tersebut tidak dapat dipisahkan atas bagian-bagian yang satu di antaranya bermakna”.
Kridalaksana 1985, mengatakan, ”Kata adalah sebagai satuan fonologis”. Parera 1994, mengatakan, ”Kata adalah satu kesatuan sintaksis dalam tutur
atau kalimat”. Crystal 1980, mengatakan,
”Kata adalah satuan ujaran yang mempunyai pengenalan intuitif universal oleh penutur asli, baik dalam bahasa lisan maupun
dalam bahasa tulisan”. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan kata adalah bentuk bebas terkecil yang mempunyai kesatuan fonologis dan kesatuan gramatis yang mengandung suatu pengertian.
2.2 Teori yang Digunakan
Setiap penelitian selalu menggunakan teori yang sesuai dengan penulisan tersebut. Penelitian akan lebih praktis metode kerjanya apabila teori yang digunakan
mempunyai hubungan langsung dengan penelitian yang diadakan. Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan
berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Teori diperlukan untuk membimbing dan memberi
arah sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis. Kerangka teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori linguistik
struktural. Teori linguistik struktural berangkat dari anggapan dasar yang mengatakan bahwa bahasa pada hakikatnya adalah ujaran atau speech Bloomfield,
Universitas Sumatera Utara
1993:6. Sejalan dengan maksud anggapan dasar ini diambil ujaran-ujaran yang dipakai oleh masyarakat pemakai bahasa Melayu Serdang masa kini.
Teori struktural digunakan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan berbagai unsur dipandang dari segi sruktur formal, yaitu unsur-unsur yang membentuk suatu
satuan dan hubungan antarunsur itu dalam sebuah satuan. Teori ini meninjau aspek bahasa berdasarkan sudut bahasa itu sendiri serta menelaah unsur-unsur dan
fungsinya dalam bahasa yang akan diteliti. Teori ini menganalisis bahan berdasarkan pada stuktur atau berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan makna,
walaupun segi makna tidak dikesampingkan. Adapun sistematika pembahasan dan penyajian unsur-unsur yang
dikemukakan dalam penelitian ini terutama didasarkan pada pendapat para pakar bahasa Indonesia tentang kata tugas yang terdapat dalam buku Tata Bahasa Baku
Indonesia 1988.
Alwi 1998:287 mengatakan, ”Kata Tugas adalah hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas
ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalima
t”. Jika dilihat dari segi bentuk kata tugas umumnya tidak dapat mengalami
perubahan bentuk. Kata-kata, seperti: dengan, telah, dan, tetapi tidak bisa mengalami perubahan. Jika dari verba datang kita dapat menurunkan kata lain, seperti
mendatangi , mendatangkan, dan kedatangan, tidak demikian halnya dengan kata
tugas, seperti dan, serta, dari. Bentuk-bentuk, seperti menyebabkan dan menyampaikan
tidak diturunkan dari kata tugas sebab dan sampai, tetapi dari nomina sebab
dan verba sampai yang bentuknya sama, tetapi kategorinya berbeda.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi menjadi lima kelompok, yaitu:
1 preposisi 2 konjungtor
3 interjeksi 4 artikula
5 partikel penegas. Preposisi yang juga disebut kata depan, menandai berbagai hubungan makna
antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Dalam frasa pergi ke pasar, misalnya, preposisi ke menyatakan hubungan makna
arah antara pergi dan pasar. ”Ditinjau dari segi bentuknya, preposisi ada dua macam,
yaitu 1 preposisi tunggal, seperti di, ke, dari, pada, akan, antara, bagi, buat, demi, dengan, hingga, kecuali, lepas, lewat, oleh, pada, peri, sampai, sejaksemenjak,
seperti, serta, tanpa, tentang, untuk ; serta 2 preposisi majemuk, seperti daripada,
kepada , oleh karena, sampai ke, sampai dengan, dan selain dari Alwi, et. al,
1998:288 ”.
1 Preposisi Tunggal
Contoh: 1.
Kampongnye di sanan. ’Kampungnya di sana’.
2.
Akhirnye tibelah ie ke gubuknye. ’Akhirnya sampailah ia ke gubuknya’.
3.
Katanye ie dari kampung nin. ’Katanya ia dari kampung ini’.
4.
Pade jaman dulu kale. ’Pada zaman dahulu’.
Universitas Sumatera Utara
2 Preposisi Majemuk
Contoh: 1.
Anak tēnan pē diberikenye kepade bininye si Ijah. ’Anak itu pun diberikannya kepada
isterinya si Ijah’. 2.
