Pengaruh jenis rajangan pelepah terhadap kualitas pelet

air panas. Baru kemudian adonan bahan pengikat dalam air panas dicampurkan ke dalam ransum pakan yang akan dipeletkan. Modifikasi proses tersebut sangat signifikan menjawab permasalahan penelitian ini karena dengan modifikasi tersebut ransum pakan berbasis biomassa ini dapat dipeletkan. Penelitian lain yang melakukan hal serupa adalah Zalizar dkk 2012 dan Retnani dkk 2010. Zalizar dkk 2012 membuat pelet pakan kambing yang salah satu komponen bahan pakannya adalah bungkil inti sawit dengan perlakuan penambahan air sebanyak 16 dan 14 dari berat bahan pakan. Penambahan air sebanyak 14 berat bahan pakan menghasilkan pelet yang lebih baik dilihat dari warna, bentuk pelet dan kinerja mesin. Sedangkan Retnani dkk 2010 melakukan penelitian uji sifat fisik ransum ayam broiler bentuk pelet yang ditambahkan perekat onggokampas ubi kayu 0,2,4,6 melalui proses penyemprotan air 0, 5, 10, 15, 20. Hasilnya pelet dengan penambahan perekat onggok sebanyak 4 dengan penyemprotan air 5 dapat dikatakan mempunyai sifat fisik yang baik dilihat dari kadar air, berat jenis, aktivitas air, kadar kehalusan, ketahanan benturan, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, dan sudut tumpukan.

4.2.4. Pengaruh jenis rajangan pelepah terhadap kualitas pelet

Jenis rajangan pelepah berpengaruh terhadap indeks ketahanan pelet p=0,015 hal tesebut berkaitan dengan ukuran partikel. Jenis rajangan diberi perlakuan dengan diayak D1 dan tidak diayak D2 menggunakan saringan 9 mesh diameter lubang ayakan 2,77 mm. Dengan demikian rajangan pelepah yang diayak akan mempunyai ukuran maksimal 2,77 mm dan relatif lebih seragam bila dibandingkan dengan yang tidak diayak. Tabel 4.1. memperlihatkan bahwa faktor rajangan pelepah menghasilkan pelet dengan nilai PDI beragam mulai dari 62,30 – 97,13 tergantung kombinasi dengan faktor lainnya. Yang menarik bahwa dari kombinasi perlakuan yang menggunakan rajangan pelepah yang diayak mampu menghasilkan pelet dengan indeks ketahanan antara 95-97, sedangkan yang menggunakan rajangan yang tidak diayak indeks ketahanan pelet tertinggi yang mampu dicapai adalah 93,80. Artinya rajangan pelepah yang diayak pada penelitian ini dapat menghasilkan pelet dengan nilai PDI paling tinggi. Namun demikian berdasarkan uji Duncan Multiple Range Test DMRT, dari kedelapan kombinasi perlakuan yang menghasilkan pelet dengan indeks ketahanan 89, menunjukkan tidak ada beda nyata perlakuan signifikansi 5 maupun 1 antara penggunaan D1 dan D2. Artinya pada rentang pengamatan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan D1 dan D2 tidak menunjukkan hasil yang berbeda terhadap indeks ketahanan pelet. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan rajangan pelepah yang diayak dan tidak diayak akan menghasilkan pelet dengan kualitas yang tidak berbeda dilihat dari indeks ketahanannya. Terhadap hardness, jenis rajangan pelepah berpengaruh nyata p=0,002. Berdasarkan Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa faktor rajangan pelepah menghasilkan pelet dengan nilai hardness beragam mulai dari yang terendah 2,28 kg sampai yang tertinggi 12,16 kg. Yang menarik bahwa dari 14 kombinasi perlakuan yang menghasilkan hardness diatas 7 kg, 8 kombinasi diantaranya menggunakan jenis rajangan pelepah yang diayak D1, sedangkan sisanya menggunakan rajangan pelepah yang tidak dayak D2. Artinya rajangan pelepah yang diayak dapat menghasilkan pelet dengan nilai hardness pada kelompok tertinggi. Hal ini membuktikan bahwa dengan adanya penyaringan pengecilan dan penyeragaman ukuran dapat meningkatkan kualitas pelet. Menurut Reimer 1992 dalam Behnke 2001 ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pelet, proporsinya sebesar 20. Wondra et al 1995 melaporkan bahwa meningkatnya kualitas pelet dapat dicapai dengan mengurangi ukuran partikel. Jenis rajangan pelepah berpengaruh sangat nyata terhadap efisiensi pembuatan peletEPP p=0,000. Berdasarkan Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa faktor rajangan pelepah menghasilkan pelet dengan nilai EPP beragam mulai dari 32,05 – 94,50. Yang menarik bahwa dari 6 kombinasi perlakuan yang menghasilkan EPP tertinggi, 3 kombinasi yang menggunakan jenis rajangan pelepah diayak menghasilkan EPP antara 90,05 – 90,60. Sedangkan yang menggunakan rajangan pelepah yang tidak diayak menghasilkan EPP antara 90,65 – 94,50. Artinya rajangan pelepah yang tidak diayak justru dapat menghasilkan pelet dengan nilai EPP lebih tinggi dari pada pelet yang dari rajangan diayak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Steven 1987 bahwa kualitas pelet tidak dipengaruhi oleh ukuran partikel pada pembuatan pelet pakan berbahan dasar jagung dan gandum. Demikian juga dengan MacBain 1966 dalam Behnke 2001 mengindikasikan bahwa ukuran partikel beragam akan menghasilkan pelet yang lebih baik dari pada yang ukuran partikelnya seragam. Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian ini, pada rentang penelitian yang dilakukan dapat direkomendasikan bahwa rajangan pelepah yang digunakan adalah yang tidak perlu diayak sehingga dapat meningkatkan efisiensi proses.

4.3. Kombinasi Perlakuan Terbaik