4.2.7 Penanda Hubungan Milik
Berikut adalah contohnya. 1.
Konon kisahnye bermule dari seorang tue bername pak Kolok dan bininye
bername Ijah . h34, p1, k3.
’Konon kisahnya bermula dari seorang tua yang bernama pak Kolok dan istrinya
yang bernama Ijah’.
2. Karena takutnye pak Kolok tēnan, ie pē dicubenye nan menyingkirke kalung
permate tēnan dari leher si Bukit lenjar segere dibunikenye pada dinding gubuknye
. h35, p4, k4. ’Karena takutnya pak Kolok mencoba untuk menyingkirkan kalung permata itu
dari
si Bukit kemudian disembunyi kan pada dinding gubuknya’.
3.
Pastillah pule ie tide endak dipisahke dari kalung pusake keluargenye tēnan.
h35, p5, k4.
’Pastilah ia tidak mau dipisahkan dari kalung pusaka keluarganya’.
4.
Dalam pertandingan tēnan akan dipilih orang nan paling saketi dari seluruh
peserta . h37, p10, k4.
’Dalam pertandingan itu akan dipilih orang yang paling sakti dan dari seluruh
peserta’.
5.
Yēn lah nan paling saketi dari semua calon nan de. h38, p13, k4. ’Merekalah yang paling sakti dari semua calon yang ada’.
6.
Tide sanggup ie ngeleh kekasihnya tewas tekene pukulan saketi dari Panglima
ayahandenye . h38, p14, k7.
’Tidak sanggup ia melihat kekasihnya tewas terkena pukulan sakti dari Panglima ayahandan
ya’.
7. Udahen dibawelah iē ke istana Sultan dengan pengawalan ketat, takut kalau-
kalau ade niat jahat dari orang-orang nan kala
h dari pertandingan tēnan. h39, p14, k12.
’Setelah itu ia dibawa ke istana Sultan dengan pengawalan ketat, takut kalau-kalau ada niat jahat dari orang-orang ya
ng kalah dalam pertandingan itu’.
Universitas Sumatera Utara
8.
Sultan Negeri, mempelai laki dari Tuan Permaisuri nan pertama memberike
kalung pusake si Ular Saketi kepadenya nan tak lain adelah Panglime Bukit Ceremin yun
. h39, p14, k20.
’Sultan Negeri, memplai laki-laki dari Tuan Permaisuri yang pertama memberikan kalung pusaka si Ular Sakti kepadanya, yang tidak lain adalah
Panglima Bukit Cermin itu’.
9. Bile kalung pusake si Ular Saketi dapat diberikenye kepade anaknye Panglime
Bukit Ceremin ,
pastilah iē akan sembuh dari gilenye, pikirnye. h40, p20, k2.
’Bila kalung pusaka si Ular Sakti dapat dikembalikan kepada anaknya Panglima Bukit Cermin, tentulah ia akan sembuh dari gilanya, pikir sang
Permaisuri’.
10. Tapi sebelum ie mati, masih sempat ie mengateke bahwa Panglime Bukit
Ceremin adalah puterenye dari Sultan nan lame . h40, p20, k6.
’Tetapi sebelum sang Permaisuri meninggal, ia masih sempat mengatakan bahwa Panglima Bukit Cermin adalah puteranya dari Sultan yang l
ama’.
11. Ie pe bergerak gesit menghancurke pasungnnye, dan merenggut ke rantai
permate nan palsu dari lehernye . h41, p20, k15.
’Ia pun bergerak dengan cepat menghancurkan pasungannya, dan merenggutkan rantai permata yang palsu dari l
ehernya’.
12. Pade suatu malam bulan purname, tepat pertengahan bulan terdengarlah suare
senandung rindu dari Tuan Puteri memanggil-manggil Pannglime Bukit Ceremin
. h41, p23, k1. ’Pada suatu malam purnama, tepat pertengahan bulan terdengarlah senandung
rindu dari Tuan Puteri memanggil-manggil Panglima Bu
kit Cermin’.
13.
Segitu si Nayan memberike sebuah surat yang datangnye dari Sultan.
h97, p16, k3.
’Begitu siap si Nyan memberikan sebuah surat yang datangnya dari Sultan’.
14.
