Ancaman Neraka Untuk Kaum Muslimin Yang Berdosa Besar

C. Ancaman Neraka Untuk Kaum Muslimin Yang Berdosa Besar

Allah Ta’ālā dengan keadilannya juga mengancam orang-orang yang beriman dengan neraka jika mereka melakukan dosa-dosa besar. Bahkan dipastikan akan ada dari kalangan orang-orang yang beriman yang disiksa terlebih dahulu di dalam neraka karena besarnya dosa yang dilakukan. Hanya saja tidak ada kekekalan siksaan untuk orang-orang beriman. Pernyataan ini diusung oleh mayoritas Ahl al-Sunnah sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya, dan ini juga menjadi pendapat al- Ṭabarī dalam banyak penafsirannya. Pendapat ini dilandasi oleh had īth al-Bukhāri berikut:

Dari Sa ’īd al-khudrī Raḍiallāhu’anhu berkata, dari Nabi Ṣalāllahu’alaihi wasallam bersabda: Akan masuk ke dalam surga para penghuni surga, dan

68 Abd al- Raḥmān (W:327 H) Ibn Abī Ḥātim Muḥammad Idrīs al-Tamīmi al- Hanẓali al-Razi, Tafsīr Ibn Abī Ḥātim al-Rāzī al-Musammā al-Tafsīr bi al-Ma`thūr (Bairūt:

Dār Kutub al-‘Ilmiyyah, 1427), 85. 69 Muḥammad Jamāl al-Dīn al-Qāsimī (W: 1332 H), Maḥāsin al-Ta`wīl (Beirūt:

D ār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1424), 451. 70 Ismā’īl Ibn ‘Umar Ibn Kathīr al-Quraishī al-Dimasqī, Tafsīr al-Qur`ān al-‘Aẓīm

(Riyāḍ: Dār al-Tayyibah, 1420 H), 173.

akan masuk ke dalam neraka para penghuni neraka, kemudian Allah berfirman: “Keluarkanlah dari neraka siapa saja mereka yang mempunyai keimanan walaupun seberat biji sawi, kemudian merekapun keluar darinya dalam keadaan sudah hitam terbakar, kemudian mereka dicelupkan ke sungai al-hay āh (sungai kehidupan), kemudian merekapun tumbuh sebagaimana biji-bijian tumbuh di pinggir sungai. 71

Had īth ini menunjukan akan adanya orang-orang yang masuk kedalam neraka, karena dosa mereka tidak diampuni. Akan tetapi mereka dikeluarkan oleh Allah karena mereka memiliki keimanan. Ibn Ḥajar al- Asqal ānī (W: 852 H) mengatakan dalam Fath al-Bārī, bahwa al-Bukhāri mencantumkan hadith ini dalam Kitab Ṣaḥīḥnya sepertinya hendak membantah keyakinan orang-orang M urji’ah Karena dalam hadith ini dijelaskan bahwa kemaksiatan orang yang memiliki iman ternyata bisa membahayakan mereka ketika mereka tidak sempat bertaubat dari dosa yang dilakukannya, dan juga sebagai sanggahan untuk kaum Mu’tazilah yang mengatakan bahwa pelaku dosa besar akan kekal di dalam neraka ketika mereka memasukinya, sebab hadith ini menunjukan bahwa mereka kaum mu`minin yang masuk ke dalam neraka karena dosa akan dikeluarkan oleh

Allah darinya. 72 Orang-orang yang mati dalam keimanan akan tetapi mereka

membawa dosa besar maka pada hari Kiamat akan berada di bawah Mashīah (kehendak) Allah. Jika Allah menghendaki maka Allah akan mengampuni dosa mereka dan mereka tidak akan disiksa karena dosanya, dan jika Allah menghendaki maka dia akan menyiksa mereka, karena perbuatan dosa yang mereka lakukan. Hal ini sebagai mana firman Allah dalam surat al- Nis ā[004]:48/116. Allah berfirman:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar (al- Nisā[004]:48).

Ibn Taimiyah (W: 728 H) mencoba menjelaskan ayat ini dengan mengatakan: ayat ini berbicara tentang orang-orang yang mati dalam membawa dosa dan tidak sempat bertaubat, karena jika dia sempat bertaubat

71 Mu ḥammad Ibn Ismā’īl al-Bukhārī (W:256 H), Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Beirūt: Dār al- Kutub al- ’Arabi, 1428 H), 18.

