Neraka Untuk Orang Kāfir

A. Neraka Untuk Orang Kāfir

Mengkafirkan satu individu termasuk ke dalam hukum yang telah ditentukan syariat, orang kafir adalah orang-orang yang telah dikafirkan oleh Allah Ta’ālā, atau dikafirkan oleh Rasulullah Ṣalallāhu’alaihi wasallam, sehingga menghukumi seseorang kafir atau tidak adalah hak Allah bukan hak seorang hamba. Secara bahasa al-kufr artinya menutupi, sehingga seorang petani dalam bahasa Arab disebut “kuffar” karena dia sering menutupi benih dengan tanah, dan malam juga sering disebut “kafir” karena kegelapannya menutupi segela sesuatu. Allah telah menyebutkan al-kufr dalam al-Qur`an dengan lima makna yang berbeda, pertama al-kufr yang bermakna lawan dari

6 7 tauhid, 8 kedua kufu al- ni’mat, ketiga al-kufr bermakna berlepas diri, yang

3 Maḥmūd Muḥammad al-Ḥanṭūr, Qaḍayā al-Aqīdah Bain al-Shaukānī wa Siddiq Khān (al-Qāhira: Maktabah al-Adab, 1428), 75. 4

‘Abd al-Mālik Ibn ‘Abd Allāh al-Juwaini al-Shāfi’i, Kitāb al-Irshād Ilā Qawāti’ al- Adillah fi Uṣūl al-I’tiqād (Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1416 H), 152. 5 Muḥammad Ṣāliḥ al-Uthaimīn (W: 1421 H), Ta’līq Mukhtaṣar ‘Alā Kitāb Lum’ah al- ‘Itiqād (Riyāḍ: Dār al-Waṭan, 1423 H), 74-75. 6 Tentang kufur yang bermakna lawan dari tauhid, Allah berfirman dalam surat al-

Baqarah[002]:6            Baqarah[002]:6           

ketiadaan iman pada Allah dan RasulNya, baik disertai pendustaan atau tidak, seperti ragu atau tidak yakin, atau sengaja berpaling dari syariat Islam karena hasad atau sombong atau karena mengikuti hawa nafsu sehingga tidak

mengikuti wahyu. 11 Dalam istilah Islam kufur adalah lawan dari Iman, sehingga orang

kafir adalah setiap orang yang tidak beriman. Kekufuran seseorang bisa terjadi karena kehilangan iman, baik kehilangannya bersifat total atau iman yang hilang tersebut termasuk ke dalam syarat adanya iman (shartu wujudi al- īmān) seperti seseorang yang tidak syahadat atau tidak menjalankan salat wajib. Jika yang hilang hanya syarat kesempurnaan iman (shartu kamali al- īmān) seperti tidak melaksanakan puasa di Bulan Ramadhan karena tidak

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.

7 Kufur yang bernakna kufur ni’at terdapat dalam surat al-Baqarah[002]:152

karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.

8 Kufur yang bermakna berlepas diri bisa dilihat dalam surat al- ‘Ankabūt[029]:25                  

  Dan berkata Ibr āhīm: "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah

adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebahagian kamu berlepas diri sebahagian (yang lain)...

9 Kufur yang bermakna mengingkari terdapat dalam surat al-Baqarah[002]:89           

Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la'nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.

10 Kufur yang bermakna menutupi di antaranya terdapat dalam surat al-Hadid[]:20             

ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.

11 ‘Abd al-Azīz al-‘Abd al-Latīf, Nawāqid al-Imān al-Qauliyyah wa al-Fi`liyyah (Riyād: Madār al-Waṭan, 1415 H), 34-37.

mau lapar, maka dia masih disebut sebagai seorang mu`min nāqiṣu al-īmān atau mu`min fasik yang sedikit imannya.

