Teori Tahapan Piaget

A. Teori Tahapan Piaget

Sesungguhnya Piaget melatih dalam lapangan ilmu-ilmu alam. Meskipun perhatian utamanya yang pertama adalah biologi (ia telah mempublikasikan lebih dari 20 makalah ilmiah, sebelum menjadi 21), dalam karirnya, ia juga lebih dulu berminat terhadap perkembangan intelektual anak. Lebih kurang 50 tahun ia memusatkan perhatian secara sistimatis untuk menyelidiki dan menguraikan perkembangan itu.

Piaget memandang perkembangan kognitif adalah proses yang terjadi alamiah seperti anak tumbuh, matang, dan berinteraksi dengan lingkungan mereka. Piaget menyatakan bahwa periode-periode tertentu dari perkembangan kognitif seluruh anak berkembang terus, meskipun tidak semua diperlukan untuk mencapai periode tertinggi, yakni tahapan operasi- operasi formal (Lihat Tabel 1). Walaupun banyak anak cendrung untuk berkembang melalui berbagai periode yang ditunjukkan oleh usia, beberapa berkembang lebih cepat, yang lain berkembang lebih lambat.

Piaget berpandangan bahwa periode-periode bersifat kumulatif (bertimbun/bertumpuk) dan sekuensial (berurutan). Perkembangan anak berjalan melalui tahapan-tahapan seperti daftar dan urutan dalam Tabel 1. Orang tidak dapat melompat tingkatan. Selanjutnya, setiap periode dipandang sebagai prasyarat atau landasan untuk periode berikutnya. Setiap periode, berakibat, mewakili waktu dari pertumbuhan kehidupan anak, ketika ia menjadi mampu berpikir berbeda dari selama periode sebelumnya. Juga, seseorang mungkin lebih dari satu periode - lebih dari satu tahapan perkembangan - pada waktu yang sama. Jadi, anak mungkin bervariasi dalam tipe berpikir, ia mampu dari waktu ke waktu atau ketika berhadapan dengan orang-orang dan tugas-tugas.

Piaget juga mempelajari perkembangan moral anak, dan kesimpulan- kesimpulannya konsisten dengan kesimpulannya tentang perkembangan intelektual secara umum. Ia melihat perkembangan moral sebagai perkembangan yang melalui urutan dalam tiga tahapan: (1) tahapan

Penalaran Moral

kepatuhan buta, menyangkut “pertimbangan-pertimbangan moral objektif”, yakni gagasan-gagasan anak terhadap apa yang benar atau salah secara sederhana didasarkan pada apa yang orang tua bolehkan atau yang dilarang untuknya dilakukan; (2) tahapan penafsiran peraturan, tahapan ini anak belajar tentang spirit lebih penting dari pada tulisan pada peraturan (bergeser dari “moral realism” ke “moral relativism”) dan membuat pertimbangan-pertimbangan nilai “subjektif”; dan (3) tahap tindakan, dalam tahapan ini anak mengembangkan pendirian pribadi dan tanggungjawab etis untuk perilakunya.

Tabel 5.1. Periode Perkembangan Kognitif Piaget

Bagaimana Mengajar tentang Nilai-nilai: Sebuah Pendekatan Analitik

Sumber: Wadsworth, 1971, dalam Fraenkel, 1977: 33 Piaget tidak tertarik pada perilaku moral anak, sebagian besar ia

tertarik pada cara-cara anak berpikir tentang isu-isu moral. Kesempatan yang paling utama adalah seperti berpikir, ia observasi, terhadap anak usia tujuh tahun. Sebelumnya, anak didorong untuk menilai perilaku- perilaku menyimpang semata-mata terhadap yang dimaksud mereka sebagai kerugian yang mereka hasilkan. Antara tujuh dan delapan tahun, anak-anak masuk dalam tahapan moral subjektif dan menilai pelanggaran yang dalam istilah mereka, merupakan pelanggaran yang sungguh- sungguh . Piaget mengamati pergeseran dalam berpikir yang diperlihatkan anak-anak terhadap pasangan-pasangan dalam cerita-cerita di mana karakter berbeda dalam istilah kesungguhan dan jumlah kerugian yang mereka lakukan, sebagai contoh berikut:

1. John berada di kamarnya ketika ibunya memanggilnya untuk makan malam, John pergi ke bawah dan membuka pintu kamar makan. Tetapi di samping pintu ada kursi, dan di atas kursi terletak baki dengan lima belas gelas di atasnya. John tidak mengetahui gelas-gelas itu di balik pintu. Ia membuka pintu, pintu mendorong baki, “bang” terjatuhlah lima belas gelas itu, dan pecah semua.

2. Suatu hari ketika ibu Henry pergi, Henry mencoba mengambil beberapa kue di atas lemari makanan. Ia menjangkaunya dengan menggunakan kursi, tetapi botol tempat kue masih terlalu tinggi; dan ia tidak dapat menjangkaunya. Tetapi sementara ia mencoba untuk menjangkau botol kue, ia menabrak cangkir. Cangkir jatuh dan pecah.

Anak-anak yang ditanya untuk menilai terhadap kedua karakter (dalam kasus ini John dan Henry) menyatakan keduanya nakal. Secara umum, anak-anak yang lebih muda berkata bahwa John nakal, sebab ia memecahkan lima belas gelas. Anak-anak yang lebih tua (lebih dari tujuh tahun) menyatakan Henry nakal, sebab ia melawan dengan tindakannya, padahal ia dilarang ibunya.

Sekitar usia sebelas tahun, anak membuat tiga pergeseran ketika ia memasuki periode operasi-operasi formal dan mengembangkan

Penalaran Moral

kemampuan mengidentifikasi dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Itu terjadi selama periode di mana kemampuan untuk menganalisis validitas terhadap perbedaan cara-cara mengembangkan penalaran moral.