Konsep Utama Dana Box dan Zakat

1. Konsep Utama Dana Box dan Zakat

Dana box merupakan “paket tarbiyah” langsung dari muallif Shalawat Wahidiyah (KH. Abdoel Madjid Ma’roef ) agar dilaksanakan oleh setiap pengamal Wahidiyah secara rutin setiap hari menurut kemampuan, kesadaran, dan keikhlasan masing-masing.

Wahidiyah memberikan bimbingan praktis kepada umat dalam penerapan ajaran Islam, zhâhiran wa bâthinan, syar’an wa haqîqatan. Bimbingan prkatis yang diajarkan Wahidiyah meliputi bidang iman, khususnya soal tauhid, soal kesadaran kepada Allah dan rasul-Nya, serta bidang Islam dan ihsan dalam segala bentuk hubungan manusia, baik dalam hubungannya dengan Allah dan rasul-Nya maupun yang berhubungan dengan sesama manusia, bahkan dengan sesama makhluk Allah.

Beramal dengan harta dalam bentuk shadaqah/infak/amal jariyah adalah amal shaleh yang dianjurkan dalam Islam. Bahkan berzakat diwajibkan dan menjadi rukun Islam ketiga yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim yang berkemampuan. Tindakan tersebut dimak- sudkan untuk memenuhi firman Allah: “Berangkatlah (berjuanglah) sekalipun dalam keadaan terasa ringan atau terasa berat, dan ber-

Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural jihadlah dengan harta dan tenagamu di jalan Allah. Yang demikian

itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” Begitu pula perintah dan anjuran shadaqah/infak/amal jariyah yang disebutkan dalam hadits-hadits Nabi Muhammad Saw.

Yang dimaksud berjihad dengan harta dalam ayat tersebut ada- lah berinfak di jalan Allah yang dapat dilaksanakan dalam bentuk zakat, shadaqah, wakaf, dan jariah. Oleh karena itu, muallif Shalawat Wahidiyah memberi bimbingan kepada para pengamal Wahidiyah dengan cara-cara yang praktis, mudah, ringan, tertib, terarah, efektif, dan efisien dalam melaksanakan perintah Allah, yaitu dengan meng- gunakan sistem dana box.

Dikatakan praktis karena bimbingannya tidak hanya bersifat teoretis-ilmiah, tetapi juga dibimbing sampai tingkat praktik pelak- sanaannya. Dikatakan mudah karena dapat dilakukan oleh semua pengamal Wahidiyah: tua-muda, laki-laki-perempuan, baik dari kalangan berada maupun dari kalangan yang tidak atau kurang mampu. Dikatakan ringan karena tidak ada pengaruh-pengaruh yang bersifat paksaan, baik pengaruh lahir maupun pengaruh yang bersifat psikologis. Ia bersifat suka rela menurut kadar kemampuan dan keikhlasan masing-masing. Dikatakan tertib karena dilakukan setiap hari oleh masing-masing pengamal Wahidiyah di rumahnya sendiri- sendiri tanpa mengganggu pekerjaan (kebutuhan) rumah tangga. Di samping itu juga terkoordinir dari tingkat PSW Desa sampai dengan DPP PSW.

Dana box juga dikatakan terarah karena dalam mengisi dana box tersebut harus sungguh-sungguh diarahkan semata-mata hanya mengharap keridhaan Allah; dalam istilah di Wahidiyah harus dijiwai oleh lillâh-billâh, lirrasûl-birrasûl, lilghauts-bilghauts! Selain itu, dana box diarahkan untuk menunjang perjuangan di jalan Allah, yaitu perjuangan kesadaran fa firrû ila Allâh wa rasûlih, suatu perjuangan untuk membebaskan umat manusia dari belenggu kemusyrikan yang menyesatkan, membebaskan manusia dari cengkeraman hawa nafsu yang menyeret kepada kehancuran dan kebinasaan di dunia dan di

Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah akhirat. Dikatakan efektif karena dana box tepat pada sasaran yang

dituju dan jelas arah penggunaannya, yakni untuk perjuangan Wahidiyah. Sedangkan dikatakan efisien karena dengan biaya dan tenaga yang tersedia dan ringan akan memeroleh hasil yang melim- pah, terutama di sisi Allah dan rasul-Nya.

