingga sekarang dan pembina lansia sejak bulan februari tahun 2010. Berikut penuturan Dra, Upik Ekhia:
“Saya masuk di UPTD ini sejak tahun 1995, ketika saya masuk saya langsung menjadi staff administrasi dan menjadi pembina untuk lanjut usia sejak bulan
februari 2010.”
Universitas Sumatera Utara
Dra. Upik Ekhia menjelaskan bahwa pelayanan sosial itu ialah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Kalau pelayanan sosial untuk penyandang disabilitas tuna rungu wicara ia
menjelaskan bahwa semua udah di jelas dari tahap pendekatan sampai dengan terminasi.
Sebagai staff administrasi, bukan berarti Dra. Upik Ekhia tidak berhadapan langsung kepada penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini. Bahkan ia
mengatakan sangat dekat dan paham betul terhadap peyandang disabilitas tuna rungu wicara ini, semua anak penyandang disabilitas di UPTD ini mendapatkan
perlakuan yang sama. Berikut penuturan Dra. Upik Ekhia: “Saya berada disini sudah lama sejak tahun 1995, jadi saya paham betul bagaimana
watak dan tingkah anak tuna rungu ini. Walau mereka tiap tahun nya ada yang datang juga ada yang keluar. Tapi saya sudah tau bagaimana mereka. Kalau
masalah pelayanan yang di berikan pihak UPTD kepada tuna rungu wicara ini, semua anak mendapatkan perlakuan yang sama, tidak ada perlakuan khusus
terhadap perseorangan.” Dra.Upik Ekhia mengatakan jumlah peralatan ketrampilan tidak lah sesuai dengan
jumlah penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini, oleh karena itu saat menggunakan alat ketrampilan penyandang disabilitas tunarungu wicara ini
menggunakan alat ketrampilanya secara bergantian. Ia juga mengatakan hasil dari ketrampilan penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini biasanya ada yang dsimpan
untuk pihak UPTD, yang nantinya akan dbuat pameran dan ada juga hasil dari ketrampilan mereka itu akan dibawa pulang oleh penyandang disabilitas tuna rungu
wicara ini ketika dia sudah tamat dari UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara
Universitas Sumatera Utara
dan Lanjut Usia Pematangsiantar, yang nantinya ketika dia sudah mandiri dan lebih dewasa dia mungkin bisa membuka usaha menjahit sendiri atau mungkin bekerja
dengan orang lain . berikut penuturan Dra.Upik Ekhia: “Jumlah peralatan ketrampilan disini sudah memadai tetapi kurang mencukupi,
jumlah pertalatan ketrampilanya tidak sesuai dengan jumlah anak tuna rungu wicaranya, oleh karena itu kami membuat jadwal untuk mereka ssecara bergantian,
dan hasil dari ketrampilan mereka akan di simpan oleh pihak UPTD yang nantinya akan menjadi pameran dan ada juga yang di bawa pulang oleh anak tuna rungu
wicara ini yang akan di tunjukkan untuk orang tuanya.” Di dalam menjalankan implementasi sistem pelayanan penyandang disabilitas
tuna rungu wicara ini dalam mencapai kemandirian, Ibu Dra. Upik Ekhia tentu mengalami beberapa kendala yang menurutnya merupakan sebuah tantangan. Berikut
menurut penuturan Ibu Dra. Upik Ekhia: “Ada sedikit kendala dalam menjalankan sistem pelayanan anak tuna
rungu wicara ini dalam necapai kemandirianya. Salah satu kendalanya adalah berasal dari anak tuna rungu wicara itu tersebut. Karena tidak semua anak tuna
rungu wicara ini mempunyai semangat yang lebih, karena ia merasa dirinya tidak bisa berbicara dan mendengar jadi dia merasa dirinya tidak berguna untuk orang
lain. Oleh karena itu secara perlahan kami dari pihak UPTD secara berlahan mulai meyakinkan dirinya terus memberikan motivasi bahwa semua orang
bermanfaat nantinya apabila kita memiliki keyakinan untuk maju dan motivasi hidup yang kuat.
