Rangkuman Hasil Wawancara Metode Analisis Data

71 Selama proses wawancara, tidak ada yang mengetuk pintu kamar Febrisehingga proses wawancara berjalan lancar. Hanya saja terkadang terdengar suara-suara kecil yang timbul dari ruang televisi yang menurut penuturan Febri memang berada di sebelah kamarnya. Namun hal tersebut tidak mengganggu proses wawancara. Baik peneliti maupun Febri tetap fokus pada wawancara.

b. Rangkuman Hasil Wawancara

1. Latar Belakang Menjadi Lesbian

Febri bukan nama yang sebenarnya merupakan seorang perempuan yang berusia 18 tahun dan saat ini sedang menempuh pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi di kota Medan. Febri merupakan perempuan yang memiliki suku batak dan diasuh dengan penuh kasih sayang oleh kedua orangtua, terutama ibunya. Febri merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ia memiliki seorang kakak laki-laki. Febri dan saudara laki-lakinya tidak begitu dekat. Febri mulai menyadari perasaan suka terhadap perempuan sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Saat itu Febri suka memperhatikan teman-teman perempuannya yang memiliki pembawaan tomboi. Namun pada saat itu ia belum mengartikan perasaan sukanya tersebut sebagai suatu ketertarikan atau perasaan suka secara seksual. Febri mengaku bahwa sebelum menjadi Universitas Sumatera Utara 72 lesbian ia adalah perempuan straightatau penyuka lawan jenis. Sebelumnya ia sempat berpacaran dengan seorang laki-laki dan sangat menyayangi laki-laki tersebut. Berikut pernyataan Febri yang berhubungan dengan jabaran di atas: “Iya pernah dulu sama cowok” R1. W1. 040416. E. B36. H3 “…kerasa betulnya itu pas udah pacaran lah ya, tapi dulu waktu aku SMA aku udah suka gitu liat cewek- cewek yang tomboy gitu ..” R1. W1. 040416. E. B54. H3 Hubungannya dengan laki-laki yang sebelumnya sangat ia sayangi tersebut harus berakhir akibat laki-laki tersebut harus melanjutkan pendidikannya di luar kota. Menurut Febri alasan tersebut sangat tidak pantas dan ia merasa sangat terpukul. Menurut Febri, laki-laki tersebut tidak akan selamanya berada di luar kota sehingga Febri tidak dapat menerima alasan tersebut dan ia merasa sakit hati. Bersamaan dengan retaknya hubungan Febri dengan seorang laki-laki, salah satu teman Febri mengaku homoseksual kepadanya. Febri merasa mulai saat itulah ia menjadi lebih dekat dengan dunia lesbian. Namun Febri mengaku bahwa temannya tersebut tidak pernah memberi dorongan kepada Febri untuk masuk ke dalam dunia lesbian bahkan cenderung melarang. Berikut penuturan Febriberkaitan dengan hal tersebut: “Awalnya itu aku yang eee awalnya coba-coba aja kan. Itu emm awalnya karena ada temenku yang coming Universitas Sumatera Utara 73 out ke aku jadi dia bilang kalau dia itu homo, nah dari situlah aku mulai selangkah lebih dekat eh hahah iya haha jadi maksudnya aku jadi lebih dekat sama dunia belok kaan. Tapi sebenarnya teman aku itu yang homo itu ngewanti-wanti aku sebenarnya, dia sering bilang kalo aku itu aku gak boleh jadi homo juga. Terus kebetulanlah pula pacar aku ini , pacar yang cowo dulu, mantan mulai berubah sampe akhirnya kami putus tanpa alasan yang kuat. Hmm kuat sih sebenarnya tapi menurutku itu gak pantes dijadikan alasan sama dia. Hah gitulah ” R1. W1. 040416. E. B76-87. H4 “Karena kami jauh, dia kuliah diluar kota. Hah gitulah, iya, dia bilangnya karna kamu jauh sih, gak taulah kalo misal dianya bohong. Maksudnya kan dia gak selamanya juga kan diluar kota itu kan, tapi dianya kaya gitu, yaudahlah. Aku model yang kalo cinta jadi bakalan cinta banget gitulo, jadi sama dia kemarin gitu aku, sumpah itu sakit ...” R1. W1. 