Segitu ie bace surat dari Sultan dan keris sudah diberike pade Nayan make
dengan pasrah ie mengateke , ”Tuan Mude, hamba junjung daulat Sulltan
Negeri, make bunohlah hambe ”, jinye tanpe getar. h97, p16, k5.
’Setelah selesai ia membaca surat dari Sultan itu dan keris pun sudah diberikannya k
epada Nayan maka dengan pasrah ia mengatakan, ”Pemuda, saya junjung daulat Sultan Negeri, maka bunuhlah saya
”, katanya tanpa gentar’.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Tugas dalam Cerita Rakyat Panglima Bukit Cermin dan Panglima Nayan
Dalam hal ini analisis kesalahan penggunaan kata tugas dalam Cerita Rakyat Panglima Bukit Cermin dan Panglima Nayan, berikut adalah contohnya.
1.
Pade jaman dulu kale, disuatu negeri di daerah Serdang ade satu kisah nan
terkenal perihal kesaktian seorang Panglime . h34, p1, k1.
’Pada zaman dahulu, di suatu negeri, kawasan Serdang ada suatu kisah yang sangat terkenal, meng
enai kesaktian seorang Panglima’.
Pada kalimat di atas terdapat preposisi di, penulisan disuatu seharusnya dipisah menjadi di suatu. Preposisi di menyatakan penanda hubungan tempat
antara di dan suatu.
2.
Yēn lah sebabnye ie pe lalu sendiri kenegeri tempat nak diadekenye silat yun.
h37, p11, k6. ’Itulah sebabnya dia pergi sendiri ke daerah tempat diadakannya pertandingan
silat itu’.
Pada kalimat di atas terdapat preposisi ke, penulisan kenegeri seharusnya dipisah menjadi ke negeri. Preposisi ke menyatakan penanda hubungan tempat
antara ke dan negeri.
3.
Dikelehnye kesane kemari sampai jumpe satu pantai. h93, p5, k2.
’Dilihatnya ke sana kemari sampai menjumpai sebuah pantai’.
Pada kalimat di atas terdapat preposisi ke, penulisan kesane seharusnya dipisah menjadi ke sane. Preposisi ke menyatakan hubungan makna arah antara
ke dan sane.
4.
Oh wak... bolehnye kami betanye?, kate Nayan. h93, p5, k4.
’Oh, uwak... bolehkah kami bertanya?, kata si Nayan’.
Universitas Sumatera Utara
Pada kalimat di atas terdapat interjeksi keheranan oh. Penulisan oh seharusnya diikuti oleh tanda koma menjadi oh, interjeksi keheranan oh
menyatakan rasa hati pembicara. 5.
Oh wak... ape name kampong nin wak?. h93, p6, k6.
’Oh, wak... apa nama kampung ini wak?’.
Pada kalimat di atas terdapat interjeksi keheranan oh. Penulisan oh seharusnya diikuti oleh tanda koma menjadi oh, interjeksi keheranan oh
menyatakan rasa hati pembicara. 6.
Oh wak... hambe numpang tanye, hambe nak betanye nin. h94, p7, k3.
’Oh, wak... hamba numpang tanya, hamba akan bertanya ini’.
Pada kalimat di atas terdapat interjeksi keheranan oh. Penulisan oh seharusnya diikuti oleh tanda koma menjadi oh, interjeksi keheranan oh
menyatakan rasa hati pembicara. 7.
Oh yang nin namenye?, kate empuan pē. h94, p7, k6.
’Oh, yang ini namanya kata?, kata perempuan itu’.
Pada kalimat di atas terdapat interjeksi keheranan oh. Penulisan oh seharusnya diikuti oleh tanda koma menjadi oh, interjeksi keheranan oh
menyatakan rasa hati pembicara. 8.
Ih engkau anak siape?. h94, p8, k8.
’Ih, engkau anak siapa?’.
Pada kalimat di atas terdapat interjeksi kejijikan ih. Penulisan ih seharusnya diikuti oleh tanda koma menjadi ih, interjeksi kejijikan ih menyatakan rasa hati
pembicara.
Universitas Sumatera Utara
9.
Oh baiklah, ie pe ke belakang, kate upas tēnan. h94, p8, k12.
’Oh, baiklah, tunggu sebentar, kata penjaga itu’.