72 Aḥmad Ibn ‘Alī Ibn Hajar al-Asqalānī (W: 852 H), Fath al-Bārī Sharh Ṣaḥīḥ al- Bukhārī (Riyāḍ: Dār al-Salām, 1421 H), 100.

maka Allah akan mengampuni seluruh dosa, termasuk di dalamnya dosa shirik sebagaimana yang difirmankan dalam surat al-Zumar[039]:53. 73 Ayat

ini menginformasikan bahwa Allah tidak akan mengampuni seseorang ketika mati dalam keadaan shirik, dan akan mengampuni dosa dibawah level shirik bagi siapa saja yang dikehendakiNya.

Sehingga ayat ini adalah bantahan bagi orang-orang yang berfaham wa’idiyyah baik dari kalangan Mu’tazilah ataupun Khawarij yang mengatakan bahwa orang-orang mu`min yang melakukan dosa besar akan kekal di dalam neraka apapun dosa yang dilakukannya itu, sebab pandanganan ini bertentangan dengan keinginan Allah yang akan mengampuni siapa saja yang dikehendakiNya, juga sebagai bantahan kaum Murji’ah yang mengatakan bahwa boleh bagi Allah mengazab semua orang fasik dengan tidak mengampuni mereka semua, dan boleh juga mengampuni semuanya, padahal Allah telah mengatakan “Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki- Nya” di sini Allah mengabarkan bahwa siapa saja yang Allah kehendaki akan diampuni, seandainya tidak ada yang diampuni maka akan bertentangan dengan firmannya “Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik”, dan seandainya Allah mengampuni semua orang yang berdosa selain shirik, maka bertentangan dengan firmanNya “Bagi siapa saja yang dikehendaki”.

Dan ini semua berlaku untuk seluruh dosa selain shirik, seperti berzina, minum khamer, mencuri dan lainnya. Akan tetapi hal ini akan diberikan untuk sebagian manusia saja, bukan untuk seluruh manusia. Ketika itu siapa saja yang diampuni oleh Allah maka Dia tidak akan mengazabnya, dan barang siapa yang tidak diampuni maka dia akan diazab, dan ini adalah pandangan para Sahabat dan Salaf al-Ummah, sehingga ini adalah fonis bahwa sebagian orang yang bermaksiat dari kalangan kaum muslimin akan masuk ke dalam neraka dan sebagiannya akan diampuni, sehingga setiap orang mu`min yang mati membawa dosa besar maka tidak bisa dipastikan

masuk ke dalam neraka, sebab bisa jadi Allah akan memberinya ampunan. 74

73 Surat al-Zumar[039]:53                        

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa- dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

74 Aḥmad Ibn ‘Abd al-Ḥalīm Ibn ‘Abd al-Salām Ibn Taimiyyah, Tafsīr Ᾱyāt Ashkalat ‘alā Kathīr min al-‘Ulamā Hattā lā Yūdad fī Ṭāifatin min Kutub al-Tafsīr fihā al-

Qaul al- Ṣawāb bal Lā Yūjad fīhā ila Mā Huwa Khaṭa` (Riyāḍ: Dār al-Ṣumai’i, 1424 H), 293.

Atas dasar ini maka orang-orang beriman yang masuk ke dalam neraka baik karena dosa berzina atau yang lainnya, termasuk ke 72 golongan Islam yang di ancam masuk ke dalam neraka semuanya bersifat sementara tidak kekal. Umat islam dikabarkan oleh Rasulullah akan terpecah menjadi

73 golongan sebagaimana hadith berikut:

Dan akan terpecah umatku menjadi 73 kelompok, semuanya di dalam neraka kecuali satu golongan, dikatakan kepadanya, siapa golongan yang satu itu?

Beliau menjawab, yaitu orang yang berada di atas jalanku dan sahabatku. 75

Dan akan terpecah umat ini menjadi 73 golongan, yaitu karena hawa, semuanya masuk ke dalam neraka kecuali satu golongan, yaitu al-

Jama’ah. 76

Umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan karena hawa, semuanya di dalam neraka kecuali satu yaitu al- 77 Jama’ah.