Dengan demikian penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini, dapat kembali merasakan dirinya termotivasi dan mau mulai melangkah maju untuk
hidup yang lebih baik. Anak-anak bisa tumbuh dalam kasih sayang dan cinta, rasa
Universitas Sumatera Utara
dihargai dan rasa aman sama hal nya juga dengan penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini, mereka juga harus mendapatkan perlakuan yang sama tanpa
harus dibedakan dengan kondisnya. Ibu Dra. Upik Ekhia berharap para penyandang disabilitas tuna rungu wicara yang berada di UPTD Pelayanan Sosial
Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar untuk selalu tetap bersemangat dan bisa menjadi lebih mendiri, sehingga ketika mereka sudah tamat
dari UPTD ini mereka dapat berguna baik bagi dirinya sendiri dan juga orang lain.
Dra.Upik Ekhia juga menjelaskan bahwa Sistem pelayanan yang berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini
sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan sistem pelayanan yang di berikan KEMENSOS dan berjalan berdasarkan dasar hukum sesuai dengan tabel 5.5 dan
5.6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5 Sistem Pelayanan
Tabel 5.6 Dasar Hukum
Sistem Pelayanan Meliputi : Implementasi Ada Tidak ada Kondisi
1. Metode terapi wicara a. Metode lips reading atau membaca ujaran √ Baik
b. Metode oral √ Baik
c. Metode manual √ Baik
d. Metode AVT Auditori Visual Therapy √ Baik
2. Pemberdayaan Tuna Rungu Wicara a. Memenuhi kebutuhan dasarnya √ Baik
b. Dapat meningkatkan pendapatan √ Baik dan memperoleh barang dan jasa
c. Dapat berpatisiapsi dalam proses pemb angunan √ Baik
dan keputusan yang dapat mempengaruhi mereka
Dasar Hukum Implementasi Dilaksanakan Tdk Dilaksanakan
1. Undang-undang RI No. 4 tahun 1997 , √
Tentang Penyandang cacat. 2. Undang-undang RI No. 13 tahun 1998
, √ Tentang kesejahteraan sosial lanjut usia.
3. Undang-undang RI No. 11 tahun 2011, √
Tentang kesejahteraan sosial. 4. Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 33 tahun 2010,
√ Tentang struktur organisasi dan fungsi dinas
kesejahteraan sosial provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
5.2.9 Informan Kunci 4
a. Nama
: Sri Mayanti b.
Umur : 47 Tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Riwayat Pendidikan
: SMPS SMK sosial saat itu e.
Agama : Islam
f. Suku
: Jawa g.
Alamat : Perdagangan
h. Jabatan
: Pekerja Sosial Penyelia atau pekerja sosial termpil di UPTD Pelayanan
Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut usia Pematangsiantar.
Sri Mayanti berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar sejak tahun 2004 atau telah berkisar 12 tahun. Jabatan
beliau adalah pekerja sosial penyelia atau bisa dikatakan sebagai pekerja sosial terampil. Sri Mayanti mengatakan bahwa pelayanan sosial itu adalah. Berikut
penuturan Sri Mayanti: “Suatu tindakan-tindakan yang memperkerjaan pekerja-pekerja sosial atau tenaga
profesional yang berkaitan dan diarahkan pad a tujuan kesejahteraan sosial.”
Sri Mayanti juga menjelaskan berbagai pelayanan telah diberikan dan semua pelayanan tersebut telah berjalan sesuai perencanaan dan dituangkan ke dalam
bentuk program bagi warga binaan sosial tuna rungu wicara. Semua pelayanan yang diberikan kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara harus terlebih dahulu
diseleksi dan disepakati oleh seluruh pihak di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar agar tidak menimbulkan permasalahan
Universitas Sumatera Utara
nantinya dikemudian hari. Setiap pelayanan yang diberikan, tidak terlepas dari berbagai permasalahan baik itu dari dalam ataupun dari luar panti itu sendiri. Jika
ditemukan permasalahan dalam pemberian pelayanan kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara.
Tugas dan fungsi utama Sri Mayanti sebagai pekerja sosial di panti adalah memberikan pelayanan penuh kepada penyandang disabilitas tuna rungu wicara dan
melakukan pengawasan dan evaluasi secara menyeluruh terhadap pelayanan dan program yang dilaksanakan. Berikut penuturan Sri Mayanti:
“Hingga saat ini tugas dan fungsi kami masih berjalan dengan baik dan lancar.”
