Hasil Observasi Metode Analisis Data

59 Suku Bangsa Batak Status Mahasiswa Tabel 2. Jadwal Wawancara Partisipan Pertama Pertemuan Waktu 1 Senin, 04 April 2016, pukul 20.17-21.20 WIB 2 Minggu, 10 April 2016, pukul 16.30-17.12 WIB 3 Jumat, 15 April 2016, pukul 14.48-15.30 WIB

1. Subjek Pertama

a. Hasil Observasi

1. Pertemuan Pertama

Senin, 04 April 2016, pukul 20.17-21.20 WIB Wawancara pertama dilakukan di sebuah restoran cepat saji yang berada di kota Medan, tak jauh dari kediaman Subjek. Restoran tersebut dipilih guna mempermudah Subjek. Wawancara dilakukan pada hari Senin, 4 April 2016, pada pukul 20.17- 21.20 WIB. Sebelumnya peneliti dan Febri memastikan bahwa restoran tersebut merupakan tempat yang nyaman untuk melakukan wawancara. Restoran tersebut terdiri dari dua lantai, dan wawancara dilakukan di lantai dua. Dinding restoran tersebut terbuat dari kaca sehingga membuat aktifitas di dalam restoran terlihat oleh orang yang berada di luar. Universitas Sumatera Utara 60 Ketika memasuki restoran, yang pertama kali terlihat adalah deretan tempat makan yang tersusun rapi dengan meja persegi dan sofa bulat yang sejatinya hanya dapat diduduki oleh satu orang saja. Sebelah kanan pintu masuk yang terbuat dari kaca merupakan tempat pembelian. Tempat pembelian tersebut dijaga oleh lima orang, masing-masing berhadapan dengan satu komputer. Pada bagian atas tempat pembelian terpampang berbagai sajian yang disediakan beserta dengan harga satuannya. Setiap pembeli dapat menerima pesanannya antara 5-15 menit setelah melakukan pembayaran. Di samping tempat pemesanan terdapat tangga yang merupakan akses untuk naik ke lantai dua. Tangga tersebut terbuat dari semen yang dilapisi oleh marmer berwarna putih. Pertama kali memasuki lantai dua maka yang terlihat adalah susunan meja yang berbentuk persegi dan bangku yang terbuat dari besi. Dinding restoran yang terbuat dari kaca membuat tempat tersebut menjadi semakin menarik. Pengunjung dapat melihat kemerlipan lampu jalan dan bangunan-bangunan indah yang berada di sekitar restoran. Wawancara dilakukan di sudut kanan restoran setelah sebelumnya peneliti memesan makanan serta minuman. Universitas Sumatera Utara 61 Pada saat melakukan wawancara hanya terdapat 5 orang pengunjung yang berada di lantai 2 tersebut. 2 di antaranya adalah peneliti dan Febri bukan nama sebenarnya, 3 orang lagi adalah orang tak dikenal yang duduk di bagian sudut kiri ruangan. Peneliti memperkirakan bahwa lantai 2 tersebut berukuran 9 x 6 meter. Bisa dipastikan bahwa 3 orang yang berada di sudut kiri tersebut tidak mendengar pembicaraan yang terjadi antara peneliti dan Febri. Saat melakukan wawancara Febri dan peneliti duduk berhadapan sehingga dapat menatap satu sama lain dengan jelas. Peneliti dan Febri hanya berjarak sekitar 60 cm. Saat itu Febri menggunakan baju berwarna kuning berlengan pendek dan pants berwarna putih. Febri tergolong memiliki badan yang besar. Berat badannya 62 kg dan tinggi badannya 166 cm. Febri memiliki kulit putih bersih, tangannya terlihat memiliki bulu yang lumayan lebat, wajahnya berbentuk bulat dengan dagu agak tirus, matanya panjang dengan pelupuk mata yang terlihat mestipun sedikit, hidungnya sedikit mancung, mulutnya kecil dengan bibir yang berisi, dan rambut panjannya tergerai lurus. Dia tidak memakai aksesoris yang berlebihan, hanya menggunakan jam tangan dan anting-anting berbentuk bunga. Universitas Sumatera Utara 62 