Dukungan dan Perlindungan dari Masyarakat Sipil

V. Dukungan dan Perlindungan dari Masyarakat Sipil

Dukungan terhadap keluarga korban kerusuhan Mei 1998 diberikan dengan memberikan bantuan selayaknya dukungan terhadap korban kematian biasa. Di kampung Ruyati, yaitu kampung Penggilingan Jakarta Timur, terdapat dua

Dukungan yang sesungguhnya bagi korban kerusuhan Mei 1998 diperoleh dari sesama korban pelanggaran HAM dan para pendamping dari LSM. Ketika mendapatkan undangan dari TRK menjelang 40 hari peringatan meninggalnya para korban kerusuhan Mei 1998, Ruyati dan para korban semula merasa sedih sekali. Ketika tim relawan memberikan bantuan dalam sebuah amplop, para korban merasa inikah yang diberikan kepada mereka setelah anak-anak dan keluarga mereka meninggal? Apakah dengan pemberian itu berarti masalah selesai?

Lama para korban terselimuti rasa sedih, marah dan kecewa. Namun hal itu berkurang ketika Romo Sandyawan, koordinator TRK, memberikan sam- butan bahwa bantuan itu sekedar untuk mempersiapkan peringatan 40 para korban yang meninggal dunia. Upaya yang lebih penting adalah pertemuan- pertemuan mereka selanjutnya yang tidak saja memberikan penguatan antar sesama korban, namun juga penguatan-penguatan kesadaran yang diperlukan

oleh para korban dalam mengadvokasi kasus mereka selanjutnya. 21 Dukungan selanjutnya yang diberikan oleh pendamping kepada paguyuban

korban Mei 1998 antara lain adalah sebagai berikut:

1. Dukungan moril dengan cara menguatkan korban dan memberikan pe- nyadaran mengenai konteks masalah kerusuhan Mei 1998 secara lebih luas. Hal ini tidak saja membuat para korban kuat, namun juga dapat mensosialisa- sikan kepada publik bahwa kerusuhan Mei 1998 ada pihak yang harus bertang- gungjawab, yaitu pemerintah.

2. Modal pinjaman membuka usaha kecil-kecilan, dari memasok baju-baju muslim dan sepatu-sepatu untuk dijual lagi, fasilitasi peminjaman beras sesuai dengan kebutuhan per hari untuk tiap keluarga. Modal ini semestinya dapat

21 Wawancara dengan Ruyati tanggal 20 Januari 2009

Selain dukungan berupa dana rangsangan untuk usaha dan untuk kehidupan sehari-hari, kegiatan-kegaitan paguyuban korban bersama pendamping se- perti TRK, Elsam, KontraS, Suara Ibu Peduli dan lain-lain dirasakan manfaat- nya oleh para keluarga korban. Di antara manfaat itu yang dapat dicatat oleh Ruyati sebagai berikut:

1. Mendapatkan pengetahuan dan wawasan baru. Bagi ibu-ibu yang biasa han- ya bekerja di dapur seperti Ruyati merasa bahwa dalam 30 tahun era pemerin- tahan rejim Soeharto dia tidak tahu apa yang terjadi. Maka dia juga tidak tahu apa yang terjadi pada Mei 1998 yang menewaskan anaknya. Setelah anaknya menjadi korban, dia mulai merasa memahami sesuatu mengenai kaitan kejadi- an itu dengan politik kekuasaan. Pengertian ini mulai ada sejak dia turut aktif dalam forum berkumpul dan berdiskusi sesama korban dengan ditemani para pendamping korban.

2. Mendapat pengetahuan bagaimana harus mengatasi keadaan sulit dari re- lawan TRK, dan mendapatkan pengetahuan bagaimana mengadvokasi ka- sus dari KontraS. Kontras dan IKOHI mulai memiliki kegiatan dengan kor- ban Mei 98 adalah sejak tahun 2004. Sebelumnya sejak kejadian tahun 98 yang mendampingi adalah TRK sampai TRK tidak aktif tahun 2006. Penguatan lebih lanjut didapatkan dari IKOHI sejak bergabung dengan organisasi ini yang se- cara khusus bekerja untuk mengadvokasi kasus-kasus pelanggaran HAM sep- utar pembunuhan dan penghilangan orang.

3. Mendapatkan pengetahuan mengenai kasus-kasus pelanggaran HAM lain- nya ketika beraktivitas di bersama IKOHI kasus korban Mei 98 maupun lain- nya. Dengan korban pada pelanggaran HAM lainnya merasa seperti keluarga dan tidak asing lagi antara satu dengan yang lain, dan bisa memperkuat satu sama lain untuk menghadapi hari mendatang. Kondisi seperti ini tidak mung- kin tanpa beraktivitas dalam organisasi seperti IKOHI.

4. Memperkuat diri sendiri sembari terus mengusahakan supaya kasus yang dihadapi korban dapat dituntaskan.

Walaupun terdapat manfaat-manfaat yang penting bagi korban, namun ketika melakukan aktivitas untuk mengadvokasi kasus kerusuhan Mei 1998, ada be- berapa kendala yang dihadapi oleh Ruyati bersama korban lainnya. Kendala itu antara lain sebagai berikut:

a) Pengorbanan diri. Sebagai korban harus berkorban untuk kekuatan orga-

b) Mengaktifkan paguyuban. Kini kegiatan rutin paguyuban hanya diikuti le- bih kurang 25-30, separuh dari jumlah anggota Paguyuban. Mereka tidak bisa terlibat aktif lagi oleh karena sebagian mereka adalah tulang punggung kelu- arga baik karena kehilangan suami maupun karena pasangan mereka jatuh ke dalam depresi berat akibat keluarganya menjadi korban, ataupun sebab lainnya

c) Ibu-ibu lebih aktif daripada bapak-bapak. Hal ini berkaitan dengan poin nomor 2, bahwa ketidakaktifan bapak-bapak dalam Paguyuban disebabkan beberapa hal yaitu karena depresi ditinggal keluarga yang menjadi korban kerusuhan, namun ada juga yang sejak awal memang malas. Dari kaca mata ibu-ibu, kehidupan terus berlangsung maka berbuat apapun untuk bisa ber- tahan. Supaya dandang tetap mengebul.

Dari Penjara Ke Penjara

Azwar Kaili

Korban Peristiwa Talang Sari, 1989