Pelayanan yang diberikan oleh UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar kepada penyandang disabilitas tuna rungu wicara
pada dasarnya telah sesuai dengan prosedur dan standar panti sebagaimana mestinya yang telah ditetapkan oleh dinas sosial. Bentuk pelayanan tersebut berupa pelayanan
sosial dasar, pelayanan bimbingan dan pelayanan akses. Semua pelayanan tersebut tidak lepas dari kontrol dan pengawasan pekerja sosial. Setiap pekerja sosial
diharpkan keseriusan ataupun loyalitasnya dalam pemberian pelayanan dengan setiap harinya bekerja selama 6 jam atau bisa lebih jika ada permasalahan yang serius dan
harus diselesaikan. yang diberikan oleh UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar kepada penyandang disabilitas tuna rungu wicara
pada dasarnya telah sesuai dengan prosedur dan standar panti sebagaimana mestinya yang telah ditetapkan oleh dinas sosial. Bentuk pelayanan tersebut berupa pelayanan
sosial dasar, pelayanan bimbingan dan pelayanan akses. Semua pelayanan tersebut tidak lepas dari kontrol dan pengawasan pekerja sosial. Setiap pekerja sosial maupun
seluruh staaf dan pegawai yang berada di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu
Universitas Sumatera Utara
Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar diharpkan keseriusan ataupun loyalitasnya dalam pemberian pelayanan dengan setiap harinya bekerja selama 6 jam atau bisa
lebih jika ada permasalahan yang serius dan harus diselesaikan. Rutinitas penyandang disabilitas tuna rungu wicara Sri Mayanti mengatakan
anak tuna rungu wicara belajar bahasa hari senin sampai jumat di kelas sesuai dengan tingakatan pengetahuan nya masing-masing, setelah selesai anak tuna rungu wicara
langsung masuk ke ruang ketrampilan. Kemudian istrahat makan siang, lalu lanjut ketrampilan lagi. Tepat pukul 16.00 wib baru mereka bisa pulang ke asrama. Sri
Mayanti juga menambahkan: “Hasil ketrampilan yang telah selesai di buat oleh anak tuna rungu wicara ini, itu
akan kami simpan dan ketika ia mau selesai dari UPTD ini atau ditamatkan, maka ia juga membawa hasil ketrampilan tersebut untuk dibawa ke orang tuanya.“
Selanjutnya Sri Mayanti juga mengatakan, emosional juga keinginan penyandag disabilitas tuna rungu wicara ini sangat tinggi. Mereka lebih pencemburu,
mudah sakit hati, mudah marah. Berikut penuturan Sri Mayanti: “Emosional anak tuna rungu wicara ini sangat tinggi, oleh karena itu disini lah
peran kami dari pihak UPTD untuk merubahnya secara perlahan. Keinginan mereka juga sangat banyak, mungkin melibihi kita yang normal, contohnya saja kalau ada
bantuan pakain bekas dari pihak luar yang masih bagus dan layak pakai, banyak diantara baju itu yanag tidak mereka pilih karena tidak sesuai dengan apa yang
mereka mau. Jadi karena barang itu mereka tidak mau maka tidak jarang barang tersebut jadi rusak begitu saja karena t
erbengkalai begitu saja.” Selanjutnya Sri Mayanti menjelaskan tentang apa saja kendala di UPTD
Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Berikut penuturan Sri Mayanti:
Universitas Sumatera Utara
“Kendala yang di hadapi UPTD ini ialah, sarana dan prasarananya masih ada beberapa tempat juga ruang yang harus di tambah juga diperbaiki, dan juga
alangkah lebih baiknya jika di tambah pekerja profesional lagi , seperti Dokter juga pemuka agama Islam dan Kristen.”
Sri Mayanti juga mengatakan seluruh kegiatan pelayanan yang telah di programkan dapat terlaksana. Walaupun ada beberapa hambatankendala yang
terjadi, tapi telah di upayakan untuk mengantisipasinya, salah satunya adalah adanya kerja sama yang baik antara semua staf UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara
dan Lanjut Usia Pematangsiantar dan dengan berbagai pihak lain. Sebagai pekerja sosial penyelia atau bisa dikatakan sebagai pekerja sosial
terampil Sri Mayanti juga menambah kan terkait sistem pelayanan dan dasar hukum di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar.
