Menggali Perasaan-perasaan

G. Menggali Perasaan-perasaan

Seperti dikemukakan dalam bab II, nilai-nilai tidak hanya ide-ide; mereka juga komitmen-komitmen emosional. Nilai berisi komponen “perasaan- perasaan” yang amat kuat. Orang memiliki perasaan-perasaan amat kuat terhadap benda-benda yang mereka nilai.

Dalam bab terdahulu kita pertimbangkan beberapa strategi-strategi yang didesain untuk membantu para siswa mengindentifikasi, membanding, dan membedakan nilai-nilai orang. Banyak nilai-nilai yang para siswa akan identifikasi, yang akan berbeda dari yang mereka miliki. Oleh karena itu, jika para siswa dibantu, tidak hanya untuk mengidentifikasi nilai-nilai orang lain, tetapi juga untuk mengerti mengapa mereka berbeda dengan nilai-nilai yang mereka miliki sendiri, para guru akan butuh untuk meningkatkan kepekaan siswa terhadap bagaimana orang lain merasa dalam berbagai situasi. Bagaimana itu dapat dilakukan?

Untuk meningkatkan kepekaan siswa terhadap perasaan-perasaan dari orang-orang lain, mereka akan dilengkapi dengan kesempatan-kesempatan untuk berbicara tentang perasaan-perasaan, untuk mengidentifikasi dengan perasaan-perasaan dari orang lain, dan untuk memberikan reaksi secara emosional dari diri mereka sendiri. Para guru akan mendorong dan membantu

Bagaimana Mengajar tentang Nilai-nilai: Sebuah Pendekatan Analitik

para siswa untuk berpartisipasi dalam pengalaman-pengalaman yang membolehkan mereka merasakan beberapa bentuk-bentuk yang berbeda dari emosi-emosi, untuk masuk dalam kontak dengan beberapa orang berbeda (secara langsung atau seolah-olah mengalami), untuk melakukan hal-hal yang berbeda, dan kemudian untuk membagi persepsi-persepsi mereka dari dan perasaan-perasaan mengenai berbagai pengalaman. Pengalaman-pengalaman khusus bagi para siswa untuk turut serta akan selalu tergantung pada tingkat- tingkat pengalaman mereka dan analisis guru terhadap tipe pengalaman yang pantas terhadap kebutuhan-kebutuhan dan kemampuan-kemampuan mereka. Beberapa contoh dari bentuk-bentuk pengalaman saya yang ada dalam pikiran sebagai berikut:

1. Bertamu ke rumah orang jompo

2. Menggunakan jalan di pantai kotor

3. Memberikan seseorang bunga setiap hari untuk seminggu

4. Melewatkan hari dengan kursi roda atau tongkat penyokong

5. Mengadakan survai dari pintu ke pintu secara random pada sejumlah rumah di lingkunganmu seperti apakah penghuni-penghuni merasa salah (atau benar) dengan komunitasmu

6. Bekerja dalam kampanye politik

7. Membandingkan harga-harga untuk item-item makanan yang sama pada toko-toko berbeda.

8. Mendengarkan pita rekaman dari pidato Dr.Martin Luther King. Jr, “Saya punya mimpi”

9. Mencoba pergi tanpa makanan untuk sehari penuh.

10. Bicara dengan orang buta mengenai apa yang disukai untuk menjadi buta.

11. Melewatkan hari dengan pimpinan polisi

12. Mengamati tawar menawar penjualan pada bagian toko yang ramai.

13. Membawa anak-anak muda ke kebun binatang.

14. Tersenyum pada setiap orang yang bertemu selama satu seminggu.

15. Mencoba tidak berbicara sehari penuh.

16. Meminta pecandu alkohol untuk berbicara di kelas tentang mengapa ia minuman keras.

17. Para sukarelawan kadang-kadang membantu pasien yang sakit mental di rumah sakit.

Membuat Kesimpulan tentang Nilai-nilai

18. Berunding dengan siswa tentang aturan mengenai hak-hak mereka dengan kepala sekolahmu.

19. Berbicara dengan beberapa orang yang lebih tua setiap hari selama seminggu.

20. Ajak ibu (atau ayah) mu untuk berjalan

21. Interviu anggota-anggota dari A.S.P.C.A seperti seberapa banyak hewan-hewan yang tidak dikehendaki, mereka harus menentukan tahun dan bagaimana mereka melakukannya.

