Shalawat Wahidiyah

F. Shalawat Wahidiyah

1. Lafal dan Terjemah Shalawat Wahidiyah

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Pengayang

Kami hadiahkan ke haribaan pemimpin kami Baginda Nabi Muhammad Saw., membaca al-fatihah (7 X).

61 Q.S. Al-Anbiya [21]: 107. 62 QS. As-Saba’ [34]: 28.

Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Dan kami hadiahkan ke pangkuan ghauts hâdza az-zamân, para pembantunya, dan segenap kekasih Allah, radhiyallâhu ta’âlâ ‘anhum (semoga Allah meridhai mereka), membaca al-fatihah (7X).

Ya Allah, ya Tuhan Yang Mahaesa, ya Tuhan Yang Mahasatu, ya Tuhan Yang Maha Menemukan, ya Tuhan Yang Maha Mem- beri, limpahkanlah shalawat, salam, dan barakah atas junjungan kami baginda Nabi Muhammad dan atas keluarga Nabi Muham- mad pada setiap berkedipnya mata dan naik-turunnya nafas, sebanyak bilangan segala sesuatu yang Allah Maha Mengetahui- nya dan sebanyak limpahan pemberian serta kelestarian peme- liharaan-Nya. Baca al-fatihah (100 X).

Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

Ya Allah, sebagaimana keahlian ada pada-Mu, limpahkanlah shalawat, salam, dan barakah atas junjungan kami, pemimpin kami, pemberi syafa’at kami, kekasih kami, dan buah-jantung- hati kami Baginda Nabi Muhammad Saw. yang sepadan dengan keahliannya; kami bermohon kepada-Mu ya Allah, dengan hak kemuliaannya, tenggelamkan kami dalam pusat-dasar samudera keesaan-Mu sedemikian rupa sehingga tiada kami melihat dan mendengar, tiada kami menemukan dan merasa, tiada kami ber- gerak ataupun berdiam, melainkan senantiasa merasa di dalam samudera tauhid-Mu; dan kami bermohon kepada-Mu, ya Allah, limpahilah kami ampunan-Mu yang sempurna, ya Allah, nikmat karunia-Mu yang sempurna, ya Allah, sadar ma’rifat kepada-Mu yang sempurna, ya Allah, cinta kepada-Mu dan kecintaan-Mu yang sempurna, ya Allah, ridha kepada-Mu serta memeroleh ridha- Mu yang juga sempurna, ya Allah. Dan sekali lagi, ya Allah, limpahkanlah shalawat salam dan barakah atas Baginda Nabi dan atas keluarga serta sahabat beliau, sebanyak bilangan segala yang diliputi oleh ilmu-Mu dan termuat di dalam kitab-Mu; dengan rahmat-Mu, ya Tuhan, Maha Pengasih dari seluruh pengasih; Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Baca al-fatihah (7 X)

Duhai pemberi syafa’at atas makhluk; shalawat serta salam Allah kusanjungkan,

Kepadamu duhai Nur-cahaya makhluk, pembimbing manusia Duhai asal dari unsur dan jiwa makhluk; bimbinglah kami

Sungguh, aku manusia yang senantiasa berbuat zhalim , didiklah kami

Tiada arti diriku tanpa engkau duhai Sayyidi, Jika engkau hindari aku (akibat keterlaluan yang berlarut-larutku),

pastilah, pastilah, pasti aku akan hancur dan binasa. Duhai pemimpin kami, duhai utusan Allah!

Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Duhai Ghauts Zaman, salam Allah Ku haturkan ke pangkuanmu; bimbing dan didiklah aku dengan

izin Allah; Dan arahkan pancaran sinar nazhrah-mu kepadaku Ya Sayyidi, Radiasi batin yang me- wushul-kan aku, sadar ke hadirat Yang

Mahaluhur Tuhanku.”

Duhai nabi pemberi syafa’at atas makhluk, duhai kekasih Allah, Ke pangkuanmu shalawat dan salam Allah kusanjungkan; Jalanku buntu, usahaku tak menentu buat kesejahteraan negeri-

ku, Raihlah tanganku Ya Sayyidi, tolonglah aku dan seluruh umat ini! “Duhai pemimpin kami, duhai utusan Allah!”

Ya Tuhan kami, ya Allah, limpahkanlah shalawat salam atas baginda Nabi Muhammad pemberi syafa’at umat; dan atas keluarganya; dan jadikanlah umat manusia segera

kembali mengabdikan diri dan sadar kepada Tuhan Semesta Alam.

Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

Ya Tuhan kami, ampunilah segala dosa-dosa kami, permudahlah segala urusan kami, bukakanlah hati dan jalan kami, dan tunjuki- lah kami,

Pereratlah persaudaraan dan persatuan di antara kami, ya Tuhan kami!

Ya Allah, limpahkanlah berkah di dalam segala makhluk yang Engkau ciptakan dan di dalam negeri ini ya Allah, dan di dalam mujahadah ini, ya Allah!”

ISTIGHRAQ! (berdiam: segala perhatian tertuju hanya kepada Allah! Pendengaran, perasaan, ingatan, pikiran, dan penglihatan, seluruhya dikonsentrasikan kepada Allah).

Al- Fatihah! Kemudian membaca doa berikutini:

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah, dengan hak kebesaran asma-Mu, dan dengan kemuliaan serta keagungan Baginda Nabi Muhammad Saw., dan

Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

dengan barakah ghauts hâdza az-zamân wa a’wânihi serta segenap auliya, kekasih-Mu, ya Allah, ya Allah, ya Allah, radhiya Allâhu ta’âlâ ‘anhum, sampaikanlah seruan kami ini kepada jamî’al ‘âlamîn dan letakkanlah kesan yang merangsang di dalamnya; Maka sesungguhnya Engkau Mahakuasa berbuat segala sesuatu dan Mahaahli memberi ijâbah (pengabulan).

Fafirrû ila Allâh! = Besegeralah kembali kepada Allah! Wa qul jâ-al haqqu … = “Dan katakanlah (wahai Muhammad)

perkara yang haqq (benar) telah datang dan musnahlah perkara yang batal. Sesungguhnya perkara yang batal itu pasti musnah.”

Al- Fatihah! (membaca surat al-Fatihah).

2. Karakteristik Shalawat Wahidiyah

Shalawat Wahidiyah termasuk shalawat ghairu ma’tsurah yang dianggit oleh KH. Abdoel Madjid Ma’roef. Di dalam shalawat ini paling tidak terdapat enam karakter, yakni:

Pertama, sebagaimana tertulis di dalam Lembaran Shalawat Wahidiyah, ia merupakan rangkaian doa shalawat nabi, termasuk tata cara dan adab pengamalannya.

Kedua, ia bagaikan suatu obat bagi penyakit-penyakit batiniah yang hanya bisa dirasakan reaksinya dalam batin seseorang jika diamalkan. Tidak cukup hanya dipelajari atau diketahui komposisi dan kegunaannya.

Ketiga, di dalamnya terdapat doa-doa permohonan agar diberi keimanan (ketauhidan) dan kesadaran kepada Allah yang disertai bim- bingan kesadaran billâh untuk merealisasikan keteladanan Rasulullah sebagai pengentas umat dari kegelapan syirik. Selain itu, di dalamnya juga terdapat doa permohonan pertolongan (syafa’at) bagi umat manu- sia, memohonkan kesadaran kepada Allah bagi manusia, memohon dan memohonkan ampunan, dipermudahkan segala urusan kebaikan, dibukakan hatinya, diberi petunjuk, dan agar diberi kedamaian (kesejahteraan), kerukunan dengan sesama, memohonkan barakah

Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural (bertambahnya kebaikan) terhadap negara dan seluruh makhluk cipta-

an Allah. Keempat, ia merupakan rangkuman shalawat nabi, seperti shala-

wat-shalawat lain yang boleh diamalkan oleh siapa saja tanpa disyarat- kan adanya sanad atau silsilah seperti yang berlaku dalam amalan tarekat. Sebab, seluruh shalawat sanad-nya adalah shahib ash shalawât sendiri, yaitu Rasulullah. Hal ini berbeda dengan tarekat yang di- haruskan adanya mursyid yang kâmil-mukammil. 63

Kelima, ia mempunyai sistem ajaran dan bimbingan praktis yang disebut ajaran Wahidiyah.

Keenam, shalawat dan ajaran Wahidiyah mulai disiarkan pada tahun 1963 dan telah di-ijazah-kan secara mutlak oleh muallif-nya (KH. Abdoel Madjid Ma’roef ). Siapa saja dan dari mana pun meme- rolehnya telah diberi izin untuk mengamalkan dan menerapkannya, bahkan dianjurkan supaya menyiarkan kepada masyarakat luas dengan ikhlas dan bijaksana.