Kekafiran mempunyai sebab-sebab sebagaimana keimanan mempunyai sebab-sebab, Mu ḥammad Ḥasbi al-Ṣidiqi menyatakan bahwa sebab-sebab kekufuran biasanya karena keras kepala, congkak, dan sombong, sikap ini sering menjadi karakteristik bagi orang-orang kafir, di antara mereka yang berkarakteristik seperti ini adalah Ab ū Lahab, Abū Jahl, al-Wal īd Ibn al-Mugīrah, dan pendeta-pendeta Yahudi. Atau kekafiranpun bisa disebabkan karena tidak mau mengetahui kebenaran dan merasa hina untuk memperhatikan kebenaran, dan golongan ini senantiasa ada di setiap

waktu. 12 Allah telah mengancam siapa saja yang kafir kepadaNya dengan

neraka yang bersifat kekal abadi tanpa batas waktu sebagaimana pandangan jumh ūr ulama sunni di atas. Dan neraka yang diancamkan untuk orang-orang kafirpun telah disediakan. 13 Dari pembahasan ini orang-orang yang meyakini

ayat-ayatnya memandang bahwa ancaman Allah untuk orang-orang kafir adalah benar dan akan dinyatakan pada waktu yang telah ditetapkan olehNya.

Banyak sekali ayat-ayat tentang neraka yang khusus dialamatkan untuk orang-orang kafir, di antaranya: surat al-Naba`[078]:21-30, al- Balad[090]:19-20, dan al-Bayyinah[098]:06. Ini adalah beberapa ayat yang menyatakan secara langsung ancaman Allah untuk orang-orang kafir.

Dalam surat al-Naba`[078]:21-30, Allah berfirman:              

Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai,lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas. Mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya, mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang

12 Muḥammad Ḥasbi al-Shidiqy, Tafsīr al-Qur`ān al-Majīd (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1995), 40.

13 Al- Baiḍāwī menyatakan hal ini, dengan mengambil istimbat dari surat al- Baqarah [002]:24, lihat: ‘Abd Allāh Ibn ‘Umar Ibn Muḥammad al-Shirāzī al-Baiḍāwī

(W:685 H), Anwār al-Tanzīl wa Asrāru al-Ta`wīl (Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1429 H), 40.

mendidih dan nanah, sebagai pambalasan yang setimpal. Sesungguhnya mereka tidak berharap (takut) kepada hisab, dan mereka mendustakan ayat- ayat Kami dengan Sesungguh- sungguhnya. dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab, karena itu rasakanlah. dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain daripada azab.

Di dalam Jahannam terdapat tempat mengintai untuk mengawasi penghuninya dari kalangan orang-orang yang mengingkarinya sewaktu di dunia. Jahannam ini menjadi tempat kembali untuk orang-orang yang selalu melanggar batasan-batasan Allah karena kesombongan meraka, mereka akan

tinggal di dalamnya selama-lamanya( 14 ahqābā) dengan keabadian ini, merekapun tidak mempunyai minuman untuk menghilangkan haus kecuali

air yang sangat panas yang akan menghanguskan wajah mereka dan air yang sangat dingin berupa nanah yang keluar dari kulit-kulit orang kafir, atau darah dan kotoran yang keluar dari mata-mata mereka.

Ini adalah balasan yang sesuai dengan amal mereka di dunia, karena orang kafir tidak merasa takut akan penghisaban Allah di akherat atas nimat dan kebaikan Allah yang diperolehnya, akan tetapi mereka malah membalas dengan ketiadaan syukur dan buruk tingkah laku. Dan ini adalah hasil karena mereka tidak beriman kepada hal yang gaib, karena bagaimana mungkin mereka akan takut dengan hisab, sedangkan mereka tidak yakin akan dibangkitkan pada hari Kiamat. Dan orang-orang kafirpun mendustakan ayat-ayat Allah, padahal segala sesuatu akan ditulis oleh Allah dalam catatan amal. Dan dikatakan kepada orang-orang kafir yang ada di dalam Jahannam ketika mereka meminum ḥamīn dan qassāq, rasakanlah wahai orang-orang yang kafir azab yang kalian dustakan sewaktu di dunia dan kalian tidak akan mendapat keringanan sedikitpun, mereka di dalam Jahannam terus menapat

peningkatan siksaan selamanya. 15 Sama dengan pandangan di atas al-Uthaim īn (W: 1421 H), berkata

ketika menafsirkan surat al-Naba`[078]:30 bahwa perkataan “Rasakanlah dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kalian selain daripada azab ” ini adalah perintah yang bermakna penghinaan dan perendahan untuk penghuni neraka. Dan Allah tidak akan menambah kecuali azab dalam kekuatan, waktu dan ragam siksaan. Sehingga kuatnya azab akan

