Beberapa Komentar Mengenai Bukti

B. Beberapa Komentar Mengenai Bukti

Siswa dapat menyampaikan sejumlah bukti dengan bentuk-bentuk yang berbeda untuk mendukung atau menolak pernyataan-pernyataannya, bahwa konsekuensi tertentu atau kumpulan dari konsekuensi-konsekuensi akan muncul. Bukti itu termasuk keyakinan pribadi, opini yang berwenang, alasan logis, pengamatan pribadi, atau dokumentasi (Oliver dan Shaver, 1966).

1. Keyakinan Pribadi

Satu bentuk bukti yang siswa mungkin upayakan dalam mendukung konsekuensi yang diramalkan adalah keyakinan pribadi. Bukti yang mendukung pernyataannya adalah opini pribadinya sendiri yang unik dan subjektif. Ketika ditekankan untuk mendukung keyakinan pribadi (ketika diminta, “Mengapa kamu meyakininya” atau “Mengapa kamu pikir bahwa itu demikian”) siswa mungkin jatuh dalam intuisi. Pernyataannya mungkin bahwa secara intuisi “tahu” atau “rasa” bahwa apa yang ia kemukakan adalah demikian. Berikut sebuah contoh:

Siswa : Sekumpulan negara akan mendukung pembatasan tentara

dalam tingkat skala kecil Guru : Mengapa kamu pikir mereka akan bersedia untuk melakukan

itu? (Menghendaki pembuktian) Siswa : Saya hanya menduga yang mereka akan lakukan Bukti dari siswa pada contoh itu adalah pendapatnya sendiri atau

“perasaan”. Ia “menduga” bahwa sesuatu akan terjadi. Sebagian besar kesukaran dengan bentuk bukti adalah ia secara esensial bentuk pribadi. Siswa tidak memberikan kepada teman sekelasnya atau guru dengan beberapa data yang mereka dapat evaluasi untuk melihat, jika data itu secara logis atau empiris mendukung kemungkin munculnya konsekuensi. Bukti-bukti yang menguatkan dari konsekuensi yang dikemukakan adalah disarankan oleh pribadi (yakni, tidak dapat dibuktikan) dari pada landasan- landasan umum.

Dapat ditambahkan bahwa menyuruh para siswa untuk mengupayakan opini-opini di dalam kelas adalah diharapkan – dalam kenyataan, adalah esensial jika diskusi-diskusi nilai dilaksanakan pada tempatnya. Tetapi mengupayakan suatu pendapat yang telah diselidiki dan kemudian didukung atau ditolak atas dasar bukti adalah bukan sesuatu yang sama sebagai mengupayakan opini sebagai bukti itu sendiri.

Bagaimana Mengajar tentang Nilai-nilai: Sebuah Pendekatan Analitik

2. Opini yang Berwenang

Bentuk kedua bukti yang mungkin siswa upayakan mendukung pernyataan adalah konsensus atau kesepakatan dengan pihak lain. Banyak dari kekuatan bentuk bukti ini, tergantung pada siapa “pihak lain” itu.

Dukungan, sebagai contoh, bahwa siswa mendukung pernyataannya bahwa “sekelompok negara akan mendukung pembatasan tentara untuk tingkat skala kecil” dengan mengupayakan bukti berikut; kesepakatan dengan opini di antara beberapa pendapat pakar ilmu politik dan para pengamat lain yang spesialis dalam studi peristiwa-peristiwa internasional dan dianggap berwenang atau “ahli” dalam bidangnya. Hal itu mungkin diterima oleh banyak siswa sebagai bukti yang dapat dipertimbangkan untuk mendukung pernyataan siswa itu.

