Wawancara Umum (The Public Interview)

D. Wawancara Umum (The Public Interview)

Wawancara umum adalah bentuk aktivitas peserta didik yang secara sukarela ditanya di depan umum tentang berbagai keyakinan-keyakinan, perasaan-perasaan dan perilaku-perilaku mereka. Raths dan koleganya (1966) menguraikan prosedur-prosedur yang terlibat.

Salah satu dari berbagai teknik menilai yang menonjol adalah wawancara umum. Mari kita lihat sesuatu yang membicarakan tempat sebuah kelas di sekolah dasar dan lihat bagaimana pengembangannya.

Guru : Pada pelajaran hari ini, saya akan memperkenalkan wawancara umum. Untuk itu kita kita membutuhkan sukarelawan, seseorang yang bersedia diwawancarai di depan kelas.Orang yang diwawancarai datang ke depan dan duduk di sini di kursi saya, di depan ruangan. Saya akan menuju tempat duduknya dan menanyainya dari sana. Kamu lihat orang yang sedang diwawancarai akan menjadi perhatian umum.Sekarang, apa yang pertama akan saya lakukan adalah menanyakan topik wawancara yang mau dibicarakan. Ia dapat memilih satu dari berbagai topik yang kita susun dalam tataran nilai atau beberapa topik lain, bahkan topik tertentu, seperti apakah ia keluar pada akhir pekan, atau gagasannya terhadap problem atau keputusan yang ia munculkan. Berapa yang ia pilih. Kemudian saya akan menanyakan kepadanya pertanyaan- pertanyaan menjelaskan, pertanyaan-pertanyaan yang menolongnya lebih memperjelas topik yang diwawancarai, atau pertanyaan-pertanyaan yang saya pikir mungkin menolong kelas untuk memperjelas atas apa yang ia katakan.Omong-omong, jika kamu sebagai sukarelawan, kemudian saya pilih topik. Namun demikian kamu selalu dapat menolak pilihan saya.Dan jika kamu sukarelawan, santai saja, kamu dapat saja selalu “keluar”. Kalau pertanyaan saya yang ditujukan kepadamu dianggap terlalu pribadi atau agaknya kamu tidak akan menjawabnya di sini di depan setiap orang, kamu cukup katakan, “saya lewatkan” dan saya akan lanjutkan pertanyaan lain.Dan jika kamu ingin wawancara diakhiri, kamu cukup mengatakan: “Terimakasih untuk pertanyaan- pertanyaanmu”. Hal tersebut merupakan tanda untuk kembali

Bagaimana Mengajar tentang Nilai-nilai: Sebuah Pendekatan Analitik

ke tempat dudukmu dan untuk mengakhiri wawancara. Sekarang siapa yang bersedia untuk diwawancarai? Baiklah, Paul, kamu yang pertama. Yang lain mungkin mempunyai kesempatan di lain waktu. Duduk di kursi saya, Paul. Saya akan duduk di belakang. Bagaimana perasaan kamu, Paul?

Paul : (di kursi guru) Baiklah kalau begitu Guru : Apakah kamu ingat apa yang kamu katakan, jika kamu

agaknya tidak akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang khusus (Memastikan kondisi untuk dipahami)

Paul : Saya lewatkan Guru : Dan jika kamu ingin mengakhiri wawancara sebelum waktu

habis? Paul : Saya katakan, “Terimakasih untuk pertanyaan-pertanyaanmu” Guru : Baik, Paul, sekarang topik apa yang kamu sukai untuk

ditanyai? Paul : Saudara perempuan saya Guru : Maukah kamu menceritakan kepada kita tentang saudara

perempuanmu, Paul? Paul : Baiklah, dia dua tahun lebih muda dari saya, dan dia selalu

maunya sendiri saja. Seperti berbantah tentang apa acara pro- gram TV yang ditonton, dan selalu tergantung bila saya bermain, dan dia......dia hanya menyusahkan.

Guru : Apakah kadang-kadang kamu berperilaku juga seperti dia? Paul : Tidak, tidak sama sekali (Tertawa) Guru : Bagaimana kamu mengartikan benci? Apakah yang dimaksud

dengan kata tersebut? Paul : Buruk sekali. Seperti saya mau membunuhnya. Ia harus pergi

jauh. Guru : Apakah perbedaan antara benci dan tidak suka? Paul : Satu lebih kuat. Benci adalah lebih kuat. Guru : Apakah perbedaan antara membenci seseorang dengan

membenci sesuatu yang orang benci lakukan? Paul : Hmm. Saya berpikir pada saat ketika saya tidak membenci

saudara perempuan saya. Suatu waktu kita berjalan bersama

Klarifikasi Nilai-nilai

dan seseorang berkata begitu manisnya kami terlihat bersama, kita lebih muda dan berjalan bergandengan tangan. Itu merupakan perasaan baik. Tetapi saya tidak mengetahui, jika kamu cukup membenci sesuatu dari orang yang saya harapkan mengakhiri membenci seseorang. Betulkah itu?

Guru : Apa yang kamu pikirkan? Paul : Saya tidak tahu Guru : Paul, apa yang akan kamu lakukan terhadap situasi antara

kamu dengan saudara perempuanmu? Kelihatannya kamu tidak menyukai sesuatu dari cara yang dia lakukan?

Paul : Apa yang dapat saya lakukan? Saya mengetahui apa yang akan saya lakukan......(Tertawa)

Guru : Baiklah, satu hal yang dapat anda lakukan adalah hindari dia, yang lainnya adalah coba lakukan sesuatu sebelum bertindak, sehingga hanya ada sedikit pertikaian antara kamu dengan dia. Alternatif apa lagi kira-kira?

Paul : Saya tidak tahu. Tapi terimakasih atas pertanyaan anda. Boleh saya pergi?

Guru : Tentu, Paul. Itulah aturannya, kapan saja kamu mau. Terimakasih.

1. Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin ditanyakan dalam wawancara umum dapat bervariasi. Sebagai contoh, Raths, Harmin dan Simon (1966) menyarankan pertanyaan-pertanyaan berikut, antara yang lain, yang dapat ditanyakan kepada anak-anak yang lebih tua: “Apakah kamu percaya kepada Tuhan?”, “Kemungkinan besar apakah kamu kawin dengan bangsamu?”, “Apakah kamu akan mengundang orang kulit hitam di rumahmu untuk makan malam?”, “Apakah kamu akan pergi ke sekolah minggu atau kelas agama?”, dan “Apakah yang kamu pikirkan terhadap ibu yang menampar tangan anak lelakinya yang kecil yang sedang bermain dengan kemaluannya?”

a. Menurut pendapatmu apakah pertanyaan seperti itu tepat? Mengapa ya atau tidak?

b. Berbagai subjek apakah yang tidak akan ditanyakan tentangnya di depan umum? Jika demikian, apa saja hal itu? Mengapa hal-hal tersebut tidak akan ditanyakan darinya tentang berbagai topik?

Bagaimana Mengajar tentang Nilai-nilai: Sebuah Pendekatan Analitik

2. Salah satu dari berbagai argumen menyatakan bahwa para penjelas nilai membuat wawancara umum adalah bahwa peserta didik akan “tak terelakkan” mengolah jawaban mereka secara mental dan melakukan pertimbangan nalar terhadap apa mereka yang telah dikatakan dalam pernyataan-pernyataan umum mereka. Apakah kamu setuju bahwa hal itu kemungkinan sekali terjadi? Mengapa ya atau mengapa tidak?

3. Apakah kamu menggunakan suatu aktivitas untuk dirimu sendiri? mengapa ya atau mengapa tidak?