Berdasarkan hadith-hadith di atas, Rasulullah mengabarkan bahwa Islam akan terpecah dan memang telah terpecah menjadi banyak golongan, namun hanya satu yang benar, dan yang lainnya salah. Hanya satu yang akan selamat dari api neraka, sedang yang lainnya akan masuk neraka terlebih

dahulu. 78 Ke 72 kelompok yang sesat ini masih beragama Islam, karena Ras ul menyebut mereka “akan terpecah umatku”, ketika masih dikatakan

umatku, maka mereka masih muslim sebab jika sudah keluar dari Islam maka tidak akan dikatakan umatku oleh Rasulullah. Mereka diancam dengan neraka karena kebid’ahan yang dilakukan, akan tetapi merekapun pada akhirnya akan masuk ke dalam surga, sebab mereka masih digolongkan ke dalam golongan orang-orang beriman. Adapun ketika kebid’ahan mereka sampai pada derajat mukaffirah seperti meyakini adanya nabi setelah Nabi Muḥammad maka Ahl al-Sunnah tidak lagi memasukan mereka ke dalam 72 golongan sesat, sebab sudah kafir.

Ada juga beberapa perbuatan dosa yang pelakunya diancam dengan neraka, baik yang melakukannya itu seorang muslim atau orang kafir. Al- Ṭabarī biasanya akan menafsirkan ancaman neraka untuk orang-orang

75 Al-Mustadrak (Maktabah Shamilah) 76 Al- 77 Musnad Ahmad (Maktabah Shamilah) Mu’jam al-kabir li al-Tabrani (Maktabah Shamilah) 78 Lajnah Ilmiyyah HASMI, Sirotul Mustaqim (Bogor: Marwah Indo Media, 2009

M), 48.

muslim yang melakukan perbuatan dosa itu dengan ancaman yang tidak kekal, atau bahkan Allah akan mengampuninya ketika Dia menghendaki karena besarnya rahmat Allah. Akan tetapi jika pelakunya adalah seorang kafir maka perbuatan dosa itu adalah tambahan kepedihan azab yang akan diterimanya, karena dalam banyak ayat al- Ṭabarī telah menyatakan kekekalan neraka untuk orang-orang kafir. Di antaranya ada ancaman dengan neraka bagi para pembunuh kaum muslimin dengan sengaja, baik yang membunuhnya seorang mu`min ataukah seorang kafir. Hal ini dikabarkan oleh Allah dalam surat al- Nisā[004]:93:

Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya (al- Nisā[004]:93)

Menurut al-Zamakhshari (W: 538 H) ayat ini bersifat umum, berlaku untuk orang mu’min dan kafir, siapa saja yang membunuh seorang muslim

baik dia seorang mu`min ataupun kafir kemudian tidak bertaubat maka dia akan kekal di dalam neraka. Dan ini menunjukan bahwa dosa besar akan menyebabkan pelakunya kekal di dalam neraka. Pendapat seperti ini adalah

pendapat dari kalangan M 79 u’tazilan. Berbeda dengan pandangan al- Ṭabarī (W: 310 H) dalam menafsirkan

surat al- Nisā[004]:93 ini beliau mengatakan: siapa saja yang membunuh seorang muslim dengan sengaja maka balasannya adalah neraka Jahannam secara kekal jika Allah membalasnya dengan hal itu. Akan tetapi akan ada ampunan dan keistimewaan untuk orang yang beriman pada rasulnya, sehingga menyebabkan tidak kekalnya orang tersebut di dalam neraka, bahkan bisa jadi dia akan diampuni Allah dan tidak masuk ke dalam neraka sama sekali jika Dia menghendaki karena karunia Allah begitu besar, atau jika Dia menghendaki orang tersebut akan dimasukan ke dalam neraka lalu dikeluarkan dan dimasukan ke dalam surga dengan rahmat Allah, hal ini berdasarkan janji harapan yang Allah firmankan dalam surat al-

