Neraka Untuk Orang Munāfik

B. Neraka Untuk Orang Munāfik

Nif āk adalah satu sifat tercela di dalam Islam, orang yang berlaku nikak disebut sebagai munafik dan pluralnya yaitu munafik ūn atau munafik īn. Munafik adalah seorang yang menampakkan keimanan di hadapan kaum muslimin dan menyembunyikan kekufurannya, dan mereka

adalah orang yang lebih buruk dari kafir biasa. 51 Keadaan seperti ini adalah hasil dari penyakit yang tumbuh di dalam

hati mereka. Di antara penyakit hati yang bisa menumbuhkan kenifakan adalah hasad, dengki, iri, serakah, ria dalam ibadah, berdusta, mengkhianati amanah, dan selalu menyelisihi janji. Orang munafik biasanya mempunyai dua wajah, satu wajah islami digunakan ketika berjumpa dengan kaum muslimin, dan satu wajah yang lain digunakan ketika berhadapan dengan saudar-saudara mereka dari kaum munafikin lain. Merekapun mempunyai dua lisan, satu lisan diucapkan agar kaum muslimin menjadi rida dan lisan

yang lain digunakan untuk mencela Islam. 52 Dari sisi berat dan ringannya, kenifakan terbagi menjadi dua macam,

ada nifak akbar yang menyebabkan pelakunya keluar dari Islam dan ada nifak aṣgar yang tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Dan biasanya sifat dari orang yang berpenyakit nifak akbar selalu menampakkan keislaman di hadapan kaum muslimin dan menyembuyikan kekufurannya. Adapun nifakn aṣgar yang tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam terbagi menjadi beberapa bagian di antaranya, pertama ketika berbicara

dusta, Ketika berjanji mengingkari, ketika dipercaya khianat. 53 Orang-orang munafik telah diancam oleh Allah dengan azab yang

pedih, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah[002]:10 berikut:              

Dalam hati mereka ada penyakit lalu Allah menambah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (al- Baqarah[002]:8-10).

Ibn al- ‘Arabī (W: 543 H) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ayat-ayat ini adalah kaum munafik yang menampakkan iman dan menutupi kekufuran mereka, dan dengan perbuatan ini, mereka meyakini bahwa mereka telah menipu Allah, padahal tidak ada sedikitpun yang tersembunyi

51 Abū Bakr Jābir al-Jazāiri, Aisar al-Tafāsir li Kalām al-‘Aliyi al-Kabīr (al- Su’ūdiyyah: Maktabah Aḍwā al-Manār, 1419 H), 17. 52

http://digital.ahram.org.eg/articles.aspx?Serial=807549&eid=1041 53 Mu ḥammad Ibn ‘Abd al-Wahhāb Ibn ‘Alī al-Wuṣābī al-‘Abdalī, al-Qawā’id al-

Mufīd fī Adillati al-Tauḥīd (Sana’a: Maktabatul al-Irshād, 1424 H), 94.

darinya, dan ini adalah tanda atas kebodohan mereka tentang sifat Allah yang Maha Mengetahui, jika tidak maka mereka akan mengetahui bahwa Allah

tidak mungkin ditipu. 54 Ayat ini memberikan faidah yang begitu besar terhadap orang yang

mentadaburinya, pertama ayat ini menginformasikan bahwa pernyataan lisan sebagai orang beriman tidak akan bermanfaat sama sekali tanpa diiringi dengan kejujuran hati dan perbuatan, sehingga pengakuan munafik dengan keimanan tidak menjadikan mereka sebagai orang beriman, karena keimanan hakiki hanya akan terwujud ketika lisan dan hati bersatu dalam keimanan. Sifat utama seorang munafik adalah mereka selalu bermain tipu daya, sampai-sampai Allah serta kaum mu`minin yang lain berusaha untuk ditipu oleh mereka, berdasarkan kebodohan luar biasa ini mereka mengira bahwa Allah dan kaum mu`minin telah tertipu, akan tetapi pada hakekatnya merekalah yang telah menipu diri mereka sendiri akan tetapi mereka tidak merasakannya.