040416. E. B89-94. H4 Putus dengan laki-laki tersebut membuat Febrimerasa kehilangan dan ada saat dimana ia merasa bosan dan tidak tahu harus berbuat apa sehingga saat itu yang ia lakukan adalah mengunduh beberapa aplikasi. Salah satu aplikasi yang diunduhFebri adalah aplikasi berbasis umum namun ia tidak memunculkan profil atau identitas pemilik akun. Di aplikasi inilah Febri akhirnya berkomunikasi dengan pengguna lainnya yang merupakan seorang lesbian. Febri kemudian menjadi penasaran dengan dunia lesbian, ia mulai mengetahui istilah-istilah yang digunakan oleh lesbian hingga akhirnya ia mendapatkan pacar dari Universitas Sumatera Utara 74 aplikasi tersebut.Berikut penuturan Febri yang berkaitan dengan hal tersebut. “Hmm iya disitu awalnya aku mulai bencilah sama cowok. Pas putus itukan kadang aku bosan, gak tau kadang aku mau ngapain. Jadi download- downloadaplikasi trus akudapat ada aplikasi kan,bisa fake , gak ketahuan kalo itu kita. Pas ada yang post tentang lesbian gitukan, dia cari anak belok gitulah, jadi chat lah kami kan, aku pura-pura belok ” R1. W1. 040416. E.B98-103.H5 “… Nah di situ aku penasaran gimana rasanya dekat, dekat yang gitu dekat kaya pacar gitukan sama cewek ” R1. W1. 040416. E.B112-113. H5 Setelah mendapatkan pacar perempuan Febri tidak langsung merasa senang, sebaliknya ia juga merasa sedih karena menjadi lesbian, menurutnya banyak yang tersakiti oleh laki-laki sepertinya namun tidak langsung sangat membenci semua laki-laki seperti dirinya. Ia awalnya masih mencari-cari penyebab ia sebenci itu kepada laki-laki. Hingga pada akhirnya ia menyadari bahwa pengalaman masa kecilnya mempengaruhi alasan mengapa ia sangat membenci laki-laki. Ketika masih kecil Febri pernah mengalami pelecehan seksual. Hal ini jadi semakin menyakitkan baginya karena yang melakukan pelecehan seksual tersebut adalah saudara kandungnya sendiri. Hal ini membuat Febri menganggap bahwa ia hanya akan mendapatkan perasaan sakit bila berhubungan Universitas Sumatera Utara 75 dekat dengan laki-laki. Berikut ungkapan Febri mengenai hal tersebut: “…banyak yang entah kaya mana-mana lebih parah dari aku mungkin, tapi masih tetap normal dia, akuu, hahaha jadi belok ” R1. W2. 100416. E. B804-806. H33 “ Jadi dulu waktu kecil, aku gak ngerti apa-apa. Yang aku tau kami lagi main-main. Dan waktu itu kami lagi main, waktu itu, sebenarnya awalnya bukan sama dia, tapi pas kami udah lama main, dia datang dan ikut- ikut gitu, dan dia ngajak aku ke tempat yang sepi dan di situ, dia suruh aku buka celana. Aku gak ingat jelas kejadian detailnya gimana, yang pasti di situ dia masukin punya dia ke punyaku, anjr. Kurang ajar, ih benci kali aku kok ingat itu anjr” R1. W1. 040416. E. B174-182. H8 Pengalaman buruk yang terjadi antara Febri dan abangnya benar-benar membuat Febri berpikir bahwa hal tersebut tidak termaafkan sehingga sulit bagi dirinya untuk menjadi heteroseksual. Setelah mengingat hal tersebut Febri semakin meyakini bahwa ia lesbian dan tidak ingin berhubungan dekat dengan laki-laki. Hingga saat ini Febri merasakan kenyamanan ketika berhubungan dekat dengan perempuan. “…gimana ya, susah, aku udah terlanjur apa ya, mestipun aku sekarang aku mikirnya kalopun aku masih perawan tapi apa yang dia lakukan itu, si bejat itu gak termaafkan menurut aku, dan gak tau aku menganggap semua laki-laki miriplah smaa dia …” R1. W1. 040416. E. B233-237 Universitas Sumatera Utara 76

2. Tipe Konflik

Menurut Kurt Lewin terdapat 4 tipe konflik yang bisa saja terjadi pada seseorang, yaitu approach-approach conflict, avoidance-avoidance conflict, approach-avoidance conflict, dan multiple approach-avoidance conflict. Terdapat tiga jenis konflik yang ditemukan pada Febripertama yaitu avoidance-avoidance conflict, approach-avoidance conflict, dan multiple approach- avoidance conflict. Berikut pembahasan mengenai hal tersebut.