Zumar[039]:53 80 , semua dosa mungkin diampuni oleh Allah walaupun dia

79 Jār Allāh Maḥmūd Ibn ‘Umar Ibn Muḥammad al-Zamakhsharī (W: 538 H), al- Kashhāf ‘an Haqāiq Gawāmiḍ al-Tanzīl wa ‘Uyūn al-Aqawīl fī Wujūh al-Ta`wīl (Beirūt:

Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1415 H), 540. 80 Allah berfirman dalam surat al-Zumar[039]:53: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1415 H), 540. 80 Allah berfirman dalam surat al-Zumar[039]:53:

dalam surat al- 81 Nisā[004]:48/116. Sepertinya perbedaan pandangan antara al-Zamakhshar ī (W: 538 H)

dan al- Ṭabarī (W: 310 H) dalam ayat ini adalah bias dari perbedaan manhaj yang dipegang oleh keduanya. Al-Zamakhshar ī (W: 538 H) adalah seorang ulama dari kalangan mu’tazilan sedangkan al-Ṭabarī adalah seorang ulama yang senantiasa berpegang teguh pada manhaj Ahl al-Sunnah wa al- Jam ā’ah.

Adapun Quraish Shihab mengatakan: barang siapa yang membunuh seorang muslim dengan sengaja maka balasannya yang wajar adalah neraka Jahannam yang sangat mengerikan, kekal ia di dalamnya, yakni ia akan berada di sana dalam waktu yang lama, bahkan bukan hanya berada di tempat yang sangat mengerikan itu, tapi juga disiksa dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya, yakni tidak memberinya rahmat sedikitpun

serta menyediakan azab yang besar baginya. 82 Selanjutnya dosa yang menyebabkan pelakunya diancam dengan

neraka adalah mereka yang memakan riba sebagaimana firman Allah di dalam surat al-Baqarah[002]:275:

          Orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-

penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Dalam ayat ini, Allah mengancam para pemakan riba dengan neraka secara khulūd, dan ayat ini berbicara umum, baik pelakunya adalah seorang mu`min atau pelakunya seorang kafir. Al-Dhahab ī mencantumkan riba dalam bukunya al- Kabāir ke dalam dosa besar yang ke tujuh. Dan dosa riba termasuk tujuh dosa yang akan membinasakan pelakunya. Dan yang berdosa dalam masalah riba ini bukan hanya yang memakannya akan tetapi orang

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa- dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

81 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī (W: 310 H), Jāmi’u al-Bayān Fī Ta`wīl al- Qur`ān (Beirūt: Dār Kutub al-‘Ilmiyyah, 1420), 223.

82 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mi ṣbāh, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur`an (Jakarta: Lentera Hati, 2003 M), 529.

yang memberikannya, saksi serta juru tulis riba inipun mendapatkan dosa serta laknat dari Allah. 83

Ketika para pemakan harta riba di dunia mencari penghidupan yang keji seperti orang gila, maka mereka akan disiksa di alam barzakh dan hari kiamat. Dan mereka tidak akan dibangkitkan dari kubur kecuali seperti berdirinya seseorang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Itu adalah siksaan, hinaan dan dipamerkan segala dosanya, sebagai balasan untuk mereka atas segala bentuk riba mereka dan atas kelancangan mereka

yang mengatakan bahwa sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. 84 Muḥammad Rashīd Riḍā (W: 1935 M) mengatakan bahwa mayoritas

mufassir menanggapi kekalnya orang yang mamakan riba di dalam neraka, dengan mentawil bahwa mereka yang memakan harta riba akan kekal di dalam neraka karena mereka menghalalkan riba bahkan menyamakan dengan jual beli. Akan tetapi menurutnya ta`wil semacam ini kurang tepat, yang tepat adalah memaknai makna khulūd dengan makna seperti yang telah dikenal dan pelakunya disini tidak mesti menghalalkan apa yang diharamkan Allah terlebih dahulu. Adapun ancaman khulūd bagi pemakan riba di dalam ayat ini seperti ancaman 85 khulūd untuk orang yang membuhuh jiwa muslim.

