3. Contoh Respon Siswa terhadap Keputusan Heinz

Tabel 5.3. Contoh Respon Siswa terhadap Keputusan Heinz

Penalaran Moral

Bagaimana Mengajar tentang Nilai-nilai: Sebuah Pendekatan Analitik

Sumber: Fraenkel (1977: 57) Seperti Piaget, Kohlberg (1971) mengemukakan bahwa kemajuan

berjalan melalui tingkatan-tingkatan secara berurutan dan tidak berbeda, tetapi juga, tidak semua orang mencapai tingkatan yang lebih tinggi. (Ia memperkirakan lebih kurang dari 20% nalar orang dewasa Amerika berada pada level postkonvensional. Selanjutnya, ia yakin bahwa 6 tingkatan itu adalah universal, melekat dalam seluruh kebudayaan, dan setiap tingkatan menggambarkan level penalaran yang lebih tinggi dengan tidak melewatkan tingkatan yang sebelumnya. Ia menghasilkan kesimpulan melalui observasi, yakni tidak ada subjek yang ditemukan berada pada tingkatan 1 sampai 4 mampu mencapai tingkatan 5 atau 6; namun demikian, beberapa individu yang berada pada tingkatan 5 atau 6, seluruhnya melalui tahap 1 sampai 4. Meskipun para individual tidak mampu melompati tingkatan-tingkatan, mereka mungkin bergerak melalui tingkatan-tingkatan dengan cepat atau lambat dan mungkin ditemukan setengah di dalam dan setengah di luar dalam tingkatan tertentu pada waktu yang ditentukan. Setiap individu yang bergerak maju melalui tingkatan-tingkatan, mereka dapat menjadi meningkatkan pengertian, lebih berpikir sintesis dan membedakan informasi daripada mereka yang dapat

Penalaran Moral

lakukan pada tingkatan sebelumnya. Mereka menjadi lebih baik dalam mengorganisir informasi dalam kerangka yang integratif dan sistimatis. Pemikiran moral, kemudian dipandang sebagai tindakan dalam materi yang sama sebagai salah bentuk yang lain dari berpikir. Kohlberg juga mengemukakan bahwa tingkatan penalaran yang lebih tinggi adalah secara moral lebih baik dari tingkatan penalaran yang lebih rendah.

Interactionism (paham interaksi) mengacu pada proses melalui mana struktur kognitif seseorang dikembangkan. Setip anak berkembang

dan memperhatikan sifat keberaturan tertentu dalam lingkungannya, ia mengembangkan pola perilaku (struktur kognitif) untuk berhadapan dengan berbagai keberaturan – cara berpikir tentang dunia. Setiap anak tumbuh dan matang, namun demikian, ia menjalani pengalaman bahwa struktur kognitif dikembangkan sebelumnya, ternyata tidak memadai. Ia kemudian mencari perubahan cara berpikirnya, agar membuat pengalaman baru. Ketika ia menemukan cara baru dalam berpikir, ia mampu memahami pengalaman, struktur kognitifnya – cara berpikirnya tentang dunia – jadi berubah. Unsur esensial untuk pertumbuhan inteleketual – untuk perkembangan kognitif anak – adalah peluang untuk menggunakan sejumlah pengalaman yang baru dan berbeda yang akan menyebabkannya mencoba menata kembali cara berpikirnya dan mencari cara-cara yang memadai untuk mengorganisir dan menafsirkan data.

Apakah maknanya hal demikian bagi para guru? Apa implikasi teori Kohlberg untuk pendidikan nilai? Implikasi yang paling signifikan, barangkali terletak dalam argumen Kohlberg bahwa kemajuan melalui tingkatan-tingkatan adalah perkembangan alamiah, satu yang para guru dapat lakukan berikutnya adalah menyajikan para siswa dengan dilema moral seperti melibatkan Heinz dan istrinya dan kemudian mendiskusikan karakter-karakter apa yang akan dilakukan. Guru harus menjamin bahwa para siswa membeberkan argumen-argumen secara individual yang melakukan penilaian satu tingkatan di atas tingkatan yang mereka miliki. Kohlberg menyarankan bahwa anak-anak dan remaja, mereka lebih suka penalaran moral yang lebih tinggi dari yang mereka dapat pahami. Mereka dapat memahami semua tingkatan yang lebih rendah dari tingkatan mereka sendiri, atau satu tingkatan yang lebih tinggi dari mereka sendiri, bahkan pada dua tingkatan yang lebih tinggi dari mereka. Mereka cendrung menolak argumen-argumen penalaran individu-individu dari tingkatan yang lebih rendah, menemukan argumen-argumen yang

Bagaimana Mengajar tentang Nilai-nilai: Sebuah Pendekatan Analitik

sederhana dan tidak dibuat-buat. Tetapi mereka biasanya tidak dapat memahami argumen-argumen dari orang-orang yang penalarannya lebih dari satu tingkatan di atasnya. Para siswa dengan partisipasi kelompok siswa yang lebih luas (seperti diskusi dilema moral) menemukan kemajuan yang lebih cepat dari pada para siswa tanpa partisipasi seperti itu.

Penalaran Moral