Adapun munculnya dana box didasarkan pada firman Allah dan juga hadits Rasulullah yang menganjurkan kepada semua orang untuk berinfak dan bersadaqah; adanya hikmah yang akan diperoleh bagi mereka yang mau berinfak dan bersadaqah, serta adanya ancaman bagi mereka yang tidak mau menafkahkan hartanya.

Di antara firman Allah yang menjadi dasar adanya dana box adalah: “Berangkatlah (berjuang) sekalipun dalam keadaan terasa ringan atau terasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan tenagamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q S. At-Taubah [9]: 41);” dan “Hai orang-orang yang beriman, dermakanlah sebagian dari rizki yang Kami berikan ke- padamu sebelum datangnya suatu hari yang tiada lagi jual beli, tiada lagi persahabatan dan pertolongan” (Q S. Al-Baqarah [2]: 254).

Setiap hari, bahkan setiap saat, kita selalu menerima pemberian (rizki) dari Allah. Dengan ayat tersebut, dapat dipahami bahwa kita setiap hari harus mendermakan sebagian dari rizki yang kita terima. Dalam hal ini, sistem dana box merupakan cara yang lebih ringan dan mudah untuk digunakan.

Selain ayat Al-Q ur’an, konsep dana box juga didasarkan pada hadits nabi: “Dari Sayyidina Hasan, Rasulullah bersabda: “Bentengi- lah hartamu dengan berzakat, obatilah orang-orang yang sakit dengan bersedekah, dan hadapilah gejolak balak dengan berdoa dan merasa rendah (hina) di hadapan Allah” (H.R. Abu Daud).

Hadits nabi yang lain yang juga menganjurkan agar umat Islam banyak bershadakah dan berinfak adalah: “Takutlah (hindarilah) api neraka, sekalipun hanya dengan sedekah separo biji kurma. Barang siapa tidak memilikinya maka dengan ucapan yang bagus (H.R. Ahmad).

Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural Selain ayat Al-Qur’an dan juga hadits nabi, kita juga menjumpai

anjuran berinfak dan bersadaqah dari para sahabat. Sayyidina Ali, misalnya, pernah berkata: “Pada zaman akhir agama tidak bisa berdiri tegak kecuali dengan harta.”

Hal ini mengandung arti bahwa di akhir zaman seperti saat ini setiap orang harus memiliki harta (uang/materi) agar dapat menegak- kan agamanya. Perjuangan Wahidiyah mempunyai misi menegakkan kemurnian ajaran Islam pada akhir zaman, baik di bidang syari’at maupun bidang haqiqat, yang secara otomatis membutuhkan ber- bagai macam penunjang demi kelancaran perjuangan tersebut. Semua itu menjadi tanggung jawab bersama bagi seluruh pengamalnya.

Lantas mengapa dana box harus dilakukan secara rutin. Hal tersebut didasarkan pada ayat Al-Qur’an dan juga hadits nabi. Ada- pun ayat Al-Qur’an yang dimaksud adalah: “Mereka yang menderma- kan hartanya setiap malam dan hari dengan samar atau terang- terangan maka baginyalah pahala di sisi Tuhan mereka dan mereka tidak akan mengalami kekhawatiran dan kesusahan” (Q S. Al-Baqarah [2]: 274). Sedangkan hadits nabi yang dimaksud adalah: “Amal per- buatan yang paling disukai oleh Rasulullah adalah yang rutin (kontinu) meskipun sedikit” (H.R. At-Turmudzi). Juga hadits nabi: “Segera bersedekahlah setiap pagi karena sesungguhnya balak itu tidak akan melangkahi sedekah” (H.R. Baihaqi).