Pada kalimat di atas terdapat interjeksi keheranan oh. Penulisan oh seharusnya diikuti oleh tanda koma menjadi oh, interjeksi keheranan oh
menyatakan rasa hati pembicara. 10.
Oh... uwak kite... bukan main pangkatnye, kate Nayan berbisik. h95, p10, k5.
’Oh,... uak kita... bukan main pangkatnya, kata Nayan berbisik’.
Pada kalimat di atas terdapat interjeksi keheranan oh. Penulisan oh seharusnya diikuti oleh tanda koma menjadi oh, interjeksi keheranan oh
menyatakan rasa hati pembicara. 11.
Oh begian, jadi name ayah patēk si Polan?. h95, p11, k7.
’Oh, begitu, jadi nama ayah kamu si Polan?’.
Pada kalimat di atas terdapat interjeksi keheranan oh. Penulisan oh seharusnya diikuti oleh tanda koma menjadi oh, interjeksi keheranan oh
menyatakan rasa hati pembicara. 12.
Oh begian begian Kalau memang begian jimu buleh, kate Sultan.
h96, p14, k6. ’Oh, begitu Kalau memang begitu katamu baiklah, kata Sultan’.
Pada kalimat di atas terdapat interjeksi keheranan oh. Penulisan oh seharusnya diikuti oleh tanda koma menjadi oh, interjeksi keheranan oh
menyatakan rasa hati pembicara.
Universitas Sumatera Utara
13.
Aduh... mohon ampun Tuanku, patēk ndak tau. h96, p16, k12.
’Aduh,... mohon ampun Tuanku, hamba tidak tahu’.
Pada kalimat di atas terdapat interjeksi keheranan aduh. Penulisan aduh seharusnya diikuti oleh tanda koma menjadi aduh, interjeksi keheranan aduh
menyatakan rasa hati pembicara. 14.
Ah... paling handal, jinye orang tuhe tēnan. h97, p16, k26.
’Ah,...paling sakti, kata orang tua tersebut’.
Pada kalimat di atas terdapat interjeksi keheranan ah. Penulisan ah seharusnya diikuti oleh tanda koma menjadi ah, interjeksi keheranan ah
menyatakan rasa hati pembicara. 15.
Bebulan-bulan Nayan dan adikndenye betape ditempat nan sude ditentuke.
h97, p22, k1. ’Berbulan-bulan lamanya Nayan dan adiknya bertapa di tempat yang sudah
ditentukan’.
Pada kalimat di atas terdapat preposisi di, penulisan ditempat seharusnya dipisah menjadi di tempat. Preposisi di menyatakan penanda hubungan tempat
antara di dan tempat.
16.
Ie dicaci maki didepan orang banyak. h99, p29, k2.
’Dia dicaci maki di depan orang banyak’.
Pada kalimat di atas terdapat preposisi di, penulisan didepan seharusnya dipisah menjadi di depan. Preposisi di menyatakan hubungan makna arah antara
di dan depan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Preposisi atau kata depan menandai berbagai hubungan antara konstituen di
depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Ditinjau dari segi bentuknya preposisi ada dua macam yaitu:
a. Preposisi tunggal yang hanya terdiri atas satu kata. Dalam penelitian ini
jumlah preposisi tunggal yang diperoleh empat belas buah kata, yaitu: pade, di, dari, dan, ke, dengan, oleh, sampai, serte, sejak, seperti, hingga, untuk,
buat. b.
Preposisi majemuk terdiri atas: a. Preposisi yang berdampingan terdiri atas dua preposisi yang letaknya berurutan. Dalam penelitian ini jumlah preposisi
yang berdampingan diperoleh dua buah kata, yaitu: kepade, sampai ke. b. Preposisi yang berkorelasi terdiri atas dua unsur yang dipakai berpasangan,
tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain. Dalam penelitian ini jumlah preposisi yang berkorelasi diperoleh dua buah kata, yaitu: dari, ke.
2. Konjungtor atau kata sambung merupakan kata yang dapat menghubungkan kata
dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungtor dibagi menjadi empat kelompok yaitu:
a. Konjungtor koordinatif yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama
pentingnya, atau memiliki status yang sama. Dalam penelitian ini jumlah konjungtor koordinatif yang diperoleh empat buah kata, yaitu: dan, atau,
serte, sedangke.
Universitas Sumatera Utara