Esok harinye berangkatlah Panglime Bukit Ceremin dengan diantarke oleh
segenap rakyatnye sampai ke perbatasan kampongnye
. ’Keesokan harinya
Panglima Bukit Cermin berangkat diantarkan segenap rakyatnya sampai ke
perbatasan kampungnya’. ”Konjungtor yang juga dinamakan kata sambung, adalah kata tugas yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa Alwi, et. al, 1998:296
”. Kata seperti dan, serta, dan kalau adalah contoh konjungtor.
Contoh: 1.
Pak Kolok dan ibu Ijah pē lenjar sibuk dibuatnye. ’Pak Kolok dan bu Ijah pun
semakin sibuk dibuatnya’.
2. Sesampainye di kerajaan seberang mereka pe disambut oleh raje, permaisuri
serte pembesar kerajaan
. ’Sesampainya di kerajaan seberang mereka pun
disambut oleh raja, permaisuri serta pembesar-
pembesar kerajaan’. 3.
Ie pē selalu ingat kate-kate ayahandenye dulu, kalau ie endak jadi orang make
betapelah dulu
. ’Ia pun selalu teringat kata-kata ayahandanya dahulu, kalau ia
hendak jadi orang seharusnya ia bertapa dahulu’.
”Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara, seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu di
samping kalimat yang mengandung makna pokok yang dimaksud Alwi, et. al,
Universitas Sumatera Utara
1998:303 ”. Untuk menyatakan betapa cantiknya seorang teman yang memakai
pakaian baru, misalnya, kita tidak hanya berkata, ”Cantik sekali kau malam ini”, tetapi kita awali dengan kata seru aduh yang mengungkapkan perasaan kita. Dengan
demikian, kalimat Aduh, cantik sekali kau malam ini tidak hanya menyatakan fakta, tetapi juga rasa hati pembicara.
Interjeksi biasanya dipakai di permulaan kalimat dan diikuti oleh tanda koma. Umumnya, interjeksi mengacu ke sikap yang 1 negatif, contohnya: cih, cis, dan ih,
2 positif, contohnya: amboi, alhamdulillah, dan insya Allah, 3 bernada keheranan, contohnya: ai, astagfirullah, dan masyaallah, dan 4 netral atau campur, bergantung
pada makna kalimat yang mengiringinya, contohnya: nah, ah, oh, dan aduh. Contoh:
1.
Ih, engkau anak siape? ’Ih, engkau anak siapa?’.
2.
Ah, paling handal, jinye orang tuhe tēnan. ’Ah, paling sakti, kata orang tua
tersebut’. 3.
Oh, wak ape name kampong nin wak? ’Oh, wak apa nama kampung ini wak?’.
4.
Aduh, mohon ampun tuanku, patēk ndak tau ’Aduh, mohon ampun tuanku,
hamba tidak tahu’. ”Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina Alwi, et. al,
1998:304 ”. Dalam bahasa Indonesia ada tiga kelompok artikula, yaitu 1 yang
bersifat gelar: sang, sri, hang dan dang, 2 yang mengacu ke makna kelompok: para
, dan 3 yang menominalkan: si.
Universitas Sumatera Utara
Contoh: 1.
Sang Puteri menjerit serte menutup wajahnye. ’Sang Puteri menjerit dan
menutupi matanya’. 2.
Make Sultan pē memanggil pare dayang untuk menukari pakaian si Nayan dan
si Awang dengan pakaian yang mendai-mendai . ’Maka Sultan pun memanggil
para dayang untuk segera menukar pakaian si Nayan dan si Awang dengan
pakaian yang cantik- cantik’.
3.
Si Bukit pē besarlah sudah. ’Si Bukit pun sudah besar’.
”Partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam
partikel penegas: -kah, -lah, -tah, dan pun. Alwi, et. al, 1998:307 ”.
Contoh: 1.
Awang tē endak kau pulang?, jinye Nayan. ’Awang apakah engkau tidak akan
pulang?’. 2.
Akhirnye tibelah ie ke gubuknye. ’Akhirnya sampailah ia ke gubuknya’.
3. Merēka so lame tiade mempunyai seorang seorang pē si jantung hati, baēk puteri
apatah putere
. ’Mereka lama sekali belum dikaruniai anak, baik anak lelaki
maupun
anak perempuan’. 4.
Ie pē mulailah memerikse pohon tēnan. ’Ia pun mulai memeriksa pohon itu’.
Kata tugas berfungsi untuk menunjukkan penanda hubungan: 1 tempat, 2 peruntukan, 3 sebab, 4 kesertaan atau cara, 5 pelaku, 6 waktu, 7 ihwal
peristiwa, 8 penanda hubungan milik.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN