Adanya syarat mustahil agar bisa keluar dari neraka, yaitu sampai unta bisa masuk ke lubang jarum

3. Adanya syarat mustahil agar bisa keluar dari neraka, yaitu sampai unta bisa masuk ke lubang jarum

Kemudian mereka tidak akan keluar dari neraka dan tidak akan pernah masuk surga sehingga unta bisa masuk ke dalam lubang jarum, ini adalah syarat mustahil yang Allah syaratkan pada orang- orang kafir ketika mereka hendak keluar dari neraka. pernyataan ini diungkapkan oleh Allah dalam firmannya surat al- A’rāf[007]:40-41. Allah berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang zalim (al- A’rāf[007]:40-41)

Al- Ṭabarī (W: 310 H) mengataan siapa saja yang mendustakan ayat-ayat Allah dan sombong atasnya, mereka tidak akan pernah masuk ke dalam surga sebagaimana seekor unta tidak akan pernah masuk ke dalam lubang jarum, dan begitulah Allah membalas orang-orang yang berbuat dosa di dunia ini dengan hak mereka untuk mendapatkan azab yang pedih di akherat. Dan untuk mereka yang telah mendustakan ayat-ayat Allah serta berlaku sombong darinya mereka akan mendapatkan Jahannam dan mereka akan diberikan tempat tidur dari api, dan begitulah Allah membalas orang-orang yang telah berbuat zalim pada dirinya sendiri dan mereka akan mendapatkan kasur serta selimut dari api (al-

A’rāf[007]:40-41) 41

41 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī (W: 310 H), Jāmi’u al-Bayān fī Ta’wīl al- Qur`ān (Beirūt: Dār Ibn Ḥazm, 1423 H), 227.

Unta dan jarum, jika dibayangkan maka akan didapatkan bahwa keduanya adalah benda yang sangat jauh berbeda, unta adalah binatang yang besar sedangkan jarum adalah benda yang kecil, apalagi yang disebut dalam ayat ini adalah lubang jarum, tentu lebih kecil dari jarum itu sendiri, ketika unta tidak mungkin masuk ke dalam lubang jarum, maka orang-orang kafirpun tidak akan pernah dapat keluar dari neraka.

Hukuman orang yang kufur terhadap ayat-ayat Allah, padahal ayat-ayatNya begitu jelas, akan tetapi mereka malah angkuh dan tidak tunduk pada hukum-hukumNya, maka mereka akan berputus asa dari seluruh kebaikan, pintu langit tidak akan dibukakan untuk arwah mereka, ketika mereka mati dan hendak naik ke langit menuju Allah dan meminta izin, maka mereka tidak diizinkan untuk naik sebagaimana ketika di dunia mereka tidak pernah naik pada keimanan kepada Allah, tidak mengenalNya dan tidak mencintaiNya, karena balasan itu sesuai dengan amal perbuatan. Berbeda dengan orang yang beriman maka dia akan naik ke atas langit sampai batas ketinggian yang Allah kehendaki. Dan mereka akan menjadi penghuni neraka dan tidak akan pernah masuk surga sehingga seekor unta yang merupakan hewan berbadan besar bisa masuk ke dalam lubang jarum jahit yang berlubang kecil, dan ini merupakan syarat mustahil. Mereka tidak akan pernah masuk ke dalam surga

sebagaimana unta tidak akan pernah masuk ke dalam lubang jarum. 42 Seseorang bisa membayangkan, jika di hadapannya ada

seekor unta dan sebatang jarum, tentu masuknya unta ke dalam jarum ini sangat mustahil, sehingga seorang kafir mustahil masuk ke dalam surga sebagaimana mustahilnya unta yang besar masuk ke dalam lubang jarum yang kecil, bahkan orang-orang kafir akan berada di dalam neraka dan mereka saling melaknat satu sama lain dan mereka saling mengharapkan keburukan yang lebih besar untuk yang lainnya, sehingga mereka semuanya mendapat keburukan besar sebagimana

permintaan teman-teman buruk mereka. 43 Ini adalah syarat yang disyaratkan oleh Allah untuk setiap

orang kafir yang mengharapkan keluar dari neraka. Sungguh syarat yang menyusahkan bahkan mustahil dilakukan, dengan syarat ini sepertinya musnah sudah segala harapan bagi orang-orang kafir untuk dapat keluar dari neraka.