Hadits Rasulullah yang lain menyatakan: Setiap pagi ada dua malaikat yang mendoakan hamba-hamba Allah; salah satunya berdoa: “Ya Allah orang yang berinfak pada hari ini berilah ganti”, dan satunya lagi berdoa: “Ya Allah orang yang tidak mau berinfak pada hari ini berilah kerusakan” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Selain adanya perintah dan juga anjuran dari Allah dan rasul- Nya untuk berinfak dan bershadaqah, konsep dana box juga didasar- kan pada adanya jaminan terhadap orang yang mau berinfak dan bershadaqah. Allah telah menjanjikan anugerah yang tiada banding- annya terhadap orang yang mau mengeluarkan sebagian hartanya untuk berinfak dan beshadaqah, di antaranya: “Perumpamaan (infak

Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah yang dikeluarkan) oleh orang-orang yang menginfakkan hartanya di

jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuh- kan tujuh butir, pada tiap-tiap butirnya ada seratus biji. Dan Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Di dalam hadits nabi juga ada jaminan bagi orang yang mau menafkahkan hartanya, di antaranya: “Barang siapa berinfak di jalan Allah maka baginya dituliskan (pahala) tujuh ratus kali lipat (H.R. Ahmad, at-Tirmidzi, dan an-Nasai).

Di sisi lain ada ancaman bagi orang yang tidak mau menafkah- kan hartanya. Dalam hal ini Allah berfirman: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak (harta kekayaan) dan tidak menafkah- kannya di jalan Allah maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mengalami) siksaan yang pedih” (Q S. at-Taubah [9]: 34); “Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka jahan- nam, lalu dibakar dengannya dahi, lambung, dan pinggang meraka (sambil dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri oleh sebab itu rasakanlah sekarang (aki- bat dari) apa yang kamu simpan itu” (Q S. at-Taubah [9]: 35).

Sementara itu, Rasulullah juga mengecam orang yang tidak mau berinfak. Dalam sebuah hadits dinyatakan: “Tiada orang yang mempunyai harta yang tidak dizakati kecuali dia akan dibakar di atas hartanya itu di dalam neraka jahanam. Hartanya itu akan di- jadikan semacam setrika untuk menyetrika kedua lambung dan ke- ningnya sampai Allah menghakimi di antara hamba-hamba-Nya di suatu hari yang ukuran (hari dunia) sama dengan lima puluh ribu tahun (per harinya). Kemudian setelah itu baru diketahui dia ke surga ataukah ke neraka” (H.R. Imam Muslim).

D i tempat lain, Rasulullah juga menyatakan: “O rang yang dermawan itu dekat kepada Allah, dekat kepada manusia (disenangi masyarakat), dekat dari surga dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang bakhil (pelit) akan jauh dari Allah, jauh dari manusia (tidak disenangi masyarakat), jauh dari surga dan dekat dengan neraka.

Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural Orang bodoh namun dermawan lebih dicintai oleh Allah daripada

ahli ibadah tetapi bakhil.” Dengan memerhatikan ayat Al-Qur’an dan hadits di atas, dapat

dipahami betapa besar kecaman dan ancaman Allah terhadap orang yang enggan mengeluarkan zakat dari hartanya dan enggan berinfak atau bershadaqah di jalan Allah. Mereka dianggap belum sempurna pengabdiaannya. Mereka akan mengalami siksa yang pedih dan harta yang mereka simpan (timbun) akan menyiksanya. Semakin banyak harta yang disimpan maka semakin banyak pula siksaannya dan semakin pedih pula azab yang menimpanya. Bahkan yang lebih parah lagi adalah mereka dicap sebagai orang yang bakhil sehingga menjadi jauh dari Allah, jauh dari manusia (tidak disenangi masyarakat), jauh dari surga, dan dekat ke neraka. Singkatnya, orang yang enggan ber- shadaqah/berinfak akan dimasukkan ke dalam neraka seperti sabda nabi: “Orang yang pelit tidak bisa masuk surga sekalipun dia ahli bertapa.”

Sebaliknya, orang yang gemar bershaqah akan mendapat jamin- an anugerah atau kenikmatan yang sangat besar dari Allah, kenikmat- an yang tidak dapat dinilai harganya, tidak dapat dihitung, tidak dapat dibandingkan dengan seluruh dunia dan semua isinya. Oleh karena itulah, muallif ShalawatWahidiyah (KH. Ma’roef ) selalu menganjur- kan kepada seluruh pengamal Shalawat Wahidiyah untuk ikut ber- juang dengan harta dan tenaganya, baik lahir maupun batin. Di antara shadaqah atau infak yang sangat mudah untuk dilakukan adalah dengan melalui dana box secara rutin setiap hari, sesuai dengan kemampuan dan kesadaran setiap orang.