14 Ahqāb adalah plural dari al-huqb, al-huqb adalah waktu selama 80 tahun di akherat, satu tahun adalah 360 hari sedangkan satu hari di sana 1 tahun atau 100 tahun di

dunia. Al-Tabari menafsirkan ayat ini bahwa jika telah berlalu al-Huqb maka akan datang al-Huqb yang lain, inilah makna al- Ahqāb dalam ayat ini, dan akan terus seperti ini tanpa ada kesudahan, ini adalah kabar dari Allah dan tidak akan pernah dinasakh, karena nasakh hanya ada pada perintah atau larangan. Lihat: Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī, Jāmi’u al- Bayān fī Ta’wīl al-Qur`ān (Beirūt: Dar Kutub al-‘Ilmiyyah, 1420),404.

15 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī, Jāmi’u al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur`ān (Beirūt: Dar Kutub al- ‘Ilmiyyah, 1420),404.-410.

ditingkatkan, waktu pengazaban akan ditambah dan jenis siksaan akan diragamkan. Sehingga dengan keputus asaan dan ketiadaan sifat sabar mereka menyeru pada penjaga neraka “"Mohonkanlah kepada Rabb kalian supaya Dia meringankan azab dari Kami sehari saja" (al-G āfir[040]:49). Jika diperhatikan permohonan penghuni neraka ini akan diambil beberapa faidah:

Pertama mereka tidak meminta langsung pada Allah, tapi meminta kepada Malaikat penjaga neraka, karena Allah telah melarang mereka untuk berbicara langsung denganNya dan juga karena kerendahannya, mereka melihat bahwa diri mereka bukanlah orang yang pantas langsung memohon pada Allah, sehingga mereka menjadikan para Malaikat sebagai perantara dalam permohonan.

sebagaimana firmannya:       Allah berfirman: "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah

kalian berbicara denganK u” (al-Muninūn[023]: 108) Kemudian merekapun mengatakan “Mohonlah pada Rabb kalian” tidak mengatakan “Rabb kami” karena wajah dan hati mereka tidak bisa mengucapkannya, hal ini disebabkan Rububiyyah Allah yang Maha Tinggi dan Maha Mulia tidak cocok disandarkan pada diri mereka yang sangat hina. Dan merekapun hanya meminta agar diringankan azabNya bukan dihilangkan dan dalam sehari saja, bukan selamanya, karena mereka telah putus harapan dari hal itu, betapa ini menunjukan kedahsyatan siksaan yang

Allah timpahkan kepada mereka. 16 Dalam ayat-ayat ini yang diceritakan oleh Allah dengan azab yang

begitu besar adalah orang kafir, hal ini bisa diketahui dari ciri-ciri mereka yaitu, mereka tidak merasa takut dengan hisab karena mereka tidak meyakininya, dan juga karena mereka telah mendustakan ayat-ayat yang disampaikan oleh Allah. Tidak meyakini hisab dan mendustakan ayat-ayat terasuk ke dalam dosa yang menyebabkan kekufuran pelakunya.