Pernyataan Riḍā di atas dikuatkan oleh Al-Sa’dī (W: 1376 H) yang mengungkapkan bahwa para ulama berbeda pandangan pada dalil-dalil ancaman yang menggambarkan secara zahir kekalnya pelaku dosa besar di bawah level shirik di dalam neraka. Dan yang paling baik adalah mengatakan sebagaimana yang Allah katakan, yaitu kekalnya seseorang yang melakukan dosa tersebut sebagai konsekwensi dari perbuatannya. Akan tetapi konsekwensi ini berlaku bagi mereka yang tidak mempunyai pengecualian, sedangkan al-Qur`an, al-Sunnah serta Ijma telah menginformasikan bahwa Tauhid dan keimanan adalah penghalang kekalnya seseorang di dalam neraka, jika seseorang tidak memiliki tauhid niscaya dia akan kekal di dalam

neraka. 86 Kedua mufasir ini dalam memandang ancaman khul ūd untuk orang

muslim sangat mirip dengan pandangan al- Ṭabarī, yaitu seluruh kaum mu`minin pada akhirnya akan keluar dari neraka karena adanya qar īnah atau dalil lain yang menunjukan hal itu.

83 Muḥammad Ibn Aḥmad Uthmān al-Dhahabī, Dosa-Dosa Besar (Jakarta: Yayasan Syaikh ‘Īd Ibn Muḥammad al-Thāni, Tanpa Tahun Terbit), 32.

84 ‘Abd al-Raḥmān Nāṣir al-Sa’dī (W: 1376 H), Taisīr al-Karīm al-Raḥmān fī Tafsīr Kalām al-Mannān (Riyād: Dār Salām, 1422), 119.

85 Muḥammad Rashid Riḍā (W: 1935 M), Tafsīr al-Qur`ān al-Ḥakīm al-Mashhūr bi Tafsīr al-Manār (Beirūt: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1426), 83.

86 Abd al- Raḥmān Nāṣir al-Sa’dī (W: 1376 H), Taisīr al-Karīm al-Raḥmān fī Tafsīr Kalām al-Mannān (Riyād: Dār Salām, 1422), 120.

Selanjutnya adalah dosa besar yang mengakibatkan seseorang diancam dengan neraka yaitu memakan harta anak yatim secara dzalim, sebagaimana yang Allah kabarkan dalam surat al- Nisā[004]:10 berikut:

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka) (al- Nisā[004]:10)

Ayat ini turun berkenaan dengan seorang lelaki dari Ga ṭafān yang bernama Murthid Ibn Zaid, dia adalah orang yang menjadi wali dari seorang anak yatim dari saudaranya sendiri, akan tetapi dia memakan harta keponakannya tersebut, sehingga turunlah ayat ini. dan maksud memakan harta anak yatim di sini mencakup makna umum untuk menghabiskan harta, jika seseorang mengambil harta anak yatim untuk membeli barang maka inipun disebut memakan harta anak yatim yang diancam dengan neraka, karena ‘illahnya sama yaitu bisa menghabiskan dan membinasakan harta anak yatim tanpa hak. Karena buruknya perbuatan ini maka Allah

mengancam pelakunya dengan api neraka. 87 Al- Ṭabarī (W: 310 H) meriwayatkan dari jalur al-Suddy tentang

firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka) ”, berkata al-Suddy: Jika seorang lelaki makan harta anak yatim dengan zalim, maka pada hari kiamat Allah akan membangkitkannya dalam keadaan api keluar dari mulutnya, telinganya, hidungnya dan kedua matanya, dan orang yang melihatnya akan mengetahui bahwa dia adalah seorang yang telah memakan

harta anak yatim dengan zalim. 88 Dari penafsiran al- Ṭabarī ini, bisa diketahui bahwa dia memandang perbuatan tersebut adalah dosa besar karena ada

ancaman dengan neraka. Pandangan inipun didukung oleh Al- Sa’dī (W: 1376 H) yang mengatakan bahwa memakan harta anak yatim bagi walinya yang miskin dan mencampur makanannya dengan makanan anak yatim tanpa bertujuan untuk merusak harta anak itu maka tidak mengapa, sehingga ancaman neraka di sini adalah untuk mereka yang memakan harta anak yatim tanpa hak. Dan makanan haram yang masuk ke dalam perutnya akan menjadikan perutnya

87 Muḥammad Ibn Aḥmad al-Anṣāri al-Qurṭubī (W: 671 H), al-Jāmi Li Aḥkam al- Qur`ān (Beirūt: Dār al-Kitāb al-‘Arabi, 1422 H), 53-54.