1. Avoidance-avoidance Conflict

Avoidance-avoidance conflict merupakan tipe konflik yang kedua menurut kurt Lewin. Avoidance-avoidance conflictadalah konflik yang dialami seseorang ketika ia dihadapkan pada dua pilihan yang memiliki konsekuensi yang negatif. Konflik ini terjadi pada Febri pertama. Febri benar-benar menyadari bahwa orientasi seksual yang ia miliki saat ini lesbian merupakan sesuatu yang salah menurut ajaran Tuhan. Febri dengan penuh rasa bersalah mengatakan ingin mendapatkan ampunan dari Tuhan. Febri sedikit menundukkan kepala sambil perlahan memejamkan matanya ketika mengucapkan hal tersebut. Ia benar-benar memohon ampun karena di sisi lain meskipun menyadari hal tersebut Febri tidak bisa meninggalkan Universitas Sumatera Utara 77 dunia lesbian tersebut. Berikut pengakuan Febri mengenai hal tersebut: “…Tapiii aku juga sadar, aku hidup di tengah-tengah orang yang taat beragama, dan Tuhan gak mengajarkan aku untuk jadi begini, ini gak benar kalo dilihat dari ajaran Tuhan. Tapi aku gak bisa ninggalkan ini, astaga, ampun Tuhan ampun …” R1. W1. 040416. B. B327-331. H14 Menyadari bahwa orientasi seksualnya merupakan hal yang salah membuat Febri sangat berhati-hati bila berkaitan dengan identitas seksualnya. Seraya menggeleng-gelengkan kepala Febri mengaku masih belum berani mengungkapkan bahwa ia lesbian, Menurut Febri orang lain tidak akan mengerti perasaannya dan dengan penuh keyakinan Febri mengatakan tidak mau bila disuruh untuk meninggalkan dunia lesbian ketika ketahuan. Berikut ungkapan Febri mengenai hal tersebut: “…aku itu hati-hati betul, jangan sampe ada yang sadar kalo aku belok, bisa rusak semuanya. Orang gak bakal ngertikan sama aku terus aku juga berat kalolah misal disuruh gak jadi belok lagi” R1. W1. 040416. B. B313-316. H13 Merahasiakan orientasi seksualnya membuat Febriharus menjalin hubungan dengan sesama jenisnya secara diam-diam. Menurut Febri menjalin hubungan secara diam-diam bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Meskipun begitu Febri tidak bisa berbuat apa-apa, Febri menundukkan kepalanya sejenak sambil mengatakan bahwa ia tidak bisa mengatakan kepada orang lain Universitas Sumatera Utara 78 bahwa ia menjalin hubungan dengan sesama jenis. Febri menuturkan bahwa orang yang berada di lingkungannya tidak akan menerima hal tersebut. Berikut pengakuan Febri mengenai hal tersebut: “…Kadang kepikiran juga, cuma apalah yang bisa aku perbuat. Sabar-sabar ajalah. Kadang stres sendiri karna sembunyi kaya gini, mau bilang gabisa…” R1. W1. 040416. B. B400-402. H17 Penuturan Febri berkaitan dengan lingkungan yang tidak akan menerima orientasi seksualnya memiliki alasan. Pasalnya Febri mengaku orang-orang yang berada disekitarnya menganggap bahwa lesbian adalah hal yang negatif. Meskipun begitu Febrisambil tersenyum hambar mengatakan tidak dapat berbuat apa-apa ketika orang lain membicarakan hal yang negatif tentang LGBT, meskipun hatinya sakit mendengar hal tersebut. Febri mengatakan bahwa sebenarnya ingin menanggapi perkataan orang tersebut namun tentu saja hal tersebut tidak bisa ia lakukan. Berikut penuturan dari Febri berkaitan dengan hal tersebut: “…kalo dipukul itu sakit yang dikita cuma berapa harilah kan paling. Nyakiti yang ngata-ngatain itu lo yang bikin gak tahan. Makin nyakitkan karna kita gak bisa yang tanggepin, gak bisa kita yang kaya ngasi tau kalo orang itu udah nyakitin per asaan kita…” R1. W2. 