Kemudian Allah berfirman dalam surat al-Balad[090]:19-20:

          Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah

golongan kiri, mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat (al- Balad[090]:19-20)

Al-Q āsimī (W: 1332 H) mengatakan tentang ayat ini, sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah berupa kitab-kitab yang diturunkan dan juga para Rasul, yang akan menjadikan pemegangnya

16 Muḥammad Ṣālih al-Uthaimīn (W: 1421 H), Tafsir al-Qur`ān al-Karīm (Riyād: D ār al-Tharāyā, 1423 H), 33.

senantiasa beristiqamah di atas akidah dan amal, mereka itulah orang-orang yang menjadi golongan kiri berbeda dengan golongan kanan yang akan bahagia. Dan mereka golongan kiri ini akan berada di dalam neraka yang pintunya ditutup rapat-rapat, sehingga tidak ada jalan keluar sekecil apapun. Dan ini adalah kiasan bahwa mereka sama sekali tidak akan bisa keluar dan

mereka akan menghuni di dalam neraka secara kekal. 17 Penutupan pintu neraka dengan rapat, mengesankan bahwa penghuni

neraka akan menghuni neraka dengan kekal. Dan ini disediakan untuk golongan kiri dari kalangan orang-orang kafir. Berbeda dengan golongan kanan yang hidup dengan kebahagiaan.

Mu ḥammad Maḥmūd Ḥajāzī menafsirkan ayat ini hampir senada dengan al-Q āsimī (W: 1332 H), dia mengatakan bahwa: adapun orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Rabbnya baik ayat-ayat al-kauniyah ataupun ayat-ayat al-Qur` āniyyah, meraka adalah kelompok kiri yang akan merugi dan akan kekal di dalam siksa api Jahannam, sebagaimana diisyaratkan dengan firman Allah “’alaihim nār al-mu`ṣadah” yang artinya “muṭbaqah” alias tertutup dari berbagai sisi, sehingga mereka tidak bisa menyelamatkan

diri dari neraka tersebut. 18 Dalam kitab tafsirnya Mirāḥ Labīd Lī Kashfi Ma’nā al-Qur`ān al-

Majīd, Muḥammad al-Jāwī (W: 1316 H) menafsirkan ayat ini dengan mengatakan bahwa orang-orang kafir terhadap dalil-dalil hak berupa kitab dan hujjah, meraka itu adalah kelompok kiri dan mereka berada di dalam

neraka yang tertutup sehingga mereka tidak bisa keluar darinya selamanya. 19 Kembali di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa orang-orang kafir

akan mendapatkan siksaan yang abadi dari Allah al-Jabbar, hal ini dikarenakan Allah menginformasikan kepada manusia bahwa sifat neraka yang akan menjadi hunian mereka pintunya tertutup rapat, sehingga mereka tidak bisa keluar selamanya, dan ini adalah kin āyah bahwa mereka akan menghuni di dalamnya selama-lamanya sebagaimana perkataan al- Qāsimī (W: 1332 H), Maḥmūd Ḥajāzī dan Muḥammad al-Jāwi (W: 1316 H) di atas.

Kemudian dalam surat al-Bayyinah[098]:06, Allah kembali mengancam orang-orang kafir dengan kekekalan neraka. Di dalam ayat ini Allah menyebutkan dua kelompok kafir yang keduanya mendapat ancaman yang sama yaitu khulūd fī al-nār, Allah berfirman:

17 Muḥammad Jamāl al-Dīn al-Qāsimī (W: 1332 H), Maḥāsin al-Ta`wīl (Beirut: Dar al-Kutub al- ‘Ilmiyyah, 1424), 479.

18 Muḥammad Maḥmūd Ḥajāzī, al-Tafsīr al-Wāḍiḥ (al-Qahira: Dar al-Jil, 1388 H), 51.

19 Mu ḥammad Ibn ‘Umar Nawawī al-Jāwī (W: 1316 H), Mirāḥ Labīd Lī Kashfi Ma’nā al-Qur`ān al-Majīd (Beirūt: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1417 H), 634.

Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni Ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk (al-Bayyinah[098]:06).

