Sistem Dukungan Bagi Bagi HRD Kasus Penculikan

IV. Sistem Dukungan Bagi Bagi HRD Kasus Penculikan

Dukungan moral dan psikologis tentu saja sangat diharapkan oleh Mugiyanto pascapembebasan dirinya. Ia merasa sangat beruntung mendapatkan duku- ngan yang begitu berlimpah, khususnya dari anggota keluarga, para aktivis prodemokrasi 1998, dan teman-teman dekatnya yang lain. Mereka semua men- dukung Mugiyanto dan menyatakan bahwa sejak awal langkah yang dipilih Mugi dalam memperjuangkan kebebasan sipil dan politik di Indonesia bukan- lah suatu kesalahan, dan langkah itu kini bisa dinikmati oleh orang banyak.

“Itulah memang yang ingin saya lakukan dalam hidup saya. Setelah menikah dan memiliki anak, saya juga mendapatkan dukungan yang sepenuhnya dari istri dan anak saya (la vita es bella!)Dari situ saya sadar dan senang bahwa saya survived! Tetapi survived saya tidak cukup, ternyata. Sehingga saya membu- tuhkan dukungan yang lain untuk kemudian bangkit, melanjutkan hidup dan bahkan melakukan usaha advokasi. ”Dukungan demi dukungan dari keluarga korban dan organisasi-organisasi HAM yang lain, mendorong Mugi untuk membentuk IKOHI (Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia).

Mugiyanto sempat mengingat hal-hal yang terjadi pada dirinya pascapem- bebasan dari Polda Metro Jaya. Mugi mengakui bahwa dirinya mendapatkan surat perlindungan dari Puspom TNI yang ditandatangani oleh Mayjen Syam sul Djalal (Dan Puspom saat itu). Ia sempat menyimpan dokumen itu, yang sewaktu-waktu bisa digunakan jika peristiwa penculikan menimpa dirinya. Mugi juga menyatakan bahwa surat itu berisi penjaminan terhadap Mugiyan- to hingga waktu yang tidak ditentukan, namun kini surat itu hilang entah ke mana.

Mugi mengakui, ancaman kekerasan dan teror pembunuhan masih ia rasakan hingga tahun 2003. Mugi kemudian melaporkan pengalamannya kepada PBB. Hasil laporannya tersebut ditindaklanjuti dengan pemberitahuan khusus ke- pada Deplu RI untuk meminta Mabes Polri menindaklanjuti dengan memberi perlindungan kepada Mugiyanto. Namun, justru perlindungan itu ia dapatkan dari aktivitas Mugiyanto bersama dengan komunitas korban dan jaringan LSM.

Mugiyanto menyadari bahwa negara masih sulit memberikan mekanisme per- lindungan, terutama apabila tindakan kriminalisasi pekerja dan pembela HAM masih dilakukan oleh negara itu sendiri. Mugiyanto bahkan berharap dengan adanya lembaga perlindungan saksi dan korban yang independen seperti LPSK bisa dijadikan sarana untuk mendorong negara untuk memajukan regu- lasi-regulasi khusus terkait dengan mekanisme perlindungan pembela HAM.

Dalam menjalankan aktivitasnya di Ikohi, Mugiyanto selalu bekerjasama de-

Advokasi ia tekankan bukan pada sebentuk keberhasilan yang bisa diraih dalam hitungan waktu atau diukur dengan angka-angka statistik, karena bergelut di dunia HAM selain mengedepankan rasionalitas dan nilai-nilai yang terkandung dalam prinsip-prinsip HAM itu sendiri, pegiat HAM juga harus mengedepankan aspek pendidikan, pencerahan dan peningkatan pemahaman. Tidak lupa menanamkan nilai-nilai HAM dan demokrasi juga harus dilakukan sebagai corak dominan dalam advokasi penegakan HAM.

Keleluasaan yang bisa dinikmati dalam berbagai aktivitas, seperti kebebasan berekspresi, membangun organisasi HAM atau organisasi korban, membuat penerbitan, bisa bepergian ke mana saja dengan bebas, menjadi sesuatu yang sulit kita lakukan sampai 1998, sejak Orde Baru berdiri. Tentu saja, kita belum pernah menyaksikan kisah tentara dan polisi yang digiring ke muka pengadi- lan karena melakukan tindak kejahatan pidana yang mereka lakukan, meski pada akhirnya pengadilan menjatuhkan vonis tidak bersalah.

Keadilan sejati adalah keadilan yang melebihi semua prosedur rumit dan ber- belit-belit yang harus dihadapi oleh korban dan keluarga korban itu sendiri. Sehingga, jika pengadilan masih belum bisa menyediakan keadilan dan ke- benaran sebagaimana yang dicita-citakan oleh para korban dan keluarga kor- ban pelanggaran HAM sejak dulu, bukan berarti keadilan dan kebenaran tidak bisa dicapai dengan cara lain. Meraih keadilan dengan melibatkan harapan, dukungan, dan berbagai bentuk solidaritas yang tak henti-hentinya disalurkan demi perjuangan para korban dan keluarga korban pelanggaran HAM untuk menuntut keadilan dan kebenaran atas peristiwa di masa lalu, yang memisah- kan mereka dengan orang-orang terkasih.

Tulang Punggung Masa Depan itu Pergi Untuk Selamanya

Ruyati Darwin

Korban Tragedi Mei 1998