100416. B. B777-781. H32 Keadaan ini mendatangkan dilema tersendiri bagi Febri. Febri mengaku berpikir dua kali untuk mengungkapkan identitas Universitas Sumatera Utara 79 seksualnya. Menurut Febri mengungkapkan orientasi seksualnya bukan hal yang mudah sehingga sampai saat ini Febri belum mengungkapkan bahwa ia lesbian kepada temannya. Febri menggeleng-gelengkan kepala sambil membesarkan matanya dan berkata bahwa ia takut jika teman-temannya akan menjauh bila mengetahui bahwa ia seorang lesbian. Berikut hasil wawancara dengan Febri yang mengungkapkan hal tersebut: “…gak segampang itu loh. Sejauh ini temanku pada masih keliatan kali nentangnya, kalo aku bilang mereka ntar malah mikir yang enggak-enggak, entahpun dibhayin aku …” R1. W2. 100416. B. B933-B936. H38 Febri mengatakan bahwa teman-temannya bukan hanya menentang melainkan menganggap bahwa lesbian adalah hal menjijikkan. Selain itu dengan senyum tipisnya yang hambar Febri mengatakan bahwa temannya menganggap bahwa orang-orang yang memiliki orientasi seksual lesbian seolah-olah tidak beragama. Dengan kondisi seperti ini Febri mengaku ingin menghentikan anggapan jijik teman-temannya dengan mengatakan bahwa ia lesbian namun Febri bingung harus menuruti keinginannya untuk mengungkapkan atau memendamnya saja. Apabila ia ungkapkan maka menurutnya teman-teman akan jijik melihat dan akhirnya menjauh. Namun Febri mengaku bertindak diam saja terhadap anggapan teman-temannya juga membuat ia merasa sedih. Berikut pernyataan Febri mengenai hal tersebut: Universitas Sumatera Utara 80 “…terus mereka yang kaya jijik gitukan, ya disitu aku baru ngerasa gak enak, ya tapi gimana, mau nyalahin mereka juga kan gak bisa ya, ya sama kaya aku yang milih pro sama LGBT, temanku itu juga ya bebas ya milih untuk gak pro, gak suka sama L. Tapi kadang responnya orang itu ya, kadang respon itu mereka kaya yang jijik gitu, sedih. Pengen rasanya ya kadang bilang ke temen- temen, “jangan gituu, aku, teman kalian bagian dari LGBT ” haha ya tapi mana mungkin, yang ada mereka jijik ke aku, jauhi aku ..” R1. W1. 040416. B. B279-288. H12 “…Waktu bahas itulah mereka keliatan kali gak sukanya, ngatain kalo anak belok kaya gak punya agama, anak belok menggelikan …” R1. W2. 100416. C. B997-999. H41 Usia Febri sebentar lagi menginjak masa dewasa namun Ia berharap keluarganya tidak memaksanya menikah. Febri mengatakan bahwa ia akan menghindari permintaan menikah dari orang tuanya namun bila akhirnya dipaksa untuk menikah, sambil menaikkan volume suara Febri mengatakan akan pergi dari rumah mestipun tahu bahwa hal itu memalukan. Menurutnya jika tidak pergi dari rumah maka ia akan dinikahkan dengan orang yang tidak diinginkannya. Pernikahan semacam itu menurut Febri tidak baik dan akan terasa hambar. Berikut pernyataan Febri mengenai hal tersebut: “…aku pun gak tau. Tapi kayanya aku bakal cari-cari alasanlah, supaya jangan dipaksa. Toh ngapain aku nikah kalo hatiku gak dipernikahan itunya. Buat sengsara itu. Malas pun …” R1.W3. 150416. B. B1795-1798. H70 Universitas Sumatera Utara 81 “…mungkin gak bisa ngelak lagi lah. Antara aku kabur, tapi kok memalukan gitu hahaha, paling tanya pacarlah kalo udah gitu. Tapi janganlah gitu, gak mau ah gak mau aku. Gak enak itu nanti, gak ikhlas gitu, hambar nanti …” R1.W3. 150416. B. B1820-1821. H71