Penyakit di dalam hati mereka semakin bertambah karena mereka tidak menyambut kebaikan dan tidak bertaubat, sehingga mereka mendapat ancaman keras dari Allah dengan azab yang pedih. azab pedih bisa berarti azab yang keras atau azab yang banyak, sebab jika seseorang dipukul dengan sangat keras maka dia akan merasakan kepedihan, atau jika di pukul dengan sering maka diapaun akan kesakitan walaupun pukulannya tidak keras, dan bagi orang munafik akan mendapatkan keduanya, keras dan sering karena

mereka akan diposisikan di neraka paling bahwa. 55 Al- Ṭabarī (W: 310 H) mengatakan bahwa semua Ahli Tafsir telah

berijma bahwa ayat di atas berbicara tentang orang-orang munafik, dan sifat- sifat yang disebutkan adalah sifat-sifat mereka. Mereka mengaku telah beriman pada Allah dan hari akhir, akan tetapi hakekatnya mereka tidak beriman dan ini adalah dalil yang sangat jelas akan kekeliruan propaganda Jahmiyyah yang mengatakan bahwa iman hanya ada di lisan tanpa makna yang lainnya. Padahal pengakuan keimanan orang munafik terhadap Allah

dan hari akhir tidak diterima oleh Allah. 56 Ijma kaum muslimin yang diungkapkan oleh al- Ṭabarī menjadikan

keyakinan lebih besar bahwa orang-orang munafik adalah orang-orang yang kehilangan iman secara total. Kamuflase mereka dengan menunjukan ketaatan pada Allah dihadapan kaum muslimin sama sekali tidak bermanfaat

54 Mu ḥammad Ibn ‘Abd Allāh Ibn al-‘Arabī (W: 543 H), Aḥkām al-Qur`ān (Beirūt: D ār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1424 H), 20.

55 Muḥammad Ṣāliḥ al-Uthaimīn (W: 1421 H), Tafsir al-Qur`ān al-Karim (Riyād: D ār Ibn ak-Jauzi, 1423 H), 204.

56 Muḥammad Ibn Jarīr al- Ṭabarī, Jāmi’u al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur`ān (Beirūt: Dār Ibn Ḥazm, 1423 H), 151.

untuk mereka di akherat. Bahkan yang ada adalah azab yang berlipat karena mereka telah menggabungkan antara kekufuran dan tipu daya.

Orang-orang munafik menipu Allah dan kaum mu`minin dengan cara mengatakan keimanan dengan lisannya, padahal hati mereka ragu dan mendustakan. Dan mereka dikatakan menipu Allah, padahal tidak ada yang tersembunyi di hadapanNya, karena bangsa Arab menyebut orang yang mengucapkan sesuatu dengan lisannya padahal bertentangan dengan hatinya agar selamat dari apa yang dikhawatirkannya maka itu adalah tipu daya. Dan Allah sendiri telah menyatakan bahwa Dia tidak tertipu bahkan orang-orang munafik itulah yang tertipu. Kaum munafik ini berhak mendapat azab yang pedih dikarenakan mereka telah mendustakan di dalam hati mereka tentang

risalah nabi Mu 57 ḥammad Ṣalallāhu’alaihi wasallam Ketika orang-orang munafik menipu Allah dan kaum mu’minin maka

Allahpun berbuat tipu daya kepada mereka, karena mereka berhak mendapat tipu daya dari Allah, dan untuk menunjukan bahwa Allah tidak lemah untuk membuat balasan kepada orang-orang munafik. Allah berfirman dalam surat al-Nis ā[004]:142-143:

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka, dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali, mereka dalam Keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir) Maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.

Ini adalah beberapa sifat munafik, mereka menipu Allah dengan menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran, melaksanakan salat dengan rasa malas, bahkan ketikapun mereka melaksanakan salat pada hakekatnya mereka hanya hendak memperlihatkannya kepada kaum mu`minin, dan ini termasuk riya dan tipuan mereka agar mereka dianggap sebagai golongan mu`minin. Dan merekapun tidak berdzikir kecuali sedikit, dan bisanya dzikir yang dilakukan adalah dzikir-dzikir yang terdengar oleh

57 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī, Jāmi’u al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur`ān (Beirūt: Dār Ibn Ḥazm, 1423 H), 154.

kaum muslimin, seperti ucapan takbir ketika salat, mengucapkan “Rabbanā wa laka al-hamd ” ketika i’tidāl dll.

