Adanya pernyataan langsung bahwa orang-orang kafir tidak akan pernah keluar dari neraka

5. Adanya pernyataan langsung bahwa orang-orang kafir tidak akan pernah keluar dari neraka

Kemudian adanya pernyataan langsung bahwa orang-orang kafir tidak akan pernah keluar dari neraka. Ini sebagaimana firman Allah dalam surat al- Ḥajj[022]:22, Allah berfirman:

            Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran

kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (kepada mereka dikatakan), "Rasailah azab yang membakar ini" (al-

Ḥajj[022]:22) Al- Ṭabarī (W: 310 H) mengatakan tentang tafsir ayat ini bahwa setiap kali orang kafir hendak keluar karena mereka merasakan siksaan yang begitu berat maka akan dikembalikan lagi ke dalamnya. Dan ini menunjukan ada usaha dari mereka untuk keluar, ketika mereka terlempar oleh kobaran api sampai ke atas pintu-pintu neraka, mereka berusaha untuk dapat keluar maka penjaga nerakapun memukul mereka dengan palu, dan dikatakan kepada mereka seraya

memukul dengan palu itu “rasakanlah azab yang membakar itu”. 52

Api yang begitu besar digambarkan oleh al- Ṭabarī mampu melempar tubuh-tubuh raksasa penghuni neraka ke dekat pintu-pintu keluar, akan tetapi mereka dipukul dan dikembalikan lagi ke kedalaman neraka sehingga mereka tidak perbah bisa keluar. Dan pemukulan fisik ini ditambah dengan pemukulan psikis dengan

d ikatakan kepada mereka sebagai ejekan “rasakanlah azab yang membakar itu”. Dengan tidak dapat keluarnya mereka dari neraka ini manjadikan keteguhan al- Ṭabarī akan kekekalan neraka dan penghuninya.

Penduduk neraka di dalamnya tidak bisa bernafas, kaki mereka dirantai dan tangan mereka dibelenggu, dan mereka bisa berada di dekat pintu neraka oleh lemparan api yang besar, akan tetapi palu neraka mengembalikan lagi mereka ke dasarnya, dan dikatakan kepada mereka “rasakanlah azab yang membakar”

sehingga dengan ini penduduk neraka merasakan dua jenis azab yaitu

51 http://www.arrahmah.com/read/2012/02/24/18340-prof-tajaten-masuk-

islam-setelah-membaca-artikel-tentang-kebenaran-al-quran-pada-kulit.html, diakses pada 15 Mei 2013.

52 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī, Jāmi’u al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur`ān (Beir ūt: Dār Ibn Ḥazm, 1423 H), 173.

azab perkataan dan azab perbuatan. 53 Kalimat inipun senada dengan firman Allah dalam surat al-Sajdah[032]:20. 54

kemudian juga ada ungkapan secara tegas bahwa mereka tidak akan pernah bisa keluar darinya walaupun mereka menyesalinya. Hal ini difirmankan oleh Allah dalam surat al- Bararah[002]:167 berikut:

     Dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka (al-

Bararah[002]:167) Mereka yang telah Allah sifati dengan kekufuran akan menghuni neraka dan tidak akan pernah keluar darinya walaupun mereka menyesali perbuatannya setelah mereka menyaksikan besarnya azab Allah. Penyesalan mereka terhadap amal buruk yang telah dilakukan di dunia begitu besar, dan berharap untuk bisa dikembalikan sekali lagi ke dalam dunia agar bisa beribadah di dalamnya dan berlepas diri dari pemimpin-pemimpin yang mengajak pada kemaksiatan kepada Allah. Penyesalan pada waktu itu sama sekali tidak akan bisa menyelamatkan mereka dari azab Allah akan tetapi mereka akan kekal selamanya. Dan di dalam ayat ini terdapat petunjuk atas bantahan Allah untuk orang yang mengira bahwa azab Allah untuk orang kafir akan lenyap, ada batas waktu dan setelah itu hancur binasa, hal ini karena Allah telah mengabarkan sifat orang- orang yang akan menghuni neraka, kemudian menutup kabar ini dengan informasi bahwa mereka tidak akan pernah keluar tanpa memberi pengecualian waktu tertentu, sehingga maknanya tanpa

batas dan tanpa akhir. 55 Ketika orang-orang kafir itu melihat azab yang besar, maka

berlepas dirilah orang-orang yang diikuti dari orang-orang yang mengikuti, kerena mereka semua tidak bisa menghindarkan azab dari

53 Ismāil Ibn ‘Umar Ibn Kathīr al-Qurashi al-Dimashqi (W: 774 H), Tafsīr al- Qur`ān al-Aẓīm (Riyād: Dār Ṭayyibah, 1418 H), 407.

54 Al-Sajdah[032]:20                       

Adapun orang-orang yang Fasik (kafir) Maka tempat mereka adalah Jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya."

55 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī (W: 310 H), Jāmi’u al-Bayān fī Ta’wīl al- Qur`ān, (Beirūt: Dar Kutub al-Ilmiyyah, 1420 H), 80.

dirinya apalagi dari orang lain karena kekuatan pada waktu itu mutlak milik Allah. Orang-orang yang mengikuti kemaksiatan kawannya berangan-angan kepada Allah untuk dikembalikan lagi ke dunia agar bisa beriman kepada Allah dan mengingkari kemaksiatan, akan tetapi ini adalah angan-angan mustahil karena Allah telah menetapkan bahwa mereka tidak akan pernah kembali lagi ke dunia, merekapun menyesal akan tetapi penyesalanpun sudah tidak bermanfaat untuk mereka agar rasa sesak mereka bertambah hebat dan agar penyesalan mereka tambah memuncak, kemudian Allah menutup informasi ini dengan mengabarkan bahwa mereka semua akan mendapat azab

abadi dan kesudahan tanpa henti. 56 Quraish Shihab mengatakan tentang ayat ini, ketika itu

semuanya menyesal mereka ingin kembali lagi ke dunia untuk berlepas diri dari para pemimpin itu, tetapi keinginan mereka itu mustahil tercapai, dan di akherat mereka juga harus mempertanggungjawabkan kesediaannya memilih serta mentaati pemimpin itu. Allah memperlihatkan perbuatan mereka dan semua itu menjadi aneka penyesalan yang luar biasa, tetapi penyesalan tersebut tidak berguna akhirnya merekapun harus masuk ke dalam neraka bersama para pemimpin mereka dan sekali-kali mereka tidak

akan keluar darinya. 57