3. Dasar-Dasar Shalawat Wahidiyah

Dasar-dasar Shalawat Wahidiyah dan pengamalannya tidak ber- beda dengan shalawat-shalawat lain, yaitu firman Allah: “Sesung- guhnya Allah dan para malaikat-Nya membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Wahai orang-orang yang beriman, bacalah shalawat dan sampaikan salam sebaik-baiknya kepadanya”. 64

Selain ayat di atas, Shalawat Wahidiyah juga didasarkan pada hadits-hadits nabi yang menjelaskan tentang pentingnya membaca shalawat kepada nabi seperti telah dijelaskan di depan.

63 Lihat Syaikh Ahmad Shawi al-Maliki, Hâsyiyah ash-Shâwi ‘alâ al-Jalâlayn, Juz III, (Beirut-Libanon: Dar al-Fikr, 1993), hlm. 323 dan Syaikh Yusuf an-Nabhani,

Sa’âdah ad-Dârain..., hlm. 90. 64 QS. Al-Ahzab [33]: 56.

Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

4. Faedah Shalawat Wahidiyah

Secara umum, shalawat ini mengandung berbagai macam faedah sebagaimana shalawat-shalawat yang lain. Akan tetapi, dari sekian banyak faedah, yang barangkali paling menonjol bagi pengamal Shalawat Wahidiyah adalah, dengan fadhl (keutamaan) dari Allah, diberi kejernihan hati, ketenangan, dan ketenteraman batin sehingga menjadi lebih banyak ingat dan sadar kepada Allah dan rasul-Nya. Di samping itu juga dikaruniai manfaat lainnya, seperti kesehatan, kerukunan dalam rumah tangga, kelancaran dalam usaha dan pekerjaan, kecerdasan dan perbaikan akhlak (moral) di semua kalangan masyarakat, termasuk bagi kanak-kanak dan remaja, dan masih banyak lagi manfaat yang diberikan Allah kepada para pengamal shalawat tersebut.

5. Cara Mengamalkan Shalawat Wahidiyah

Ada empat langkah yang harus ditempuh jika ingin mengamal- kan Shalawat Wahidiyah:

a. Harus berniat semata-mata mengabdikan diri (beribadah) kepada Allah dengan ikhlas tanpa pamrih, serta memuliakan dan men- cintai Nabi Muhammad. Pengamal Shalawat Wahidiyah (ketika membaca shalawat) hendaknya merasa dirinya benar-benar se- perti berada di hadapan nabi (istihdhâr) sehingga ia bisa bersikap, ber-adab, ta’zhîm, dan mahabbah dengan sepenuh hati.

b. Diamalkan selama 40 (empat puluh) hari berturut-turut. Setiap hari membaca shalawat paling sedikit menurut bilangan yang tertulis di belakang Lembar Shalawat Wahidiyah dalam sekali duduk (satu kali kesempatan); boleh pagi, sore, atau malam hari. Boleh juga selama 7 hari berturut-turut, namun bilangannya diper- banyak menjadi sepuluh kali lipat.

c. Setelah selesai mengamalkan shalawat selama 40 hari (atau 7 hari jika memang mampu), pengamalan tersebut supaya diteruskan. Bilangannya bisa dikurangi sebagian atau seluruhnya, namun lebih utama jika diperbanyak. Boleh mengamalkan sendiri-sendiri,

Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural namun sangat dianjurkan untuk diamalkan secara berjamaah ber-

sama keluarga dan masyarakat setempat. Bagi perempuan yang sedang udzur bulanan maka cukup membaca shalawatnya saja tanpa membaca surat al-Fatihah. Adapun kalimat Fafirrû ila Allâh dan wa qul ja al-haqq ... boleh dibaca sebab kalimat ini dimak- sudkan sebagai doa.

d. Bagi yang belum mampu membaca shalawat ini secara keseluruhan maka boleh membaca bagian-bagian mana yang sudah bisa dibaca lebih dahulu. Misalnya membaca surat al-Fatihah saja, atau mem- baca Yâ sayyidî yâ Rasûlallah saja yang dibaca secara berulang- ulang selama kira-kira sama waktunya jika mengamalkan Shalawat Wahidiyah secara keseluruhan, yakani sekitar 30 menit. Kalau itu pun belum mungkin dilakukan maka boleh berdiam saja selama waktu yang sama, dengan memusatkan hati dan perhatian (berkonsentrasi) kepada Allah dan memuliakan serta menyatakan rasa cinta secara tulus dengan rasa istihdhâr di hadapan Rasulullah Saw.