Untuk membalas penipuan mereka maka Allahpun membuat tipu daya untuk orang-orang munafik, dan tipu daya yang dilakukan oleh Allah ini untuk menunjukan bahwa Allah tidak lemah melawan musuhNya dengan cara yang sama, tipu daya dibalas dengan tipu daya. Tipu daya yang Allah berikan kepada mereka yaitu dengan cara, nanti pada hari kiamat, ketika orang-orang yang beriman diberikan cahaya, maka orang-orang munafikpun akan diberikan cahaya sehingga mereka bisa berjalan dengan cahaya tersebut, dan ketika mereka telah sampai di al- ṣirāt, kaum mu`minin melanjutkan perjalanan mereka dengan cahaya yang tetap terang, akan tetapi cahaya kaum munafikin dipadamkan oleh Allah, kemudian mereka menyeru, bukankah kami termasuk golongan kalian? Kaum mu`minin menjawab: ya, akan tetapi kalian telah membuat fitnah pada diri kalian sendiri, dan kalian menunggu serta ragu, kalian telah terpedaya dengan angan-angan sampai datang keputusan Allah, dan kalian telah terpedaya sehingga tidak menyembah Allah oleh banyak tipu daya. Ini adalah bentuk tipu daya Allah yang akan diberikan kepada orang-orang munafik pada hari kiamat sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn Ab ī Ḥātim (W: 327 H) dalam tafsirnya. 58

Untuk orang-orang munafik ini, Allahpun telah mengancam mereka dengan azab shadīd (keras) dan muhīn (menghinakan). Hal ini Allah kabarkan dalam surat al-Muj ādilah[058]:15-16. Allah berfirman:

Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, Sesungguhnya Amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan (al- Mujādilah[058]:14-16)

Berdasarkan ayat ini, kaum munafik bukan termasuk ke dalam kaum mu`minin dan juga bukan termasuk ke dalam kaum Yahuni yang ketika itu jelas-jelas memusuhi Islam, mereka mengaku mu`min padahal mereka sendiri meyakini bahwa mereka bukan orang mu`min, sehingga amalan mereka sangat buruk sekali bahkan mereka mudah sekali dalam bersumpah untuk menutupi kebohongannya, atas perbuatan ini mereka dimurkai oleh Allah sehingga mereka telah disediakan oleh Allah azab yang keras karena

58 ‘Abd al-Raḥmān Ibn Abī Ḥātim, Muḥammad ibn Idrīs al-Rāzī, al-Tafsīr bi al- Ma`thūr (Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1427 H), 167.

buruknya perangai dan buruknya perbuatan. Dan di hari kiamatpun mereka telah disediakan azab yang menghinakan. 59

Orang munafik memang lebih buruk dari orang kafir asli, karena mereka mencampurkan antara kekufuran dan penipuan atas diri mereka. Sehingga laknat Allah begitu besar, mereka telah diancam oleh Allah dengan ‘adhāb alīm (pedih), adhāb shadīd (keras), dan adhāb muhīn (menghinakan).

Tidak cukup dengan ancaman seperti ini, Allahpun mengancam mereka dengan ancaman lebih keras lagi, berupa ancaman yang tidak pernah diancam kepada orang-orang kafir sebelumnya, yaitu mereka akan dilemparkan oleh Allah ke dalam neraka yang paling bawah. Ini menunjukan bahwa neraka ber darakāt, semakin bawah maka azabnya semakin pedih dan semakin menghinakan. Allah berfirman tentang hal ini dalam surat al- Nisā[004]:145:

            Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang

paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka ( Nisā[004]:145)