Sekitar sebulan sebelum wawancara dimulai peneliti dan Febri telah 3 kali bertemu, hal ini dilakukan sebagai bentuk pendekatan. Pada saat akan memulai wawancara, peneliti dan Febri bersalaman, tangannya terasa dingin. Febri merupakan orang yang ceria. Dia selalu tersenyum namun ketika ia memastikan bahwa identitasnya tidak akan diketahui oleh orang lain, senyumnya hilang diiringi dengan mata yang dikedipkan dengan cepat, dahi berkerut dan tangan di depan meja dengan posisi menyilang terlihat seperti orang yang takut. Namun setelah memastikan hal tersebut raut wajahnya kembali normal seperti biasanya, mudah tersenyum. Pada awal wawancara Febri terlihat santai saja. Amarah Febrijelas terlihat pada saat menceritakan kisahnya di saat masih kecil, hal ini terlihat dari perilaku yang ia tampilkan, seperti pengucapan kata perkata lebih lambat dan tangan kanan memegang siku kiri bagian bawah dan sebaliknya tangan kiri memegang siku kanan bagian atas. Febri sempat mengeluarkan kalimat anjir ketika menceritakan kisah tersebut. Nada suaranya juga jauh lebih tinggi ketika menyebutkan kata tersebut. Kedua bibir Febri ditarik ke bagian bawah yang menandakan ia merasakan emosi negatif. Bibirnya hanya tersenyum sesekali, namun bukan senyum keceriaan seperti biasanya melainkan senyum kecil yang getir. Universitas Sumatera Utara 63 Raut wajahnya juga berubah ketika ia menjawab bagaimana bila ketahuan bahwa ia adalah seorang lesbian. Bibirnya tersenyum tipis dan wajahnya menunduk, terlihat seperti menahan sedih. Pengucapan kata-katanya tetap lancar namun terdengar lambat. Secara keseluruhan Febri menjawab setiap pertanyaan dengan lancar. Tatapan Febri juga lebih sering tertuju kepada peneliti yang menandakan bahwa ia menjalani wawancara dengan sepenuh hati. Wawancara juga berjalan lancar, tidak terdapat gangguan yang berarti. Febri sangat kooperatif ketika proses wawancara, jawaban yang dilontarkannya juga cukup banyak. Pertemuan sebelumnya membuat hubungan peneliti dengan Febri menjadi dekat. Terkadang terdengar suara tawa pengunjung lainnya namun hal tersebut tidak menghambat proses wawancara. Suara tawanya juga tidak dekat. Kebetulan restoran cepat saji tersebut sepi pada saat itu. 2. Pertemuan Kedua Minggu, 10 April 2016, pukul 16.30-17.12 WIB Wawancara kedua dilaksanakan pada hari Minggu, 10 April 2016. Wawancara kedua ini dilakukan pada sore hari, tepatnya pukul 16.30-17.12 WIB di rumah Febri. Wawancara seharusnya dilaksanakan pada hari senin, 11 April 2016, karena Febri mengatakan akan sangat sibuk di hari minggu, ada tugas kuliah Universitas Sumatera Utara 64 yang harus ia kerjakan. Namun pada hari minggu tersebut tiba-tiba Febri memberitahukan bahwa ia bisa diwawancarai karena tugas yang harus ia kerjakan telah selesai. Peneliti tiba di rumah Febri sekitar pukul 16.00 WIB. Wawancara tidak bisa dilangsungkan segera karena Febri meminta izin untuk mandi terlebih dahulu. Rumah tersebut dipagari oleh besi berwarna putih setinggi 2 meter. Ketika pagar terbuka kita akan dihadapkan pada sebuah pintu, yang mana pintu tersebut adalah pintu masuk ke dalam rumah. Jarak pagar ke pintu tersebut sekitar 2 meter. Terdapat beberapa pot besar yang diisi dengan bunga pada bagian depan. Ketika memasuki bagian dalam rumah, maka yang pertama kali terlihat adalah empat buah sofa, 2 di antaranya berukuran panjang yang dapat diduduki oleh 3 orang, dan 2 lagi berukuran kecil yang hanya dapat diduduki