34 sangat minimal atau hubungan yang bermasalah dengan
ayah. 2.
Pengalaman Seksual yang Buruk Ketika Masih Kanak- kanak
Kekerasan seksual yang dialami seorang anak perempuan dapat menyebabkan ia menjadi lesbian.
Meskipun tidak semua perempuan yang mengalami pelecehan seksual akan menjadi lesbian.
3. Pengaruh lingkungan
Seseorang yang berada di lingkungan tertentu akan menyebabkan seseorang menjadi tertentu pula. Ketika
seseorang berada dilingkungan yang terdapat lesbian maka ia bisa terjerumus dan akhirnya menjadi lesbian juga.
D. Tipe Konflik pada lesbian
Lesbian adalah sebutan bagi perempuan yang secara seksual tertarik pada sesama jenisnya, secara lebih luas diartikan sebagai
perempuan yang secara seksual memiliki ketertarikan kepada perempuan juga. Segala hal yang berhubungan dengan seksual mereka tujukan kepada
sesama perempuan, seperti ketertarikan emosional, penyaluran hasrat seksual atau fantasi seksual. Ia mengidentifikasikan bahwa dirinya adalah
seorang perempuan yang menyukai sesama perempuan Carrol, 2005. Seseorang yang memiliki orientasis seksual lesbian dapat
disebabkan oleh tiga faktor. Faktor yang pertama adalah keadaan keluarga,
Universitas Sumatera Utara
35 lingkungan keluarga yang kurang harmonis dapat memicu seseorang
menjadi lesbian. Faktor kedua adalah pengalaman yang buruk berkaitan dengan aktivitas seksual pada masa kanak-kanak. Faktor yang ketiga
adalah pengaruh lingkungan. Seseorang dapat menjadi lesbian ketika individu berada di lingkungan yang terdapat lesbian juga. Individu dapat
terpengaruh oleh hal tersebut Tan, 2005. Pembentukan identitas lesbian tercipta melalui tahapan-tahapan.
Terdapat enam tahapan pembentukan identitas lesbian, yaitu; identity confusion,
mempertanyakan siapa sebenarnya dirinya dan ia mulai menerima informasi berkaitan dengan homoseksual; identity comparison,
individu mulai berpikir bahwa identitas seksual mereka kemungkinan adalah lesbian; identity tolerance, individu mulai berhubungan dengan
lesbian-lesbian lainnya; identity acceptance, individu mulai beranggapan yang positif tentang orientasi seksualnya; identity pride, individu mulai
merasa bangga memiliki orientasi seksual lesbian; identity synthesis, individu tidak lagi mengkotak-kotakkan kehidupan pada mana orientasi
seksual yang baik dan yang buruk.Masing-masing tahapan memiliki dinamika tersendiri Cass ,1984.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurmala, Anam, Suyono 2006 ditemukan bahwa lesbian merasa telah terjadi pertentangan
antara perasaan dengan apa yang seharusnya. Menurut norma yang seharusnya, seorang perempuan seharusnya menyukai laki-laki namun
yang terjadi adalah ia menyukai perempuan. Selain itu, agama adalah sisi
Universitas Sumatera Utara
36 lain dari pertentangan yang tidak dapat disanggkal. Mayoritas penduduk
Indonesia adalah pemeluk agama Islam, Katholik dan Kristen Protestan dan semua agama tersebut mengajarkan atau menafsirkan bahwa
homoseksual merupakan hal yang dilarang Suvianita Oetomo, 2013. Pickett 2009 menyatakan bahwa Al quran tidak memberitahukan
secara spesifik mengenai konsekuensi yang akan diterima ketika seseorang menjalin hubungan sesama jenis. Namun meskipun begitu, Al quran
menganggap hubungan sesama jenis merupakan tindakan yang negatif. Pertentangan tersebut kerap membuat lesbian merasakan konflik dan
bingung karena harus memilih dua hal, tetap menjadi lesbian atau berhenti Nurmala, Anam Suyono, 2006.