42 ‘Abd al-Raḥmān Ibn Nāṣir al-Sa’dī (W: 1376 H), Taisīr al-Karīm al- Raḥmān fi Tafsīr al-Kalām al-Mannān (Riyāḍ: Dār al-Salām, 1422 H), 324. 43

Sayyid Quṭb, Fī Ẓilāl al-Qur`ān (al-Qāhira: Dār al-Shurūq, 1429 H), 1291.

Allah mengabarkan bahwa setiap kali api neraka itu mengecil maka Dia menambah lagi nyala apinya ( kullamā khabat zidnāhum sa’īrā), sisi pendalilan dalam ayat ini adalah Allah menggunakan kata kullamā yang menggandung makna istimrār (terus menerus). Pernyataan ini difirmankan oleh Allah dalam surat al- Isrā[017]:97 berikut:

    Tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah

lagi bagi mereka nyalanya (al- Isrā[017]:97) Api neraka terkadang mengecil dan terkadang membesar kembali, api ini tidak akan pernah mati, akan tetapi setiap kali apinya

meredup maka Allah akan menambah lagi nyalanya. 44 Allah menambah nyala api neraka sebagai tambahan azab untuk orang-

orang kafir, penyulutan dan penambahan nyala api Jahannam ini dengan menambah kembali bahan bakarnya, seraya dikatakan kepada

mereka “Maka rasakanlah dan Kami tidak akan menambah untuk kalian kecuali azab”, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam surat al-Naba[078]:30. 45

Ayat ini menegaskan bahwa setiap kali api Jahannam hendak padam maka ditambah lagi kobarannya oleh Allah sehingga azabnya tidak melemah dan merekapun tidak dimatikan dan sama sekali tidak diringankan azab untuk mereka. Dengan hal ini, Allah sama sekali tidak zalim kepada hambaNya, akan tetapi hal ini terjadi karena kekufuran mereka terhadap ayat-ayat Allah, dan juga karena mereka mengingkari hari kebangkitan yang telah dikabarkan oleh para Nabi dan dijelaskan oleh al-Kitab, dan karena mereka juga telah memandang Allah itu lemah dan mengingkari kesempurnaan

kemampuanNya untuk membangkitkan mereka. 46 Setiap kali meredup dikobarkan lagi api neraka itu, dan

kejadian ini akan terus menerus terjadi tanpa ada batas waktu dari Allah. Sehingga kekekalan neraka menjadi keyakinan yang pasti bagi jumhur Ahlu al-Sunnah. Hal ini seperti perkataan seseorang setiap kali manusia lapar maka dia akan makan, dan ini akan terus terjadi selama-lamanya.

44 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī (W: 310 H), Jāmi’u al-Bayān fī Ta’wīl al- Qur`ān (Beirūt: Dār Ibn Ḥazm, 1423 H), 205.

45 Ismāil Ibn ‘Umar Ibn Kathīr al-Qurashī al-Dimashqī (W: 774 H), Tafsīr al- Qur`ān al-Aẓīm (Riyād: Dār Ṭayyibah, 1418 H), 122.

46 ‘Abd al-Raḥmān Ibn Nāṣir al-Sa’dī (W: 1376 H), Taisīr al-Karīm al- Raḥmān fi Tafsīr al-Kalām al-Mannān (Riyāḍ: Dār al-Salām, 1422 H), 543.

Lafadz kullamā di dalam ayat ini mengindikasikan bahwa api neraka ini akan senantiasa berkobar, dan tidak mempunyai ujung waktu. Sebab lafadz ini berkonsekwensi makna istimrār, atau terus menerus. Setiap kali apinya akan padam maka dikobarkan lagi, kemudian mengecil lalu dikobarkan lagi dan begitu seterusnya. Makna ini juga terdapat dalam firman Allah yang menerangkan setiap kali kulit orang kafir terkelupas karena panasnya api, maka diganti lagi dengan kulit yang baru, hal ini sebagamana firmanNya dalam surat al- Nisā[004]:56:

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (al- Nisā[004]:56)