22. Mendengarkan Isaac Stern memainkan biola.

23. Tulis puisi tentang cinta. Setelah para siswa berpartisipasi dalam pengalaman yang serupa untuk

hal-hal di atas, mereka akan mendorong (tentu bukan disyaratkan) untuk berbicara tentang bagaimana mereka merasakan dan mengapa. Hal itu dapat membantu mereka untuk mewujudkan perbedaan-perbedaan dalam nilai-nilai dan perasaan-perasaan yang orang miliki. Aturan yang berguna dari membaca sepintas di sini adalah untuk diteruskan sebagai berikut:

• Menanyakan fakta-fakta. • Menanyakan kesimpulan-kesimpulan tentang alasan-alasan. • Menanyakan kesimpulan-kesimpulan tentang perasaan-perasaan. • Memeriksa kesamaan dan perbedaan perasaan-perasaan. • Menanyakan kesimpulan-kesimpulan.

Di sini adalah contoh serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang disusun untuk dilakukan:

1. Apakah yang kamu lakukan? (Kemanakah kamu pergi, apa yang terjadi dengan kamu, dan seterusnya)

2. Bagaimana yang kamu rasakan?

3. Apakah orang lain merasakan cara itu?

4. Setelah mendengar pengalaman-pengalaman yang orang miliki, apakah yang dapat kamu katakan tentang orang dan bagaimana mereka merasa dalam situasi seperti itu?

Pertanyaan 1 meminta para siswa menguraikan situasi di mana mereka terlibat dan apa yang mereka lakukan. Pertanyaan 2 meminta mereka untuk menghubungkan perasaan-perasaan mereka, reaksi-reaksi emosional terhadap apa yang mereka alami. Pertanyaan 3 membolehkan

Bagaimana Mengajar tentang Nilai-nilai: Sebuah Pendekatan Analitik

para siswa (kita berharap) untuk mewujudkan bahwa banyak orang mungkin merasa hal-hal yang cukup berbeda, tetapi juga bahwa beberapa sering merasa cukup sama dengan cara yang mereka lakukan . Pertanyaan 4 kemudian meminta para siswa untuk menggambarkan kesimpulan-kesimpulan mengenai perasaan-perasaan orang.

Asumsi yang mendasari beberapa kegiatan-kegiatan dan pertanyaan- pertanyaan adalah dengan membentuk dan membandingkan kesimpulan- kesimpulan tentang perasaan-perasaan diri mereka sendiri dan orang-orang lain, para siswa akan menjadi lebih sadar terhadap kesamaan-kesamaan antara perasaan-perasaan orang dalam berbagai situasi. Para siswa akan menjadi lebih baik dalam kemampuan memahami bagaimana dan mengapa orang merasa dan bertindak seperti yang mereka lakukan.

Bermain Peran

Cara yang lain untuk menolong para siswa menggali perasaan-perasaan adalah melibatkan mereka dalam bermain peran. Bermain-peran menghendaki para siswa untuk melakukan peran-peran orang secara khayal atau nyata dalam berbagai situasi di mana perasaan-perasaan dan nilai- nilai mereka menarik dimainkan. Peristiwa-peristiwa nilai dan dilema-dilema nilai memberikan banyak kesempatan-kesempatan untuk bermain-peran, dan contoh-contoh dari peristiwa-peristiwa nilai dan dilema-dilema nilai telah dikemukakan pada halaman-halaman terdahulu. Bermain-peran secara khusus berguna dalam membantu para siswa untuk menjadi sadar terhadap bagaimana orang yang dihilangkan, didiskriminasi pada, diperlakukan dengan kejam, atau ditindas perasaaan. Pertimbangan beberapa contoh:

• Kamu pemilik toko kecil dalam lingkungan yang sangat miskin. Kamu baru saja menangkap anak laki-laki yang berusia 10 tahun yang berupaya mencuri beberapa

gula-gula dari tokomu. Kamu tahu ibunya sejahtera. Apa yang kamu lakukan? • Kamu tinggal dalam masyarakat kecil yang baru-baru ini diminta untuk berintegrasi

dengan sekolah-sekolah. Kamu dengan keras menentang dengan menggunakan bis sebagai cara untuk menyelesaikan integrasi itu. Sejumlah teman-temanmu memberitahumu bahwa mereka berencana untuk mengganggu penumpang bis dari anak-anak sekolah dasar dengan cara mereka ke sekolah besok untuk memprotes penggunaan bis, Mereka mengusulkan bahwa mereka berharap kamu bersama dengan mereka. Apa yang kamu lakukan?

