diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi sangau dari awalan itu. Contoh:
Pemborong kata dasar : borong
Pemotong kata dasar : potong
3 pen- digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan d dan t.
konsonan d tetap diwujudkan, sedangkan konsonan t tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi sangau dari awalan itu. Contoh:
Pendaftar kata dasar : daftar
Penabrak kata dasar : tabrak
4 peny- digunakan pada kata-kata yang di mulai dengankonsonan s,
konsonan s itu tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi sangau dari awan itu. Contoh:
Penyelam kata dasar : selam
Penyiar kata dasar : siar
5 peng- digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan k, kh,
h, g, serta vocal a, I, u, e, e, dan o, konsonana k tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi sengau dari awalan itu, sedangkan
konsonan kh, h, g, serta vocal a, i, u, e, e, dan o, tetap diwujudkan. Contoh:
Pengibar kata dasar : kibar
Pengkhayal kata dasar : khayal
Penghitam kata dasar : hitam
Pengali kata dasar : gali
Pengikat kata dasar : ikat
Pengubah kata dasar : ubah
Pengembara kata dasar : embara Pengobat
kata dasar : obat 6
penge- digunakan pada kata-kata yang hanya bersuku satu. Contoh: Pengetik
kata dasar : tik
Mengecat kata dasar : cat
Fungsi awalan pe- adalah membentuk kata benda. Sedangkan makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhannya adalah:
1 Orang yang melakukan atau yang berbuat
2 Orang yang perkerjaanya
3 Orang yang suka, gemar, atau acapkali melakukan
4 Orang yang bersifat
5 Alat untuk menegrjakan sesuatu.
23
d. Awalan di-
Awalan di- tidak mempunyai variasi bentuk. Bentuknya untuk posisi dan kondisi mana pun sama saja. Hanya perlu diperhatikan adanya di-
sebagai awalan dan di- sebagai kata depan.
24
Fungsi awalan di- adalah membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan dari kata kerja aktif berlawanan me-.
”
25
Apabila fungsi awalan me- membentuk kata kerja pasif, artinya bahwa sesuatu yang diterangkan
terkena atau dikenai tindakan. Di- sebagai awalan dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata
yang dibubuhinya. Sedangkan di- sebagai kata depan dilafalkan dan dituliskan terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: - Adi ditangkap polisi.
- Ibu memasak di dapur Di- pada kata ditangkap adalah sebagai sebuah awalan; dan di- yang
terletak di muka dapur adalah sebuah kata depan.
23
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis..., Ibid, hal.268
24
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis..., Ibid, hal.266
25
Walija, Bahasa Indonesia Komprehensif, Jakarta: PT Penebar Aksara, 1996, hlm. 68.
B. Karangan
1. Pengertian Karangan
Kata karangan terdiri atas kata dasar karang dan akhiran an. Di antara arti kata karang ialah: rangkai, susun, gubah, cipta. Karangan berarti:
rangkaian, susunan, gubahan, ciptaan, komposisi, karya. “Berdasarkan
makna katanya, karangan berarti rangkaian, susunan, atau komposisi yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang diwujudkan dengan kaidah
komposisi.
26
Jadi karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan dalam kesatuan yang utuh.
Dikatakan karangan jika sekumpulan paragraf terdiri dari satu kalimat topik dan beberapa penjelas. Tentu saja, antar satu kailimat dengan kalimat
lain dalam paragraf tersebut haruslah berhubungan atau padu. Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan
gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.
2. Penggolongan Karangan Menurut Cara Penyajian dan Tujuan
Penyampaiannya
Bersadarkan cara penyajian dan tujuan penyampaiannya, karangan dapat dibedakan atas enam jenis, yaitu:
a. Deskripsi pelukisan
Karangan deskripsi adalah karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya.
27
Penulis atau pembicara berkeinginan untuk mengembangkan atau melukiskan untuk
mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa atau orang. b.
Narasi pengisahan Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha
menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan
26
Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004, hlm. 228
27
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahsa Indonesia, Jakarta: Diksi Insan Mulia, hlm. 192.