88 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī (W: 310 H), Jāmi’u al-Bayān Fī Ta`wīl al- Qur`ān (Beirūt: Dār Ibn Ḥazm, 1423), 343.

mendidih, dan mereka akan dimasukan ke dalam api neraka yang membakar hebat. Dan ini adalah ancaman terbesar untuk pelaku dosa, yang menunjukan betapa buruknya memakan harta anak yatim itu, dan juga mengabarkan

bahwa ini termasuk ke dalam dosa-dosa besar. 89 Ayat ini termasuk ke dalam ayat ancaman, dan sama sekali bukan

hujjah untuk mengkafirkan seseorang dengan dosa. Ahl al-Sunnah meyakini bahwa hal ini jika terjadi pada sebagian muslim yang bermaksiat dia akan masuk ke dalam neraka kemudian terbakar dan mati, berbeda dengan ahlu al- nār dari kalangan orang kafir yang tidak hidup juga tidak mati. Seolah- olah perkataan ini adalah hasil dari himpunan al-Qur`an dan al-Sunnah, dan perkataan inipun intisari dari firman Allah dalam surat al- Nisā[004]:48 yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar ”. Dan keyakinan ini akan sama jika

dihadapkan pada ayat-ayat lain yang serupa. 90 Ini adalah dosa-dosa besar dalam al-Qur`an yang mana pelakunya

diancam dengan neraka, ada juga dosa-dosa besar dalam al-Sunnah yang juga diancam dengan neraka yang bisa dirujuk dalam kitab al- Kabāir karya Imam al-Dhahabi. Di dalam kitab ini beliau mencantumkan 76 dosa besar

yang harus dijauhi oleh seorang yang menyakininya. 91 Dalam pembahasan pada bab ini, didapatkan bahwa para mufassir

membedakan siksaan untuk manusia tergantung jenis dosa yang dilakukan. Siksaan untuk kafir dengan kekafiran umum berbeda dengan orang kafir karena nifak, orang-orang nifak mendapat azab lebih besar karena mereka menggabungkan antara kekufuran dengan penipuan pada Allah dan kaum mukminin, walaupun semua mereka mendapat siksaan yang sama-sama kekal. Sedangkan orang-orang mukmin yang berdosa besar mereka juga mendapat ancaman walaupun ancaman untuk mereka tidak kekal, sebab adanya dalil lain yang menerangkan bahwa semua orang beriman akan dikeluarkan dari neraka.

Pembahasan ini juga menunjukan betapa Allah sangat bijaksana, Allah tidak menyamakan antara orang yang memusuhi Rasulullah dengan orang yang mendukung Rasulullah, tidak menyamakan antara orang yang yakin dengan adanya hari Kiamat dengan orang-orang yang mengkufurinya, tidak menyamakan orang-orang yang mengagungkan Allah dengan orang-

89 Abd al- Raḥmān Nāṣir al-Sa’dī (W: 1376 H), Taisīr al-Karīm al-Raḥmān fī Tafsīr Kalām al-Mannān (Riyād: Dār Salām, 1422), 177.

90 Muḥammad Ibn Aḥmad al-Anṣāri al-Qurṭubi (W: 671 H), al-Jāmi Li Aḥkam al- Qur`ān (Tafsīr al-Qurṭubi) (Beirūt: Dār al-Kitāb al-‘Arabi, 1422 H), 54.

91 Lihat karya al-Dzahabi, Dosa-Dosa Besar (Jakarta: Yayasan Id Ibn Muhammad al-Thani, Tanpa Tahun) 91 Lihat karya al-Dzahabi, Dosa-Dosa Besar (Jakarta: Yayasan Id Ibn Muhammad al-Thani, Tanpa Tahun)

membedakan antara Iblis dan Nabi Adam. Semuanya dibedakan oleh Allah dan tidak mungkin dikumpulkan dalam tempat yang sama. Orang-orang kafir kekal selamanya di dalam neraka, dan orang-orang beriman akan kekal selamanya di dalam surga. Orang-orang kafir selamanya akan mendapat laknat dari Allah dan orang-orang beriman akan mendapatkan rahmat dariNya.