Ibn Kath īr menerangkan ayat ini, bahwa orang-orang Munafik akan ditempatkan di dalam peti-peti dari api, dan akan diletakan di dasar neraka. Peti-peti itu ditutup rapat sehingga tidak ada seorang makhlukpun yang mampu menolong mereka dan mengeluarkan mereka dari siksa yang pedih. ini adalah balasan untuk orang-orang munafik yang mati dalam kenifakan, ayat ini menunjukan bahwa neraka itu berdarak āt (menurun ke bawah) sedangkan surga ber darajāt (naik ke atas). Adapun mereka yang bertaubat dari kemunafikan, kemudian mengganti keraguan dengan keyakinan, serta mengganti riya dengan sifat ikhlas, maka mereka akan diampuni oleh Allah

sebagaimana diterangkan dalam ayat setelahnya. 60 Kaum munafik yang mati dalam kenifakan nifak akbar telah

ditetapkan oleh Allah untuk menempati neraka paling bawah, dan neraka yang paling bawah ini adalah neraka al-H āwiyah, ini dikarenakan kekufuran mereka yang sangat besar dan banyaknya tipu daya mereka. Darak āt paling tinggi adalah Jahannam, kemudian al- Ḥuṭamah, kemudian al-Sa’īr, kemudian Saqar, kemudian al-Ja ḥīm,kemudian Laẓā kemudian al-Hāwiyah,

dan terkadang semuanya dinamai dengan tingkatan teratas yaitu Jahannam. 61

59 Abū Bakr Jābir al-Jazāiri, Aisar al-Tafāsir li Kalām al-‘Aliyi al-Kabīr (al- Su’ūdiyyah: Maktabah Aḍwā al-Manār, 1419 H), 1340. 60

Ismā’īl Ibn ‘Umar Ibn Kathīr al-Quraishī al-Dimasqī, Tafsīr al-Qur`ān al-‘Aẓīm (Riyād: Dār al-Tayyibah, 1420 H), 441. 61 Muḥammad Ibn ‘Alī Ibn Muḥammad al-Shaukānī, Fath al-Qadīr al-Jāmi baina Fannai al- Riwāyah wa al-Dirāyah min ‘Ilmi al-Tafsīr (al-Mansurah: Dār al-Wafā, 1418 H), 836.

Rash īd Riḍa (W: 1935 M) mengatakan, neraka sebagiannya lebih rendah dari sebagian yang lain, dan untuk orang-orang munafik akan ditempatkan di dalam neraka yang paling rendah. Karena mereka adalah manusia terburuk dihadapan Allah, mereka telah menggabungkan di dalam diri mereka kekufuran, kenifakan, penipuan terhadap Allah dan RasulNya serta kaum mu`minin, karena dosa-dosa ini mereka berhak untuk mendapatkan azab yang paling berat dan berhak mendapatkan tempat yang paling buruk yaitu neraka paling bawah. Sehingga ketika mereka sudah berada di sana, tidak ada seorangpun yang mampu menolong mereka dan tidak ada yang mampu memindahkan mereka dari tingkatan terbawah

menuju tingkatan yang lebih atas. 62 Nerakan paling bawah ini akan dihuni oleh orang-orang munafik

pada hari kiamat, dan selamanya mereka tidak akan pernah mendapat seorang penolongpun. 63

Semakin rendah satu neraka maka semakin buruk siksaan dan kehinaan yang didapatkan oleh pelakunya. Neraka yang paling bawah ini telah disediakan oleh Allah untuk orang-orang munafik karena mereka adalah orang-orang yang paling kafir. Mereka telah menggabungkan antara kekufuran, kejahilan dan juga tipu daya kepada Allah dan kaum muslimin.

Orang-orang munafik pada hari Kiamat akan dikumpulkan oleh Allah bersama orang-orang kafir, karena pada hakekatnya mereka adalah orang- orang kafir, bahkan lebih buruk dari orang-orang kafir biasa. Hal ini telah dikabarkan oleh Allah dalam surat al-Nis ā[004]:140. Allah berfirman:

62 Mu ḥammad Rashīd Riḍā (W: 1935 M), Tafsīr al-Mannār (Beirūt: Dār al-Kutub al- ‘Ilmiyyah, 1426 H), 381.

63 Abū Bakr Jābir al-Jazāiri, Aisar al-Tafāsir li Kalām al-‘Aliyi al-Kabīr (al- Su’ūdiyyah: Maktabah Aḍwā al-Manār, 1419 H), 1340.

