Indeks Ketahanan Pelet TINJAUAN PUSTAKA

Pelet harus tahan terhadap benturan selama penanganan mulai dari proses pembuatan sampai ketika pelet akan diberikan kepada ternak. Kualitas pelet sulit untuk diukur karena merupakan kombinasi dari banyak faktor, diantaranya adalah pengalaman petugas analisa. Beberapa faktor yang sering dihubungkan dengan istilah kualitas pelet dapat dilihat pada Tabel 2.6. Subjektif artinya bahwa pengukuran faktor tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh pendapat pribadi dan sulit untuk distandarkan. Seperti misalnya menentukan warna pelet memang mudah, tetapi memastikan jenis warna yang mana yang menandakan kualitas pelet tertentu adalah sangat dipengaruhi pendapat pribadi. Demikian juga dengan menentukan textur pelet. Parameter mutu yang secara objektif dapat diukur adalah indeks ketahanan pelet dan hardness. Table 2.6. Kualitas pelet dan karakteristik analisanya NO KUALITAS PELET KARAKTERISTIK ANALISA 1 DurabilityPDI Objektif 2 Hardness Objektif 3 Kenampakan fisik: a. Warna Subjektif b. Textur permukaan Subjektif c. Panjang rata-rata Objektif d. Jumlah debu Objektif e. Palatabilitas Subjektif Sumber: Payne et al, 2001

a. Indeks Ketahanan Pelet

Indeks Ketahanan durabilitas pelet kemungkinan merupakan parameter mutu pelet paling penting Payne et al, 2001. Durabilitas pelet berarti kemampuan pelet mempertahankan bentuknya dari tekanan dan goncangan selama penanganan proses dan distribusi. Durabilitas pelet dapat diukur menggunakan dua metode yaitu pneumatichembusan dan mekanis. a.1. Pengukuran durabilitas pelet secara hembusan Pengukuran dengan metode ini menggunakan alat yang disebut The Borregaard LT Portable Pellet Tester. Caranya adalah dengan menimbang 100 gram pelet yang sudah disaring kemudian dimasukkan ke dalam alat dan akan terbentur ke dinding oleh hembusan angin yang kuat. Kemudian pelet secara otomatis tersaring, pelet yang masih utuh ditimbang. Prosentase jumlah pelet yang masih utuh merupakan nilai durabilitas pelet. Metode ukur ini bersifat kompak, cepat, akurat, repeatable dan bebas debu Payne et al, 2001. a.2. Pengukuran durabilitas pelet secara mekanis Pengukuran dengan metode ini menggunakan alat yang disebut Tumbling can ASAE Method. Caranya dengan menimbang 500 gram pelet yang sudah disaring kemudian dimasukkan ke dalam alat. Ketika alat dihidupkan maka pelet akan mengalami goncangan akibat jatuh bergulingan tumbling di dalam alat. Setelah selesai proses kemudian sampel disaring dan ditimbang. Prosentase jumlah pelet yang masih utuh merupakan nilai durabilitas pelet Payne et al, 2001. Faktor yang mempengaruhi keutuhan bentuk pelet berupa benturan, tekanan dan gesekan Pfost et al, 1962. Pecahnya pelet disebabkan oleh dua jenis peristiwa yaitu fragmentasipematahan dan abrasigoresan Thomas, 1998. Sesudah keluar dari mesin pelet, pelet akan mengalami beberapa kali goncangan yaitu ketika dibawa ke pendingin oleh bucket elevator dan conveyor serta ketika dimasukan ke dalam holding bins. Pelet akan dikemas untuk dijual eceran atau dikapalkan yang tentu saja akan mengalami goncangan lagi selama penanganan untuk sampai kepada peternak. Ketika pakan sampai pada ternak, jumlah pakan yang hancur dibandingkan dengan yang masih utuh meningkat. Nilai durabilitas pelet yang baik telah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Pelet bahan bakar dikatakan bermutu baik jika nilai durabilitasnya di atas 80, sedang jika di antara 70-80, dan rendah jika di bawah 70, Tabil 1996 dan Adapa et a,l 2003 dalam Fasina 2008. Menurut Dozier 2001 kualitas pelet yang optimum harus mempunyai indeks ketahanan di atas 96.

b. Hardness