Al- Ṭabarī (W: 310 H) mengatakan bahwa ayat ini adalah ancaman dari Allah untuk orang-orang kafir yang mendustakan ayat- ayatNya, baik dari kalangan Bani Israil ataupun orang kafir yang lainnya. Mereka semu akan dimasukan ke dalam Neraka dan setiap kali kulit mereka matang dan hangus karena panasnya api, maka akan diganti kembali oleh Allah dengan kulit yang baru, ketika matang dan hangus, maka akan diganti kembali dengan kulit yang baru agar mereka merasakan perihnya azab, dan hal ini akan terus berlaku setiap saat. Al- Ṭabarī meriwayatkan bahwa kulit orang kafir di dalam neraka akan ditebalkan terlebih dahulu setebal empat puluh hasta dan dalam sehari kulit tersebut akan hangus dalam satu hari sebanyak tujuh puluh ribu kali. Setiap kali kulit orang-orang kafir terbakar maka seluruh tuhuh mereka merasakan sakit tiada tara, dan inilah siksaan dari Allah al- Jabbār ketika Dia Murka pada hambaNya yang kafir. 47 Wal’iyadhubillah.

Ibn Abī Ḥātim al-Rāzzī (W: 327 H) meriwayatkan athār dari tafsir ayat ini, bahwa setiap kali kulit mereka terbakar maka akan

digantikan dengan kulit yang baru, dan pergantian kulit mereka di dalam neraka bisa mencapai seratus kali dalam satu jam sebagaimana yang beliau riwayatkan dari Muādh Ibn Jabal dari Rasulullāh Ṣalallāhu’alaihi wasallam. Dalam riwayat lain setiap kali kulit

47 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī (W: 310 H), Jāmi’u al-Bayān fī Ta’wīl al- Qur`ān (Beirūt: Dār Ibn Ḥazm, 1423 H), 47 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī (W: 310 H), Jāmi’u al-Bayān fī Ta’wīl al- Qur`ān (Beirūt: Dār Ibn Ḥazm, 1423 H),

kulit mereka niscaya akan diganti dengan kulit yang baru. 48 Per nyataan ini didukung oleh Ibn Kathīr (W: 774 H) yang

menjadikan ayat in sebagai dalil untuk keabadian azab neraka, di dalamnya orang-orang kafir akan diliputi oleh api yang sangat panas, setiap kali kulit mereka hangus maka akan digantikan dengan kulit yang baru, setiap kali api neraka itu memakan daging penghuninya, maka akan dikatakan, kembalilah seperti semula, maka kulit itupun

kembali lagi seperti semula. 49 Tafsir ayat ini menginformasikan bahwa salah satu objek

siksaan di dalam neraka adalah kulit manusia, dibalik kulit ini ternyata tersimpan indra perasa, dan api sebagai subjek siksaannya, sehingga orang-orang yang ada di dalam neraka akan sangat kesakitan. Dan setiap kali kulit mereka hangus maka akan diganti dengan kulit yang baru. Perkataan setiap kali menjadikan keyakinan akan kekekalan neraka, sebab kembali Allah dan Rasulullah tidak memberikan batasan sampai kapan hal ini terjadi.

Pesan ini menunjukan bahwa azab di dalam neraka bersifat terus-menerus dan tidak akan terputus, per kataan “setiap kali kulitnya hangus lalu K ami ganti dengan kulit yang baru” seperti perkataan “setiap kali selesai maka dimulai lagi dari awal” ketika seseorang hendak mensifati sesuatu bersifat dawam atau selamanya. Setiap kali mereka hangus dan sudah sampai mendekati kebinasaan maka diberi lagi kekuatan baru dari kehidupan sehingga maksud berlanjutnya

azab yang bersifat selamanya terjadi pada mereka. 50 Kulit adalah pusat kepekaan rasa panas. Maka, jika kulit telah

terbakar api seluruhnya, akan lenyaplah kepekaannya. Karena itulah maka Allah akan menghukum orang-orang yang tidak percaya akan Hari Pembalasan dengan mengembalikan kulit mereka waktu demi

48 ‘Abd al-Raḥmān Ibn Abī Ḥātim al-Rāzī (W: 327 H), al-Tafsīr bi al-Ma`thūr (Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1427 H), 63.

49 Ismāil Ibn ‘Umar Ibn Kathīr al-Qurashī al-Dimashqī (W: 774 H), Tafsīr al- Qur`ān al-Aẓīm (Riyād: Dār Ṭayyibah, 1418 H), 336.

50 Mu ḥammad Rashīd Riḍā (W: 1935 M) Tafsīr al-Manār (Beirūt: Dār al- Kutub al-Ilmiyyah, 1426 H), 134.

waktu, karena ayat ini pula Prof. Tajaten Ketua Departemen Anatomi di Universitas Chiang Mai, Thailand mengucapkan syahadatain. 51