Al- Ṭabarī (W: 310 H) mengatakan bahwa sesungguhnya orang-orang kafir kepada Allah dan kafir terhadap kenabian Mu ḥammad Rasūlullāh Ṣalallāhu’alaihi wasallam dengan mengingkarinya baik dari kalangan Yahudi, Nasrani, dan seluruh orang-orang Mushrik, mereka semua akan tinggal di dalam Jahannam secara abadi dan tidak akan pernah keluar,

mereka di dalam siksaan selamanya dan tidak pernah mati. 20 Penafsiran al- Ṭabarī mendapat dukungan dari al-Shaukānī (W:1250

H) yang mengatakan di dalam tafsirnya, Allah Ta’ala mengabarkan tentang kondisi orang-orang yang kufur dari kalangan Ahl al-Kit āb dan orang-orang Mushrik, bahwa mereka akan memasuki neraka Jahannam pada hari kiamat nanti dan mereka akan kekal di dalamnya. Dan Allahpun mengatakan bahwa

mereka adalah seburuk-buruk makhluk yang diciptakan. 21 Manusia yang kafir kepada Allah dan nubuwwah nabi Mu ḥammad

dari kalangan Ahl al-Kit āb dan kaum mushrikin mereka itu adalah seburuk- buruk manusia yang diciptakan. Mereka menjadi orang yang paling buruk dikarenakan mereka mengingkari kebenaran yang telah diketahuinya. Di dalam ayat inipun terdapat faidah bahwa Ahl al- Kitāb berbeda dengan orang- orang mushrik, Ahl al-Kitab adalah Yahudi dan Nasrani, mereka dikatakan Ahl al- Kitāb karena mereka menyandarkan keyakinannya pada al-Kitab, sedangkan mushrikin dalam ayat ini adalah orang-orang yang menyembah Allah dan selainnya, mereka mempunyai banyak Tuhan, sehingga mereka disebut mushrikin. Yahudi dan Nasrani walaupun saat ini mereka juga menyembah Allah dan selainnya tetap tidak menghilangkan status Ahl al-

Kitāb mereka karena hal itu bukan berasal dari din mereka. 22 Dalam penafsiran ayat ini, sepertinya al- Ṭabarī dan al-Shaukānī

menyepakati kekekalan azab neraka bagi mereka yang kufur kepada Allah, baik mereka itu golongan Ahlul al-Kitab atau golongan Mushrik secara umum. Kekekalan mereka sama saja karena mereka kehilangan keimanan

20 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī, Jāmi’u al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur`ān (Beirūt: Dār Ibn Ḥazm, 1423 H), 333.

21 Muḥammad Ibn ‘Alī Ibn Muḥammad al-Shaukānī, Fath al-Qadīr al-Jāmi baina Fannai al- Riwāyah wa al-Dirāyah min ‘Ilmi al-Tafsīr (al-Mansurah: Dar al-Wafa, 1418 H),

639. 22 Muḥammad Jamāl al-Dīn al-Qāsimī (W: 1332 H), Maḥāsin al-Ta`wīl (Beirut:

Dar al-Kutub al- ‘Ilmiyyah, 1424), 523.

yang menjadi syarat tidak kekalnya seseorang berada dalam azab neraka, baik mereka kafir dari kalangan Ahlul al-Kitab atau Musyrikin secara umum.

Kekalnya orang-orang kafir di dalam nerakapun sudah disinggung dalam surat al-Baqarah[002]:161-162. Di dalam kedua ayat ini Allah berfirman:

Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam Keadaan kafir, mereka itu mendapat la'nat Allah, Para Malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam la'nat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh (al-Baqarah[002]:161-162)

Di dalam ayat ini Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia telah melaknat orang-orang kafir yang mati dalam kekufuran, bahkan bukan hanya Allah yang melaknat, akan tetapi Malaikat dan Seluruh manusia melaknat mereka. Makna Laknat Allah berarti mereka telah dijauhkan dari Rahmat

Allah, 23 sehingga mereka tidak akan pernah masuk ke dalam surga, sebab tidak ada yang bisa masuk surga tanpa Rahmat dariNya, maka di dalam ayat

berikutnya Allah telah mengabarkan bahwa mereka akan kekal di dalam neraka.