oleh 1 orang. Di bagian tengah susunan sofa tersebut terdapat meja persegi panjang yang terbuat dari kaca berwarna hitam. Lebar rumah sekitar 8 meter, namun sayang peneliti tidak dapat memperkirakan panjang rumah tersebut. Ketika tiba di rumahnya peneliti langsung diarahkan ke kamar Febri yang berada tepat di samping ruangan yang berisikan sofa tersebut. Universitas Sumatera Utara 65 Kamar tersebut berukuran persegi sekitar 4x4 meter dengan dinding berwarna ungu muda. Terdapat 1 buah meja belajar beserta kursinya di bagian dalam, 1 buah lemari dua pintu berwarna coklat dan 1 tempat tidur yang di atasnya terdapat 4 boneka. Pada bagian atas meja belajar yang berwarna hitam tersebut terdapat susunan buku dan beberapa makanan ringan yang susunannya tidak beraturan. Pada pintu bagian belakang terdapat beberapa baju dan celana yang tergantung. Terdapat tiga foto yang ditempelkan di dinding sebelah atas meja belajar. Suhu di ruangan tersebut tidak panas dan tidak terlalu dingin, sedang. Selesai mandi Febri ke kamar dengan membawa 1 buah kursi. Wawancara dilakukan di depan meja belajar yang mana peneliti dan Febri duduk berhadapan tanpa dihalangi oleh meja sehingga baik peneliti maupun Febri dapat saling melihat dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sama halnya denggan wawancara sebelumnya peneliti dan Febri hanya berjarak sekitar 60 cm saja. Saat wawancara Febri menggunakan baju tidur berlengan panjang berwarna biru, rambutnya diikat ke atas. Febri masih tetap sering tersenyum. Sebelum memulai wawancara Febri berulang kali mempertanyakan apakah peneliti ingin minum teh. Terdapat 3 jenis makanan ringan yang dibawanya ke kamar dan menyuruh peneliti untuk memakannya. Setelah meletakkan makanan ringan Universitas Sumatera Utara 66 tersebut, ia keluar dari kamarnya kembali dan masuk lagi dengan membawa gawainya. Ketika akan memulai wawancara terlihat Febri berulang kali memeriksa gawainya yang berbunyi. Sesekali keningnya berkerut ketika membuka gawai tersebut. Namun setelah peneliti menanyakan apakah wawancara sudah bisa dimulai, ia menganggung dan meletakkan gawainya. Suasana hening menemani jalannya wawancara karena memang hanya ada peneliti dan Febri di rumah tersebut. Febri masih sama seperti pertemuan sebelumnya, tetap kooperatif dan aktif. Ia menjawab dengan lancar dan tegas pada setiap pertanyaan yang diajukan. Ia juga menanyakan pertanyaan- pertanyaan yang masih belum jelas. Ketika menjawab pertanyaan berkaitan dengan tanggapan temannya berkaitan LGBT ia lebih dominan menatap lantai dan menurunkan tangannya yang mana sebelumnya berada di atas meja belajar namun hal tersebut terjadi ketika diawal saja, tidak lama kemudian ia kembali mengarahkan pandangannya kepada peneliti seolah menandakan bahwa ia sedih namun harus tetap menghadapi apapun yang terjadi. Ketika membahas tentang kebahagiaannya menjadi lesbian ia sering tertawa seolah menandakan bahwa ia benar-benar bahagia. Febri juga kerap kali menggoda peneliti untuk menjadi seperti dirinya, memiliki orientasi seksual lesbian. Universitas Sumatera Utara 67 Proses wawancara kali ini lebih kondusif daripada wawancara sebelumnya, wawancara berjalan dengan tanpa hambatan. Pada awalnya peneliti takut wawancara akan terganggu apabila gawai terus berbunyi, namun ternyata selama wawancara gawai tersebut tidak berbunyi sama sekali. Sampai wawancara selesai pun orang tua dan abang Febri masih belum pulang.