• Kamu seorang pilot Amerika di Vietnam. Kelompok pesawat udaramu telah menerima perintah untuk membom wilayah diameter 5 mil pada hari berikutnya

Membuat Kesimpulan tentang Nilai-nilai

supaya mendukung serangan infantri. Kamu mengetahui bahwa tiga desa dalam wilayah itu terdapat seratus penduduk sipil Vietnam tinggal. Apa yang kamu lakukan?

• Kamu adalah penjaga penjara di penjara negara. Para tahanan dalam kurungan terpencil dan tidak dibolehkan untuk memiliki buku-buku atau majalah-majalah dalam sel mereka atau untuk berbicara dengan siapapun selama masa hukuman.

Seorang tahanan dengan siapa yang kamu sebelumnya bersahabat meminta kamu untuk memberikannya buku secara rahasia. Apa yang kamu lakukan?

• Kamu adalah seorang reporter dari surat kabat kota yang besar. Kamu telah menemukan bahwa teman-temanmu yang amat dekat dan sangat dipercaya memiliki

laporan hotel di wilayah yang paling buruk di kota dan bahwa harga para pensiunan dan orang yang berusia lanjut yang menginap di sana melebihi harga yang biasa. Apa kamu yang dilakukan?

Shaftel dan Shaftel (1967: 84) bahwa bermain-peran melibatkan langkah-langkah berikut:

1. Pemanasan (guru mengenalkan dan menyampaikan dilema-dilema untuk diperankan). Dilema, dalam bentuk cetak, visual, lisan, atau dengar, disampaikan pada kelas untuk saat yang tepat, keputusan harus dibuat. Guru (atau penanya) kemudian mengajukan kepada kelas: “Apa yang kamu pikir (tokoh utama) akan (atau mungkin) lakukan?

2. Memilih para pemain peran (memilih para siswa untuk melukiskan berbagai peran dalam dilema). Para siswa yang mengidentifikasi berbagai karakter dalam dilema-dilema akan diminta untuk berasumsi tentang peran-peran mereka. Jika diperlukan, para relawan akan diminta untuk memainkan mereka. Shaftel (1967:76) menyarankan para siswa yang secara sukarela untuk peran-peran sebagai orang-orang lain tidak akan ditempatkan untuk peran-peran itu, karena alasan-alasan di belakang mungkin untuk menghukum. Sebagai tambahan, disarankan para siswa mungkin tidak melihat dirinya sendiri dalam peran itu.

3. Menyiapkan kelas yang tenang untuk diobservasi. Untuk membantu para siswa lain dalam kondisi awal untuk bermain-peran, mereka dapat ditempatkan pada tugas-tugas pengamat yang berbeda. Mereka dapat diminta untuk menilai bahwa kenyataan peran yang dimainkan dan secara khusus berpikir tentang bagaimana karakter-karakter yang digambarkan dirasa sebagai kemajuan peran yang dimainkan.

4. Menata tahapan. Kadang-kadang melibatkan para pemain peran untuk merencanakan secara ringkas apa yang akan mereka lakukan dan

Bagaimana Mengajar tentang Nilai-nilai: Sebuah Pendekatan Analitik

bagaimana mereka akan lakukan. Para guru juga akan memeriksa untuk meyakinkan bahwa materi-materi yang diperlukan atau alat-alat (biasanya sesuatu yang amat sederhana, seperti meja-meja, kursi, sejumlah kecil peralatan) yang tersedia.

5. Beritahu para siswa yang memutuskan peran-peran yang mereka pilih. Shaftels mengemukakan bahwa para pemain peran akan diingatkan bahwa mereka bukan disalahkan atau dipuji terhadap peran-peran mereka. Para siswa bukan dievaluasi terhadap kemampuan peran mereka. Tujuan utama dari bermain peran adalah untuk membantu para siswa memperoleh berbagai pemahaman ke dalam perasaan- perasaan dan nilai-nilai dari orang lain.

6. Diskusi dan Evaluasi. Bagian dari tahapan tanya-jawab di mana guru dan kelas mendiskusikan apa yang terjadi, bagaimana kenyataan peran yang dimainkan, dan bagaimana kemungkinan konsekuensi-konsekuensi dari hal itu seperti yang digambarkan sesungguhnya akan muncul.

7. Pemberitahuan selanjutnya. Tahap ini memberikan kesempatan untuk para pemain untuk melakukan kembali dilema atau untuk itu dimainkan kembali dengan siswa-siswa yang berebda dari peran-peran itu.

8. Diskusi selanjutnya. Sekali lagi, bermain peran akan didiskusikan dengan kelas mendiskusikan pemberitahuan-pemberitahuan baru, merubah hasil yang dibuat dari dilema, bagaimana sesungguhnya itu terjadi, dan seterusnya.