2. Approach-avoidance Conflict

Approach-avoidance conflict merupakan tipe konflik yang ketiga menurut kurt Lewin. Approach-avoidance conflict adalah konflik yang dialami oleh seseorang ketika disatu sisi ia memiliki tujuan yang positif namun di sisi lain tujuannya tersebut memiliki konsekuensi yang negatif. Berikut rangkaian approach-approach conflict yang dialami oleh Febri. Febri menyatakan bahwa ia merasa bahagia menjadi lesbian, ia mengucapkan hal tersebut sambil berulang kali menganggukkan kepala dan membesarkan matanya. Namun matanya kemudian kembali mengecil dan ia mengatakan bahwa bahwa orang-orang yang berada disekitarnya menganggap bahwa hal ini salah sehingga ia takut bila orang lain mengetahui identitas seksualnya. Berikut penuturan Febri mengenai hal tersebut: “…aku bahagia ya iya, tapi aku juga hidup di tengah- tengah orang yang orang itu menyalahkan perilaku yang begini, jadi akupun jadi takut orang-orang tau, jadi terakhir jadi kurang bahagianya …” R1. W1. 040416. C. 335-339. H14 Universitas Sumatera Utara 82 Perasaan senang menjadi lesbian tersebut Febri rasakan karena ia memiliki pacar, tentu saja pacarnya adalah seorang perempuan. Ungkapan senang dan nyaman berpacaran dengan sesama jenisnya Febri hanturkan dengan diiringi senyuman yang lebar. Di sisi lain Febri juga menyadari bahwa menjadi lesbian adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan. Meskipun begitu, Febri mengaku susah untuk menjadi straight atau heteroseksual. Menurut Febri tidak adil bila ia tidak diperbolehkan menyukai sesama jenis. Menurutnya ketika orang yang memiliki orientasi heterokseksual merasa bahagia dengan lawan jenisnya, ia sebagai homoseksual malah sebaliknya, ia bahagia bila dengan sesama jenisnya. Berikut ucapan Febri mengenai hal tersebut: “…tau kok aku tau kalo misalnya belok itu gak boleh tapi aku mau aja jadi belok. Aku kaya nyari susah sendiri gitu. Tapi ya kaya mana, siapa suru cowok buat sakit hati kaya gitu, dan Tuhan malah buat aku sama cewekku ini, nyaman pula itu, aku senang pacaran sama pacarku ini, sama cewek. jadi stres, susah nyari jalan keluarnya, jalan keluarnya satu sih ya, jadi straight , tapi ya itu, akunya udah nyaman gini. Susah …” R1. W1. 040416. B. B404-412.H17 “…Kalian bahagia pacaran sama yang lawan jenis gitu, lah kami gak bahagia. Apa iya kami harus pacaran sama yang lain jenis gitu juga? Gak adilkan ” R1. W2. 100416. C. B726-728. H30 Universitas Sumatera Utara 83 Kebahagiaan yang dirasakan oleh Febri tidak lantas menandakan semua berjalan dengan baik. Febri mengatakan ingin menghilangkan beban di dalam hatinya dengan mengungkapkan bahwa ia memiliki pacar sesama jenis, namun jika ia melakukan hal tersebut maka terdapat kemungkinan ia akan dijauhi, ia tidak mau orang lain menjauhinya. Febri mengucapkan hal tersebut sambil mencoba tetap tersenyum. Bersamaan dengan senyum tersebut bibir atas Febri terdorong ke atas sehingga senyuman yang terpampang merupakan senyuman kepedihan. Berikut pernyataan Febri mengenai hal tersebut: “…aku pengen kasi tau orang-orang gitu, bilang, pacar aku ini pacar aku cewek, tapi aku gak bisa, aku harus sembunyi- sembunyi, karena aku tau kalo misalnya, aku kasi tau ke orang-orang kalo misalnya pacarku ini cewek, ee pasti ee pasti gak sama lagilah kehidupan aku …” R1. W1. 040416. C. B377-382. H16 “…pengen bilang ke orang kalo aku belok tapi aku gak mau dijauhi. Beratlah jadi kaya beban gitu, beban tapi bebannya gak bisa dibuang …” R1. W2. 100416. C. B887-889. H36 Ketika membahas topik LGBT dengan teman-temannya, Febri mengatakan bahwa ia sengaja menceritakan hal-hal yang baik karena merasa tidak enak hati mendengar ucapan mereka yang cenderung menyalahkan lesbian. Namun ternyata teman-temannya tetap menganggap bahwa LGBT merupakan sesuatu yang salah dan tidak seharusnya dijalani. Sambil mengarahkan kelima jari Universitas Sumatera Utara 84 kirinya ke arah dada Febri mengaku tersiksa karena anggapan teman-temannya tersebut. Berikut penuturan Febri mengenai hal tersebut: “…Sama teman sih yang paling kerasa, jadi tersiksanya itu karna mereka bahas tentang LGBT misalnya kan, trus mereka ngomongnya yang menyalah-nyalahkan LGBTnya aja gitu, jadi itu kadang yang buat aku agak gak enak sama mereka. Kadang ni ya aku udah ngomong kan, bilang yang baik-baiklah gitu tentang ini LGBT, tapi tetep aja, mereka gak setuju, malah terakhir aku kadang yang dianuin sama mereka…” R1. W2. 100416. C. B645-652. H27 Febri merasa senang menjadi lesbian dan ia selalu menganggukkan kepalanya dengan cepat ketika mengungkapkan hal tersebut. Di sisi lain ia merasa bersalah bila mengingat ibunya. Wajah Febri terlihat penuh harap dengan mata sedikit berkaca-kaca namun tetap mencoba untuk tersenyum ketika mengatakan bahwa ia ingin meminta maaf kepada ibu yang telah susah payah membesarkannya kerena telah menjadi lesbian. Namun ia tidak tau bagaimana cara mengatakan permohonan maaf atas perilakunya tersebut. Berikut penuturan Febri mengenai hal tersebut: “…capek-capek dia besarin aku, supaya jadi anak baik tapi malah senang jadi belok hmm bukan berarti aku jahat karna cuma kan orang lain mana, mamaku pasti malu kalo orang tau aku belok kan, jadi yang kaya pengen minta ampun sama dia, pengen minta maaf, aku udah gini, tapi kaya mana bilangnya, aku gak jahat kok …” R1.W3. 150416. C. B1768-1773. H69 Universitas Sumatera Utara 85