Tabel 5.7 Sistem Pelayanan
Sistem Pelayanan Meliputi : Implementasi Ada Tidak ada Kondisi
1. Metode terapi wicara a. Metode lips reading atau membaca ujaran √ Baik
b. Metode oral √ Baik c. Metode manual
√ Baik d. Metode AVT Auditori Visual Therapy √ Baik
2. Pemberdayaan Tuna Rungu Wicara a. Memenuhi kebutuhan dasarnya √ Baik
b. Dapat meningkatkan pendapatan √ Baik dan memperoleh barang dan jasa
c. Dapat berpatisiapsi dalam proses pembangunan √ Baik dan keputusan yang dapat mempengaruhi mereka
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8 Dasar Hukum
5.2.10 Informan Tambahan 1
a. Nama
: Nita Ermayati S.Psi b.
Umur : 34 Tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Riwayat Pendidikan
: S1 Psikologi e.
Agama : Islam
f. Suku
: Melayu g.
Alamat : Jalan. Sunda Atas No. 8
Pematangsiantar h.
Jabatan : Psikolog di UPTD Pelayanan
SosiaTuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar.
Dasar Hukum Implementasi Dilaksanakan Tdk Dilaksanakan
1. Undang-undang RI No. 4 tahun 1997 , √
Tentang Penyandang cacat. 2. Undang-undang RI No. 13 tahun 1998
, √ Tentang kesejahteraan sosial lanjut usia.
3. Undang-undang RI No. 11 tahun 2011, √
Tentang kesejahteraan sosial. 4. Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 33 tahun 2010,
√ Tentang struktur organisasi dan fungsi dinas
kesejahteraan sosial provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Nita Ermayati adalah seorang Psikolog di di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar. Beliau adalah tamatan dari
Universitas Medan Area jurusan Psikologi. Nita Ermayati di di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar masih pekerja honorer.
Nita Ermayati menjadi psikolog di sini sejak tahun 2008. Berikut penuturan Nita : “Saya masuk dan menjadi psikolg disini sejak 2008. Berarti sudah 8 tahun saya
disini. Ketika itu saya di hubungin oleh pihak UPTD untuk menjadi psikolog disini, walau masih tenaga honorer tetapi sayang merasa senang dan jalani s
aja.” Selanjutnya, Nita Ermayati mengatakan dalam sebulan ia memberikan
motivasi kepada penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini hanya 2 kali pertemuan. Berikut penuturuan Nita:
“Dalam sebulan saya hanya 2 kali pertemuan untuk memberikan motivasi hidup, bermain game guna untuk mengakrabkan mereka. Hal ini di karenakan di UPTD ini
kan bukan hanya anak tuna rungu wicara saja, tetapi ada juga para lansia. Jadi jadwal saya di UPTD ini setiah hari jumat,seminggu saya di Lansia baru minggu
depanya kemudian baru ke anak tuna rungu wicara ini. Begitu lah rutinitas saya di UPTD ini.”
Walaupun Nita tidak bisa setiap hari melihat dan bersama penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini, tapi ia merasa bahwa dirinya sudah sangat dekat
penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini. Bahkan tak jarang ketika ia bersama penyandang disabilits tuna rungu wicara ini ada juga anak-anak tuna rungu wicara ini
yang langsung memeluknya karena kesenengan. Nita Ermayati ketika bersama penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini diawali
dengan pendekatan satu demi satu. Apabila penyandang disabilitas tuna rungu wicara
Universitas Sumatera Utara
ini mulai nyaman dan tenang, lalu Nita Ermayati memulai memotivasi mereka. Nita Ermayati lebih sering memberi motivasi tentang makna hidup juga motivasi tentang
keluarga. Saat ia mulai membimbing dan memberikan motivasi, Nita Ermayati melakukanya dengan gerak mulut yang jelas dan suara yang keras. Karena pada
dasarnya anak tuna rungu wicara ini bisa mendengar walau tingkat pendengaran nya hanya sedikit. Tak jarang pula ia memotivasi tuna rungu wicara tersebut melalui
media tulisan maupun gerak bedan atau mimik muka. Itu semua tergantung terhadap anak itu sendiri yang ia lebih mudah menangkap dengan cara seperti apa. Nita
ermayati juga menambahkan : “Ya, kalau kita menghadapi anak tuna rungu wicara ini ya harus mesti benar-benar
sabar. Karena tingkat pemahaman mereka ssemua tidak sama. Ada yg cepat nagkap dan ngeri dan ada juga yang sebaliknya. Jadi kita harus secara berlahan dan pelan-
pelan dalam menghadapi anak tunna rungu wicara ini.”