Konflik menurut Lewin dalam Hall, Lindzey, Loehlin, 1985 adalah suatu keadaan saat manusia memiliki dorongan yang saling
bertentangan dan keduanya memiliki kekuatan yang sama. Konflik dapat terjadi pada siapa saja termasuk pada remaja yang memang berada pada
masa bermasalah. Remaja merupakan masa yang sangat kompleks yang dimulai sejak usia 10 atau 11 dan akan berakhir di usia dua puluhan awal
Papalia,Old, Fieldman, 2009. Pertentangan juga terjadi di setiap tahapan pembentukan identitas
homosesual yang dikemukakan oleh Cass 1984. Individu yang masih berada pada tahapan awal, yaitu identity confusion biasanya merasakan
konflik yang berkaitan dengan pertanyaan tentang “who am i?”. Sembari mencari jawaban dari pertanyaan tersebut subjek merasakan keterasingan
Universitas Sumatera Utara
37 yang sangat tinggi. Pada tahapan identity comparison perasaan akan
keterasingan tersebut sudah mulai berkurang namun terjadi konflik baru berkaitan dengan perasaan bahwa ia berbeda dari kelompok sosial yang ia
miliki sebelumnya. Pada tahap identity tolerance individu mulai mengatasi perasaan keterasingan tersebut dengan berhubungan dengan homoseksual
lainnya. Namun pada tahap ini subjek masih belum memiliki keberanian untuk mengungkapkan identitas seksual dirinya kepada semua orang.
Sedangkan individu yang berada pada tahapan keempat, kelima dan keenam telah memandang bahwa orientasi seksual yang dimilikinya
merupakan hal yang positif Cass, 2009. Rich 1993 juga menyatakan bahwa seseorang lesbian sering mengalami tekanan karena memiliki
memiliki orientasi seksual yang berbeda dari apa yang seharusnya. Konflik yang terjadi pada lesbian berkaitan dengan orientasi
seksualnya tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan empat tipe konflik yang dikemukakan oleh Lewin dalam Hall, Lindzey, Loehlin, Locke,
1985, yaitu approach-approach conflict, konflik ini terjadi ketika lesbian dihadapkan pada dua keadaan yang masing-masing memiliki tujuan yang
positif. Tipe konflik yang kedua adalah avoidance-avoidance conflict, konflik ini terjadi ketika lesbian harus memilih antara dua pilihan yang
sama-sama memiliki konsekuensi yang negatif. Tipe konflik yang ketiga adalah approach-avoidance conflict,
konflik tipe ini terjadi ketika lesbian dihadapkan pada dua keadaan yang sebenarnya memiliki tujuan positif namun sekaligus memiliki dampak lain
Universitas Sumatera Utara
38 yang negatif. Tipe konflik ini juga dialami oleh seorang lesbian. Saat
dilakukan wawancara ia mengaku bahwa ia ingin mengungkapkan orientasi seksualnya namun terdapat kemungkinan ia akan dijauhi oleh
orang lain. Miller 1959 mengatakan bahwa ketika individu mengalami konflik ini maka pada akhirnya yang terjadi adalah keadaan yang lebih
diinginkan atau lebih kuat. Tipe konflik yang terakhir adalah multiple approach-avoidance
conflict, konflik ini terjadi ketika lesbian dihadapkan pada keadaan yang
memiliki dua alternatif yang memiliki konsekuensi positif dan negatif sekaligus. Morgan 1986 mengatakan bahwa dalam kehidupan multiple
approch-avoidance conflict sering terjadi. Misalnya pada seorang clubber,
di satu sisi menjadi clubber membuatnya menjadi tenang, senang dan memiliki materi yang lebih namun ia juga menjadi tidak sehat dan
dipandang negatif oleh teman dan keluarga. Di sisi lain apabila ia tidak menjadi clubber maka ia dapat hidup sehat namun ia juga akan dianggap
sombong serta munafik oleh teman-teman sesama clubbernya Panjaitan, 2009.
Ketika seseorang mengalami konflik maka akan terjadi konsekuensi-konsekuensi yang negatif, seperti; akan mengalami stres yang
tinggi, terjadi penurunan produktivitas, penurunan hubungan interpersonal, adanya kecenderungan lebih mementingkan ego yang dimiliki daripada
kenyataan yang sebenarnya, kehilangan waktu yang cukup banyak demi menyelesaikan konflik yang terjadi, dan terakhir dapat membuat seseorang
Universitas Sumatera Utara
39 menentukan keputusan yang tidak seharusnya. Sehingga akan lebih baikk
ketika seseorang meminimalisir terjadinya konflik Eggert Falzon, 2012.
Berdasarkan data-data dan teori inilah peneliti akan mengungkap bagaimana sebenarnya gambaran tipe konflik pada remaja yang memiliki
orientasi seksual lesbian. Konflik tersebut berkaitan dengan kenyataan bahwa ia memiliki orientasi seksual yang berbeda serta bertentangan
dengan sosial budaya, kebijakan pemerintah dan juga agama.
Universitas Sumatera Utara
40
E. Paradigma Teoritis