3. Pertemuan Ketiga

Jumat, 15 April 2016, pukul 14.48-15.30 WIB Wawancara ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 15 April 2016 pada pukul 14.48-15.30 WIB. Wawancara dilakukan setelah Febri pulang dari kampus. Berdasarkan pengalaman sebelum- sebelumnya, peneliti dan Febri sepakat bahwa wawancara lebih efektif bila dilaksanakan di rumah Febri bukan nama sebenarnya. Peneliti tiba di rumah Febri sekitar pukul 14.30 WIB. Rumah masih sama seperti sebelumnya tidak ada perubahan yang berarti, letak pot-pot besarnya juga masih sama. Hanya saja di bagian sudut halaman rumah terdapat sebuah sepeda motor lengkap dengan helmnya. Ketika memasuki rumah yang pertama kali akan terlihat masih tetap sama, yaitu 4 buah sofa. Peneliti disambut oleh Febri dengan senyumnya yang lebar, seakan-akan menyambut orang terdekatnya. Memang setelah melakukan dua kali wawancara peneliti dan Febri menjadi akrab. Universitas Sumatera Utara 68 Setelah menyambut peneliti dengan membukakan pagar dan membukakan pintu rumah, Febri langsung mengarah ke kamar seperti pertemuan sebelumnya. Sepertinya Febri telah menyiapkan segala hal yang diperlukan untuk wawancara. Ketika memasuki kamar, sudah terdapat dua buah kursi yang berada di depan meja belajar. Ruangan kamar Febri juga tidak banyak berubah, hanya saja diatas lemari sebelumnya tidak terdapat koper, namun kali ini terdapat koper berwarna ungu di atas lemari. Pada pertemuan sebelumnya buku-buku tersusun rapi namun pada kali ini, beberapa buku terlihat tidak berada ditempatnya, terdapat ruang-ruang kosong diantara jejeran buku. menandakan buku tersebut diambil dari tempatnya. Di atas meja terdapat buku-buku yang tertumpuk, terdapat 5 buku. Dua diantaranya tebal, sekitar 4 cm bila diukur dengan menggunakan penggaris dan tiga lagi merupakan buku dengan ukuran sedang dengan ketebalan yang sedang juga, sekitar 2 cm bila diukur dengan menggunakan penggaris. Keadaan rumah juga berbeda dari sebelumnya, saat wawancara ketiga ini, Febri tidak sendirian di rumah, melainkan bersama dengan mamanya. Sesaat sebelum wawancara dimulai seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar, wanita tersebut mengenakan long dress berwarna coklat. Wanita tersebut adalah Ibu Febri . Ibu Febri datang dengan membawa 2 buah minuman, Universitas Sumatera Utara 69 ternyata Febri telah bercerita kepada Ibunya bahwa ia akan kedatangan seorang teman namun tentu ia tidak mengatakan akan melakukan wawancara. Ia mengatakan bahwa ia dan peneliti akan mengerjakan tugas kuliah. Ibu Febrisangat bersahabat. Ia masuk dengan tersenyum lebar dan mengatakan bahwa peneliti dan Febri harus mengerjakan tugas dengan benar. Peneliti dan Febrimengiyakan perkataannya. Ibu Febri berbicara dengan penuh kelembutan yang menunjukkan bahwa Febri diasuh oleh seorang Ibu yang penyayang. Setelah berbicara sebentar Ibunya langsung meninggalkan ruangan dan tidak lupa menutup pintu. Setelah itu, Febri berjalan ke arah pintu dan mengunci pintu dan mengatakan ia melakukan hal tersebut supaya aman dan tidak ada yang masuk. Setelah itu Febri kembali duduk ke kursi yang berada di depan meja belajar. Kali ini ia duduk dengan menaikkan kakinya dan duduk bersila. Kemudian ia meminum minuman yang telah dibuat oleh Ibunya tersebut.Sebelum minum ia mempersilahkan peneliti untuk meminumnya juga. Pada wawancara kali ini Febri menggunakan baju kemeja coklat muda yang berlengan panjang dan bercorak volkadot berwarna putih. Ia menggunakan celana longgar yang tidak panjang, sekitar 12 cm di atas lutut. Celana berwarna merah muda Universitas Sumatera Utara 70 tersebut memberikan kesan santai, ditambah dengan tampilan rambutnya yang dijepit ke atas dengan penjepit rambut yang biasa dikenal dengan sebutan jedayatau penjepit baday. Wawancara kali ini berlangsung seperti biasa. Perilaku yang ditunjukkan oleh Febri juga sama. Febri selalu menyunggingkan senyuman dan fokus ketika wawancara. Ia memperhatikan setiap pertanyaan yang diajukan, ketika pertanyanyaannya masih belum jelas Febri meminta penjelasan akan pertanyaan tersebut terlebih dahulu baru kemudian menjawabnya . Terkadang ia juga menggoda peneliti lewat kata- kata, seperti mengatakan akan mengenalkan peneliti dengan teman- teman lesbiannya, atau mengatakan supaya peneliti menjadi lesbian saja. Wawancara kali ini jauh lebih santai dari pada dua wawancara sebelumnya. Namun ketika membahas mengenai abang kandungnya, Febri menurunkan badannya dan menarik sebelah bibirnya ke bawah, seperti tidak ingin membahas hal tersebut. Meskipun begitu ia tetap menjawab pertanyaan peneliti. Berbeda dengan ketika membahas sang ibu, ia tidah hanya menurunkan badannya namun juga menundukkan kepalanya sejenak, seolah – olah ia merasakan suatu kesedihan. Universitas Sumatera Utara 71 Selama proses wawancara, tidak ada yang mengetuk pintu kamar Febrisehingga proses wawancara berjalan lancar. Hanya saja terkadang terdengar suara-suara kecil yang timbul dari ruang televisi yang menurut penuturan Febri memang berada di sebelah kamarnya. Namun hal tersebut tidak mengganggu proses wawancara. Baik peneliti maupun Febri tetap fokus pada wawancara.

b. Rangkuman Hasil Wawancara