Nita Ermayati mengatakan bahwa dulu ia pernah mendapatkan keluhan dari seorang orang tua dari penyandang disabilitas tuna rungu wicara yang berasal dari
Tebing Tinggi, mengenai pelayanan di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini. Orang tua dari salah satu anak tuna ruungu
wicara tersebut mengatakan bahwa setelah anaknya berada di UPTD ini menjadi lebih kurus seperti kurang gizi. Namun Nita Ermayati langsung mengatakan kepada
orang tua dari anak tersebut. Bahwa si anak lah yang kurang nafsu makan, karena ia rindu dengan orang tuanya atau bahkan ada beban pikiran yang ia tidak berani
menceritakn. Karena disini waktu makan 3 kali dalam sehari dansiang diberi snack. Dan itu semua gratis tanpa dipungut biaya dan banyak juga para penyandang disabili
tas tuna rungu wicara lainya selama berada disini mereka jauh merasa labih sehat.
Universitas Sumatera Utara
Mendengar jawaban dari Nita Ermayati tersebut, orang tua dari anak tuna rungu tersebut menjadi terdiam.
Sebagai Psikolog di di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini. Nita Ermayati juga mengatakan bahwa semua
pelayanan yang berada di UPTD ini sudah berjalan dengan baik dan lancar. Namun untuk fasilitas sarana dan prasarananya masih belum ckup memadai. Berikut
penuturan Nita: “Pelayanan yang di berikan UPTD khususnya bagi anak tuna rungu wicara ini
semua sudah berjalan dengan baik dan lancar. Tetapi dari fasilitas yaitu dari segi sarana dan prasarana nya masih belum memadai sehingga perlu di tambah atau di
perbaiki. Contohnya alat ketrampilan mereka masih kurang. Kelas-kelas mereka masih ada yang bocor dan juga yang lainya.”
Ibu Nita mengatakan dulu ada seorang anak penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini. Yang ingin kabur dari di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu
Wicara dan Lanjut Usia Pematansiantar. Berikut penuturan Nita Ermayati: “Tahun 2014 ada seorang WBS yang mencoba untuk bunuh diri juga ingin
kabur dari UPT ini. Hal ini disebab kan karena anak tersebut cemburu, karena laki- laki yang ia sukai sukak dengan perempuan lain, yang tetntunya masih anak tuna
rungu wicara ini juga. Karena ini merasa sangat cemburu dan sakit hati, maka anak tersebut mencoba untuk untuk bunuh diri dengan menusuk-nusuk paku di urat
nadinya. Namun ketika itu ia dilihat pegawai dan ia selamat. Namun selang beberapa hari kemudian ia mencoba untuk kabur. Namun cara itu masih dapat
dipantau oleh pegawai. Melihat situasi si anak yang tidak bisa terkendali dan tidak memungkinkan lagi maka pihak UPTD memberikan tindakan tegas untuk si anak
Universitas Sumatera Utara
agar dia di pulangkan tanpa sertifikat dan tanda kelulusan dari pihak UPTD agar di kemudian hari tidak terjadi hal-
hal yang tidak di inginkan.” Nita Ermayati mengungkapkan bahwa semua pelaksanaan program unntuk
meningkatkan kemandirian untuk penyandang disabilitas tuna rungu wicara ini dapet terlaksana dan berjalan dengan lancar. Walaupun mungkin suatu saat ada suatu
kendala atau hambatan yang terjadi itu akan langsung untuk mengantisipasinya dengan cepat. Salah satunya dengan ada kordinasi dengan semua yang berada di
UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematangsiantar ini.
5.3 Analisis Data