9. Generalisasi. Guru meminta kelas meminta kelas melukiskan beberapa kesimpulan tentang apa yang mereka amati dan rasakan dan kemudian mendiskusikan kesimpulan-kesimpulan mereka. Beberapa bentuk pertanyaan yang dibungkus seperti, “Mengapa kamu berpikir orang ditempatkan dalam situasi-situasi seperti cara yang dilakukan mereka?” atau “Bagaimana orang dalam jenis situasi-situasi itu merasa dan mengapa?” dapat cukup membantu.

Walaupun kita mungkin tidak menyetujui perasaan-perasaan siswa, kita harus menerima siswa sebagai orang yang peka dan berguna jika kita untuk membantunya mengerti dan menerima kenyataan bahwa perbedaan bentuk-bentuk dari perasaan-perasaan dapat dialami dalam situasi-situasi yang sama atau serupa. Ini dapat dilakukan dalam sejumlah cara. Guru dapat mendengarkan dengan hati-hati dan merespon dalam bentuk yang tidak menilai (seperti dengan mengangguk atau berkata, “Saya mengerti”).

Membuat Kesimpulan tentang Nilai-nilai

Guru dapat mengulangi kembali apa yang dikatakan siswa sementara menunjukkan bahwa ia mengerti apa yang siswa coba ungkapkan (sebagai contoh, “Kamu tadi berkata kamu merasa tidak nyaman ketika kamu pindah ke kota yang baru dan mulai menjadi siswa baru tahun ini di SMA jauh dari semua teman-teman yang lama. Saya dapat mengerti bentuk perasaan itu”). Guru dapat memperkuat perasaan yang siswa curahkan (“Saya mengetahui apa yang kamu maksud, Paula: Saya merasa itu sebagai kesimpulan saya sendiri”).

Kadang-kadang para guru dan orang dewasa berupaya untuk menyampaikan kepada para siswa bagaimana mereka sebaiknya merasa dan mereaksi terhadap pengalaman tertentu, seperti yang ilustrasi dialog berikut:

Guru : Sekarang saya ingin kamu mendengarkan beberapa dari Stravinsky. Kamu akan menemukan banyak sekali keindahan dari pada Sibelius. (Guru memainkan “Rite of Spring”)

Guru : Seperti kamu dengar, Stravinsky banyak sekali kekuatan, ia memberikan kamu lebih banyak perasaan

Siswa : Saya memperoleh lebih banyak perasaan dari Sibelius Guru : Dari Sibelius? Siswa : Ya, saya lebih menyukainya. Ia membuat saya merasa

bergairah di dalam Guru : Baiklah, itu tidak berguna. Musiknya bukan seperti

bersemangat, atau menantang Siswa : Baiklah, saya masih menyukai Sibelius. Faktanya, saya tidak

menyukai semuanya dari Stravinsky Guru : Baiklah, itu tidak benar. Dan George, ketika saya minta kamu

manakah musik yang lebih bersemangat dalam ujian, jawaban yang benar adalah Stravinsky

Ini mungkin yang agak melebih-lebihkan, tetapi itu bukan hal yang apakah mungkin terjadi jika para guru tidak hati-hati. Hal yang ditekankan di sini adalah ketika sampai pada perasaan-perasaan, guru harus mencoba untuk tidak menilai. Apa yang mereka coba untuk melakukan, adalah untuk mengikutsertakan para siswa dalam beragam pengalaman yang kaya, sehingga mereka secara terus menerus memperluas kesadaran dan pengertian terhadap perasaan-perasaan dari orang lain.

Bagaimana Mengajar tentang Nilai-nilai: Sebuah Pendekatan Analitik

1. Apakah beberapa bentuk perasaan para guru tidak akan diselidiki oleh siswa? Mengapa? Akankah perasaan-perasaan siswa didiskusikan oleh guru dalam kelas? Mengapa ya mengapa tidak?

2. Akankah para siswa didorong untuk mendiskusikan bagaimana para guru

mungkin merasa dalam berbagai situasi? Mengapa ya atau mengapa tidak? 3. Banyak orang merasa tidak nyaman ketika diminta untuk berbicara mengenai

perasaan-perasaan mereka. Bagaimana kamu akan menjelaskan itu? 4. Akankah para guru pernah menunjukkan setuju atau tidak setuju dari perasaan-

perasaan? Mengapa ya atau mengapa tidak? Apakah jika perasaan-perasaan itu adalah dalam bentuk antidemokratis atau prasangka?