3. Multiple approach-avoidance Conflict

Multiple Approach-avoidance conflict merupakan tipe konflik yang keempat menurut kurt Lewin. Multiple Approach- avoidance conflict adalah konflik yang dihadapi seseorang ketika ia dihadapkan pada dua keadaan yang mana keduanya memiliki konsekuensi yang positif dan negatif. Berikut ulasan mengenai Multiple Approach-avoidance conflict yang dialami oleh Febri. Febri mengaku bahwa ia membutuhkan kasih sayang, kasih sayang sebagai seorang kekasih. Febri mengatakan ingin mendapatkan kasih sayang dari seseorang yang ia inginkan, tentu saja dalam hal ini ia menginginkan kasih sayang dari seorang perempuan. Bersamaan dengan hal tersebut Febri sambil tersenyum mengaku sadar bahwa menjalin hubungan sesama jenis merupakan sesuatu yang tidak dapat diterima oleh orang lain sehingga pada akhirnya Febri memilih untuk melakukannya secara diam-diam. Dengan menjalin hubungan secara diam-diam maka ia tidak akan dijauhi dan tidak akan dianggap yang aneh-aneh. Berikut pernyataan Febri mengenai hal tersebut: “…kaya dosa, jadi ya gitu, kita belok harus diam-diam, kalo enggak orang-orang bakal jauhi kita, kamu kira mudah itu, .ibaratnya itu aaa kaya yang, gini, kaya yang kamu pengen minum kan terus tapi minum dilarang, gak boleh jadi kalo mau minum harus diam- diam. Terus kalo ketahuan kamu disalah-salahkan, dihukum atau diapainlah, padahal itu minum loh, kamu pengen, bukan cuma pengen tapi butuh kan, iya Universitas Sumatera Utara 86 kali orang gak minum. Ha yang kaya itulah kira-kira. Aku butuh kasih sayang, tapi kasih sayangnya itu aku pengen dari cewek terus cewek sama cewek jadi nya, dilarang itu. Diam-diamlah aku berhubungannya, pintar-pintar biar gak dijauhi, biar gak dicap yang aneh-aneh …” R1. W2. 100416. D. B862-874. H35 Universitas Sumatera Utara 87 Rekapitulasi Data Hasil Wawancara Subjek I Tabel 3. Rekapitulasi Data Tipe Konfik Subjek Tipe Konflik Gambaran Avoidance- avoidance conflict Sampai saat ini subjek menyembunyikan orientasi seksualnya, menurutnya orang lain tidak akan mengerti perasaannya jika mengetahui bahwa ia lesbian dan ia tidak ingin disuruh tidak menjadi lesbian lagi Subjek menyadari bahwa lesbian salah dimata Tuhan namun ia tidak bisa meninggalkannya Subjek merasa stres karena menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi namun ia tidak bisa mengungkapkan orientasi seksualnya Subjek merasa sakit hati bila mendengar orang membicarakan hal yang negatif tentang lesbian, ia ingin menanggapi namun tidak bisa Subjek menyembunyikan orientasi seksualnya, jika ia ungkapkan orang lain tidak akan mengerti dan akan menyuruhnya menjadi heteroseksual Approach- avoidance conflict Subjek merasa lesbian benar namun orang-orang sekitar tidak membenarkan sehingga ia merasa takut dan kurang bahagia Subjek terkadang sadar bahwa lesbian itu tidak diperbolehkan namun ia merasa nyaman berpacaran dengan perempuan sehingga ia