Al- Jazāirī mengutip perkataan Ibn ‘Abbās, beliau mengatakan bahwa azab yang paling besar siksaannya pada hari kiamat akan diberikan kepada tiga kelompok, pertama orang-orang munafik berdasarkan ayat ini, kedua untuk orang-orang kafir dari kalangan aṣḥāb al-Māidah berdasarkan firman Allah dalam surat al- Māidah:115, Allah berfirman:

                  Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu,

Barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), Maka Sesungguhnya aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia". dan keluarga fir`aūn yang kafir berdasarkan firman Allah: Gāfir[040]:46

              kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang (sebelum hari kebangkitan) dan

pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras".

          Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan

orang-orang kafir di dalam Jahannam semuanya (al- Nisā[004]:140) Ibn Ab ī Ḥātim (W:327 H) mengatakan bahwa pada hari Kiamat Allah akan mengumpulkan orang-orang Munafik yang ada di Madinah dan orang-

orang kafir Mushrik yang ada di Makkah di dalam Jahamman semuanya. 64

Orang-orang munafik telah berserikat dengan orang-orang kafir dalam hal pendustaan kepada ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Ṣalallāhu’alaihi Wasallam, sehingga pada hari Kiamat mereka akan

dikumpulkan oleh Allah di dalam Jahannam sebagaimana mereka keduanya telah sepakat dalam mengolok-olok al-Qur`an. Pengolok-olokan terhadap firman Allah adalah hasil dari kekufuran mereka terhadap syariat Islam, sebab jika tidak maka al-Qur`an akan sangat diagungkan oleh mereka

sebagaimana keagungan Allah yang menurunkannya. 65 Pada hari Kiamat nanti orang-orang Munafik akan dikumpulkan oleh

Alah bersama orang-orang Munafik di dalam Jahannam, sebagaimana ketika mereka di dunia sepakat dalam kekufuran, maka Allahpun akan menyamakan juga di akherat dalam siksaan, sebagaimana orang-orang kafir akan kekal di dalam neraka Jahannam, maka orang-orang munafikpun akan kekal pula di dalam neraka Jahannam, mereka semua dikumpulkan oleh Allah dalam satu tempat siksaan, disamakan dalam ikatan, belitan rantai, serta minuman dari air yang mendidih dan nanah-nanah dingin yang busuk

pernyataan 66 ini disampaikan oleh Ibn Kathīr dalam tafsirnya. Kesepakatan kekufuran atau kesamaan kekufuran menyebabkan

mereka mendapat azab yang sama jika ditinjau dari kekekalan siksaan. Semua orang yang kehilangan keimanan akan diazab oleh Allah dengan azab tanpa batas waktu. Dan ini menunjukan kebijaksanaan Allah, karena Allah tidak menyamakan antara orang-orang jujur dan orang-orang yang menipu, Allah tidak menyamakan antara orang-orang yang memiliki keimanan walaupun sebiji gandum dengan orang yang kehilangan keimanan secara total baik dari kalangan munafiqin maupun mushrikin.

Kemudian ada juga ayat yang secara langsung menegaskan tentang kekekalan azab untuk orang-orang munafik nifāk akbar sebagaimana yang

64 ‘Abd al-Raḥmān (W:327 H) Ibn Abī Ḥātim Muḥammad Idrīs al-Tamīmī al- Hanẓalī al-Rāzī, Tafsīr Ibn Abī Ḥātim al-Rāzī al-Musammā al-Tafsīr bi al-Ma`thūr (Bairūt:

Dār Kutub al-‘Ilmiyyah, 1427), 165. 65 Muḥammad Rashīd Riḍā (W: 1935 M), Tafsīr al-Qur`ān al-Ḥakīm al-Mashhūr

bi Tafsīr al-Manār (Beirūt: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1426), 374 66 Ismā’īl Ibn ‘Umar Ibn Kathīr al-Quraishī al-Dimasqī, (W: 774 H), Tafsīr al-

Qur`ān al-‘Aẓīm (Riyād: Dār al-Tayyibah, 1420 H), 436.