Bagaimanapun meninggalkan sebuah pertanyaan, terhadap tingkat manakah suatu kesediaan untuk diterima, atau dibenarkan untuk diterima, pandangan dari para ahli. Kapanpun sudut pandang dari orang yang berwenang adalah disebut sebagai bukti oleh siswa untuk mendukung pernyataan, saat istirahat kelas dihadapkan dengan pertanyaan terhadap reliabilitas kewenangan. Ennis (1969: 393) menyarankan menggunakan kriteria berikut untuk menguji nilai dari opini orang yang berwenang (otoritas):

a. Ia memiliki reputasi yang baik.

b. Pernyataan adalah dalam lapangannya

c. Ia tidak berminat.

d. Reputasinya dapat dipengaruhi oleh pernyataannya, dan ia sadar bahwa fakta itu ketika ia membuat pernyataannya.

e. Ia mempunyai posisi sepenuhnya di fakultasnya.

f. Ia tidak sepakat dengan orang lain yang sesuai kriteria di atas untuk kewenangan.

Hal-hal yang dikemukakan Ennis itu adalah kepuasan kerjasama dari semua kriteria yang membuat kasus yang amat kuat untuk mempertimbangkan pandangan-pandangan dari orang yang berwenang dipercaya dalam contoh tertentu.

Bahaya dengan bukti menggunakan opini yang berwenang terletak dalam fakta bahwa kewenangan dapat membuat kekeliruan, juga. Dalam hal ini Galileo, sebagai contoh, orang yang berwenang pada waktu itu

Analisis Nilai-nilai

percaya bahwa bumi adalah pusat dari alam semesta. Selama Abad Pertengahan, pihak berwenang meyakini bahwa darah para pasien adalah obat untuk demam. Hanya disebabkan para ahli “mengetahui” lebih dari orang biasa tidak membuat mereka sempurna.

3. Pengamatan Pribadi, Dokumentasi atau Eksperimen

Bentuk ketiga dari bukti yang mungkin siswa upayakan untuk mendukung pernyataan adalah bahwa ia secara pribadi mengamati atau menunjukkan apa yang menjadi acuan. Bentuk bukti ini bagaimanapun amat terbatas juga. Siswa kemudian harus membuktikan ia mengamati secara akurat. Faktor bias pribadi mungkin terlibat, karena orang sering dipengaruhi oleh prasangka yang mereka tidak sadari. Oleh karena itu, kapanpun mungkin, para siswa akan didorong untuk menemukan dan menunjukkan foto-foto, gambar-gambar, rekaman-rekaman, atau pita- pita rekaman yang memperlihatkan suatu peristiwa terjadi. Tipe bukti ini adalah sukar untuk diperoleh terhadap berbagai bentuk dasar yang teratur, tetapi beberapa kesempatan ketika reproduksi audio atau visual dari suatu peristiwa tersedia. Ini secara khusus benar dengan menganggap gambar-gambar dari surat-surat kabar dan majalah-majalah. Karena itu adalah menolong bagi para guru untuk memastikan bahwa kelas berlangganan berbagai surat-surat kabar dan majalah-majalah mencakup wilayah yang luas secara adil dari politik dan opini yang lain.

Beberapa pernyataan memberi mereka sendiri kepada eksperimen– adalah para siswa sesungguhnya dapat mencoba sesuatu untuk melihat apa yang terjadi. Pertimbangkan contoh berikut:

Ali : Kamu dapat menemukan banyak hal tentang bagaimana orang merasakan tentang pembatasan dengan membaca surat

kabar selama beberapa waktu dari pada kamu dapat melalui membaca artikel-artikel yang ditulis oleh ahli ilmu politik

Susan : Tidak, kamu tidak dapat Guru : Baiklah, mengapa kamu tidak menceknya? Lakukan beberapa

penelitian di perpustakaan publik. Lihat apakah surat kabar mengatakan ketika pembicaraan pembatasan secara penuh dilakukan pada tahun yang lalu. Kemudian bersama mengumpulkan beberapa artikel yang baru saja dari beberapa ahli ilmu politik dan komentator lain terhadap pembatasan.

Bagaimana Mengajar tentang Nilai-nilai: Sebuah Pendekatan Analitik

Lihat yang memberikan kamu dengan sebagian besar informasi mengenai bagaimana orang merasakan tentang isu itu.

4. Alasan Logis

Bentuk keempat dari bukti yang mungkin siswa usahakan untuk mendukung pernyataan faktual adalah untuk menunjukkan bahwa hasil- hasil pernyataan dari sebuah alasan deduktif yang valid secara logis. Ringkasnya, pernyataan berikut secara logis dari premis-premis seperti contoh yang dikenal baik:

a. Semua manusia adalah makhluk hidup

b. Socrates adalah manusia

c. Oleh karena itu, Socrates adalah makhluk hidup Tiga pernyataan yang mewakili apa yang secara umum dikenal dengan

silogisme. Pernyataan pertama disebut premis mayor. Pernyataan kedua dikenal premise minor, dan ketiga disebut kesimpulan. Kumpulan dari satu atau lebih premis bersama dengan kesimpulan yang diperlukan untuk mengikuti dari premis yang disebut argumen yang valid. Argumen invalid adalah satu kesimpulan yang tidak memerlukan mengikuti dari premis. Dua pertanyaan yang diajukan dari seluruh silogisme adalah apakah benar atau tidak kesimpulan itu secara secara logis yang mengikuti premis-premis dan apakah benar atau tidak kesimpulan itu valid. Dalam contoh di atas, kesimpulan itu benar sebab premis-premis benar. Kapanpun premis mayor dan minor benar, kesimpulan harus benar.

Marilah kita pertimbangkan contoh kedua:

a. Hanya para pemimpin negara kecil, non-industri yang menyokong agar semua negara di dunia mengurangi senjata-senjata dalam tingkat skala kecil.

b. John Boorman adalah pemimpin negara kecil dan non-industri.

c. Oleh karena itu, Boorman menyokong agar semua negara di dunia mengurangi senjata-senjata dalam tingkat skala kecil.

Dalam kasus ini, kesimpulan mungkin salah. Tetapi mengapa? Tidak nampak salah dengan alasan yang digunakan. Alasan memang benar, tetapi kesimpulan yang dihasilkan mungkin menjadi salah – sebab premis mayor salah. Beberapa pemimpin dari negara-negara besar dan industri yang menyokong pengurangan senjata dalam tingkat skala kecil dan juga beberapa pemimpin negara kecil dan non-industri yang tidak mendukung.

Analisis Nilai-nilai

Perhatikan bahwa premis mayor dan minor adalah pernyataan sebenarnya. Kebenaran atau kesalahan mereka dapat ditentukan dengan memperoleh bukti dari berbagai jenis (misal, dengan memeriksa seluruh waktu penerbitan surat-surat kabar, siaran-siaran pers, makalah-makalah posisi, wawancara publik, dan sebagainya). Ketika siswa berusaha membuat argumen deduktif sebagai bukti, oleh karena itu, tugas guru adalah membantu guru untuk menentukan apakah premis dari argumen itu benar atau salah – yaitu, apakah benar atau tidak beberapa bukti dari keberadaan atau kejadian mereka dapat ditemukan.

Adalah penting bagi para guru untuk membantu para siswa untuk membedakan antara alasan yang valid dan benar. Praktek yang lazim dalam diskusi adalah seseorang mencoba untuk meyakinkan orang lain guna menerima sudut pandangnya dengan menyampaikan alur yang valid dari alasan yang didasarkan atas satu atau lebih premis yang salah. Kesimpulan yang mengikuti mungkin kemudian valid secara logis, tetapi secara fakta salah. Jika dari premis-premis dalam argumen deduktif salah maka kesimpulan mungkin juga salah, meskipun tidak diperlukan.

Satu catatan akhir dari peringatan terhadap argumen-argumen silogisme – argumen mungkin valid dan kesimpulan atau akar kesimpulan dari yang benar itu, bahkan jika antara premis salah. Berikut adalah contoh:

a. Pot-pot kopi adalah mobil

b. Mobil-mobil dipenuhi dengan kopi

c. Oleh karena itu, pot-pot kopi dipenuhi dengan kopi Argumen adalah valid dan kesimpulan benar, bahkan mungkin

antara premis-premis salah, karena secara logis kesimpulan mengikuti dari premis-premis.