merasa susah untuk menjadi straight kembali Subjek ingin memberitahu bahwa ia lesbian supaya tidak membebaninya namun tidak mau jadi dijauhi karena hal tersebut. Subjek merasa senang menjadi lesbian namun ia merasa bersalah kepada ibu yang telah bersusah payah membesarkannya, subjek ingin meminta maaf maaf namun tidak mengerti bagaimana caranya Multiple approach- avoidance conflict Subjek membutuhkan kasih sayang sama seperti orang lain namun ia ingin kasih sayang dari perempuan dan tentu saja hal itu merupakan sesuatu yang salah sehingga supaya keinginannya terpenuhi ia harus menjalin hubungan secara diam-diam supaya is tidak dijauhi Universitas Sumatera Utara 88 Penyebab Bertentangan Dengan Pohon Masalah Tipe Konflik Subjek I Remaja Identity Vs Role Confusion Lesbian 1. Agama 2. UU Kebijakan pemerintah 3. Sosial Budaya Konflik Avoidance-avoidance conflict Multiple Avoidance- avoidance conflict Pelecehan seksual Approach-avoidance conflict  Subjek mengetahui bahwa menjadi lesbian salah dimata Tuhan namun ia tidak dapat meninggalkan dunia lesbian  Subjek merasa sakit hati bila ada yang mengatakan hal yang negatif tentang lesbian namun tetap saja ia tidak bisa menanggapi karena dapat menyebabkan ia ketahuan  Subjek menjalin hubungan dengan pacarnya secara sembunyi-sembunyi, ia yakin orang lain tidak memahaminya dan ia tidak mau disuruh jadi straight bila ketahuan  Mengungkapkan orientasi seksualnya merupakan sesuatu yang tidak mudah, subjek takut temannya menjauh bila mengetahui orientasi seksualnya  Subjek menyembunyikan orientasi seksualnya, jika ia ungkapkan orang lain tidak akan mengerti dan akan menyuruhnya menjadi heteroseksual  Subjek menganggap lesbi sesuatu yang benar namun ia takut karena orang lain menganggap hal tersebut salah  Subjek bahagia menjadi lesbian namun orang lain tidak menerima  Subjek ingin menghilangkan beban pikiran dengan mengatakan ia lesbian kepada temannya namun ia takut teman-temannya menjauh  Subjek merasa senang menjadi lesbian namun ia merasa bersalah kepada ibunya dan tidak tau bagaimana cara meminta maaf kepada sang ibu  Subjek membutuhkan kasih sayang sebagai seorang kekasih seperti orang lain namun ia menginginkan kasih sayang dari perempuan dan tentu saja hal tersebut salah sehingga supaya keinginannya terpenuhi ia harus menjalin hubungan secara diam-diam supaya ia tidak dijauhi. Keterangan: Menyebabkan Bertentangan Tipe Homoseksual Universitas Sumatera Utara 89 Gambaran Umum Subjek Penelitian Kedua Tabel 1. Gambaran Umum Partisipan Kedua Nama Samaran April Usia 18 tahun Jenis Kelamin Perempuan Anak Ke 1 Jumlah Saudara Laki-laki - Jumlah Saudara Perempuan 2 Suku Bangsa Tionghoa Status Mahasiswa Tabel 2. Jadwal Wawancara Partisipan Kedua Pertemuan Waktu 1 Sabtu, 19 Maret 2015 pukul 12.11-13.03 WIB 2 Sabtu, 23 April 2016 pukul 17.14- 18.23 WIB 3 Minggu, 8 Mei 2016 pukul 18.15-19.01 WIB

2. Subjek Kedua

a. Hasil Observasi