Allah firmankan dalam surat al-Taubah[009]:67-68. Dalam ayat ini Allah berfirman:

Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang- orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah mela'nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal (al-Taubah[009]:67-68)

Al- Ṭabarī (W: 310 H) menafsirkan ayat ini dengan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan orang-orang munafik dalam ayat ini adalah orang-orang yang menampakan keimanan dengan lisan mereka, dan menyembunyikan kekufuran kepada Allah dan RasulNya. Mereka semuanya sama, perkara mereka sama antara satu dan yang lainnya dalam hal penampakan keimanan dan menutupi kekufuran, mereka saling memerintahkan kemungkaran agar kufur kepada apa saja yang dibawa oleh Rasulullah dan mendustakannya, dan saling melarang kebaikan yaitu melarang untuk beriman kepada Allah dan RasulNya dan kepada semua yang datang dariNya, dan mereka tidak memberikan nafkah di jalan Allah dan tidak memberikan kebaikan.

Mereka melupakan Allah dengan tidak mentaatiNya sehingga Allahpun melupakan mereka dan tidak memberi mereka taufik, hidayah dan RahmahNya, mereka itulah yang berlepas diri dari ketaatan kepada Allah dan keluar dari keimanan kepada Allah dan RasulNya. Karena itu Allah telah menyiapkan untuk mereka neraka Jahannam, mereka semua akan memasukinya, dan mereka akan kekal di dalamnya secara abadi, di dalamnya mereka tidak hidup dan juga tidak mati, dan cukuplah Jahannam sebagai tempat siksaan untuk mereka sebagai balasan kekufuran kepada Allah, mereka mendapat laknat dengan dijauhkan dari RahmatNya, dan untuk mereka semua yaitu kaum munafikin dan orang-orang kafir akan

mendapatkan azab yang kekal abadi selama-lamanya. 67 Allah al-Jabb ār terlah mengancam orang-orang Munafik yang selalu

berdusta dengan mengaku muslim akan tetapi tidak mengamalkannya, dengan Jahannam. Mereka akan dimasukan oleh Allah ke dalam peti-peti dari api, lalu dibenamkan di dalam neraka yang paling bawah, dan mereka di dalamnya terus merasakan siksaan dan tidak akan pernah mati, dan mereka

67 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī, Jāmi’u al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur`ān (Beirūt: Dār al-Kutub al- ‘Ilmiyyah, 2009 M), 412.

akan mendapat azab secara terus-menerus dan tidak akan pernah berhenti. 68 Al- Qāsimī juga menafsirkan penggalan ayat terakhir di dalam ayat ini,

dengan azab yang tidak akan habis, artinya azab tersebut akan terus menerus menimpa kaum munafik. 69

Secara umum mereka semua yang disebut oleh Allah dalam ayat ini statusnya adalah orang-orang kafir, kaum munafik sendiri adalah orang- orang kafir apalagi yang mengingkari adalah hatinya, padahal asas iman ada di dalam hati. Ketika hatinya kafir maka secara otomatis semuanya kafir. karena kekafiran ini, mereka semua akan dikekalkan di dalam neraka secara abadi dan dijauhkan dari rahmat Allah. Dan cukuplah nereka sebagai balasan

untuk mereka semua. 70 Ini semua adalah balasan Allah untuk orang-orang Munafik, mereka

dibalas dengan siksa yang sangat besar dan lebih besar dari yang lain, sebab kualitas siksaan berdasarkan kualitas dosa dan kekafiran, semakin besar dosa dan kekafiran seseorang maka akan semakin besar siksanya. Orang-orang Munafik ini telah menggabungkan antara kekufuran, pendustaan dan mempermainkan syariat Islam, sehingga dosa mereka yang menumpuk ini menjadikan kualitas siksaan begitu dahsyat dan pedih.