Pelajaran yang dapat dipelajari dari contoh di atas adalah satu hal yang sederhana. Fakta bahwa satu atau lebih premis dari argumen adalah salah tidak diperlukan, artinya kesimpulan yang mengikutinya juga salah. Atau fakta bahwa argumen yang valid diperlukan, artinya kesimpulan yang mengikutinya juga benar. Hanya ketika premis-premis itu benar dan argumen valid, maka kesimpulan harus benar (lihat gambar 7.1)

Bagaimana Mengajar tentang Nilai-nilai: Sebuah Pendekatan Analitik

Gambar 7.1. Kombinasi Argumen-argumen yang Valid

Hanya karena argumen adalah valid tidak berarti bahwa kesimpulan itu benar. Para guru akan selalu meminta para siswa menentukan apakah bukti dari kebenaran atau dari kesalahan premis-premis yang ada.

5. Menguji Kembali Bukti

Ketika siswa menyampaikan bukti (tidak persoalan apapun bentuknya) persoalan untuk menguji kembali muncul. Apakah bukti yang disampaikan memberikan dukungan (termasuk kepuasan kelas) bagi kemungkinan datangnya konsekuensi? Jika bukti yang diupayakan hanya keyakinan pribadi atau kelompok, pernyataan tidak dapat diuji kembali; itu harus tetap secara murni menunjukkan pilihan pribadi atau kelompok. Jika bukti adalah pertimbangan otoritatif (yang berwenang), reliabilitas otoritas (kewenangan) harus ditentukan, dan argumen-argumennya mesti. Baik secara logis atau empiris didukung atau ditolak. Jika bukti terdiri dari kesimpulan yang didasarkan atas alasan logis, kita harus mencek dan melihat jika argumen itu valid dan premis benar. Jika pendukung-pendukung bukti terdiri dari tindakan-tindakan tertentu atau prestasi, kita harus mencek untuk melihat apakah tindakan-tindakan yang dinyatakan (secara positif tanpa bukti) memang ditunjukkan atau memang dicapai dalam situasi- situasi yang sama.

Sebelum beberapa diskusi dari berbagai pernyataan yang menguntungkan dapat dilakukan, para siswa harus menyadari bahwa bentuk-bentuk berbeda yang diterima mungkin dihasilkan dalam penilaian- penilaian yang sungguh berbeda. Mereka harus menyadari bahwa orang yang berbeda mungkin menghasilkan keputusan-keputusan yang memang berbeda tergantung pada bentuk-bentuk bukti yang mereka terima. Jadi, adalah penting bagi para guru untuk membantu para siswa menyadari bahwa perbedaan bentuk dari bukti yang dapat digunakan untuk mendukung atau menolak argumen. Mereka harus membantu mereka sendiri untuk memahami bahwa orang yang berbeda, tergantung pada latar belakang dan pengalaman mereka, memikirkan bentuk-bentuk tertentu dari bukti

Analisis Nilai-nilai

lebih dapat menerima dari bentuk-bentuk lain. Para siswa akan memikirkan apakah bentuk yang lebih meyakinkan dengan memperhatikan terhadap proposisi tertentu dan mengapa. Apakah pernyataan yang diberikan adalah “benar” atau “baik” dapat ditentukan hanya dengan mengetahui bukti apakah dari siapa yang membuat pernyataan akan menerima dukungan, Kesepakatan selama penyelidikan dan diskusi nilai kemungkin besar sulit untuk diperoleh, meskipun bukti yang sama digunakan.

1. Apakah bentuk-bentuk bukti lain yang mungkin diusahakan untuk mendukung atau menolak kemungkinan konsekuensi yang muncul?

2. Mengupayakan pernyataan-pernyataan melalui para siswa dalam kelas tanpa bukti membalikkan mereka kembali (atau memang oleh orang pada umumnya) adalah peristiwa yang lazim. Bagaimana kamu akan menjelaskan ini?

3. Tipe bukti manakah yang diuraikan di atas akan kamu pertimbangkan sebagian besar meyakinkan dalam mendukung suatu argumen? Mengapa?

4. “Argumen selama diskusi nilai mungkin sulit untuk diperoleh, kecuali bukti yang sama digunakan”. Apakah maksudnya itu? Mengapa itu akan terjadi? Apa yang mungkin terjadi jika kesepakatan tidak diperoleh? Akankah itu menjadi baik atau jelek?