Tentang ayat ini Al-Jaz āirī mengatakan bahwa di dalam ayat ini, Allah mengabarkan bahwa orang-orang kafir kepada Nabi dan agamaNya dari Ahlul al- Kitāb dan dari golongan yang lain, kemudian mereka tidak bertaubat dan mati dalam keadaan seperti itu, maka mereka akan dilaknat oleh Allah, Malaikat dan seluruh manusia, karena itu mereka juga dijauhkan oleh Allah dari Rahmatnya yaitu surga, mereka kekal di dalam Jahannam dan siksa mereka tidak akan diringankan, dan merekapun tidak ditangguhkan walau sesaat sehingga bisa minta uzur. Dan al-Jaz āirī menegaskan pernyataannya ini, bahwa siapa saja yang kufur dan mati di atas kekafiran maka setelah kematiannya mereka akan dilemparkan ke dalam Jahannam dengan kekal. Dan mereka sama sekali tidak ditangguhkan dan tidak

diringankan azabnya. 24 Al- Uthaimīn (W: 1421 H), berusaha menjelaskan faidah yang

terdapat dalam ayat ini, beliau mengatakan bahwa: orang-orang kafir dan mati dalam kekufuran adalah orang yang berhak mendapat laknat Allah, Malaikat dan seluruh manusia, dan orang kafir di akherat akan saling

23 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī, Jāmi’u al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur`ān (Beirūt: Dār Ibn Ḥazm, 1423 H), 77.

24 Abū Bakr Jābir al-Jazāiri, Aisar al-Tafāsir li Kalām al-‘Aliyi al-Kabīr (al- Su’ūdiyyah: Maktabah Aḍwā al-Manār, 1419 H), 68.

melaknat sebagaimana yang Allah kabarkan dalam surat al- Baqarah[002]:116, dan orang-orang kafir akan mendapatkan laknat Abadi dari Allah sehingga diusir dari rahmatNya dan dijauhkan dari rahmatNya, kemudian azab yang akan menimpa meraka tidak akan diringankan

sedikitpun walaupun satu hari. 25 Di antara kekufuran terbesar yang dilakukan oleh sebagian manusia

adalah keshirikan, pelaku kekufuran ini disebut seorang mushrik. Orang- orang mushrik akan masuk ke dalam neraka berdasarkan firman Allah dalam

surat al- 26 Māidah[005]:72 . Perebuatan shirik ada dua macam: pertama shirik akbar (besar) yaitu memperlakukan sesuatu selain Allah sama dengan Allah,

dalam hal-hal yang menjadi hak khusus bagiNya, seperti sujud pada batu, karena sujud adalah ibadah khusus yang seharusnya diberikan hanya pada Allah. Kedua shirik asgar (kecil) yaitu perbuatan yang disebutkan dalam al- Qur`an dan al-had īth sebagai satu keshirikan tetapi belum sampai pada akbar

seperti riya. 27 Kembali dalam penafsiran ayat ini, orang-orang kafir telah diancam

secara tegas oleh Allah dengan kekekalan neraka. Bahkan kehinaan mereka dalam neraka ditambah dengan laknat dari Allah, Malaikat dan semua manusia, termasuk diri mereka sendiri, karena pada hakekatnya merekapun menyesali perbuatan kufur yang mereka lakukan di dunia. Jika hanya Allah yang melaknat tentu ini sudah cukup untuk menyengsarakan mereka, akan tetapi Allah berkehendak supaya seluruh makhlukNya dari kalangan Malaikat dan manusia untuk juga melaknati mereka.

Dosa shirik termasuk kedalam dosa yang akan membinasakan pelakunya hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Salall āhu’alaihi wasallam berikut:

25 Muḥammad Ṣālih al-Uthaimīn (W: 1421 H), Tafsir al-Qur`ān al-Karim (Riyād: D ār Ibn ak-Jauzī, 1423 H), 204.

26 al- Māidah[005]:72                                     

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", Padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.

27 Muḥammad al-Tamīmī, Tauhid Pemurnian Ibadah Kepada Allah (Jakarta: Yayasan al-Safwa, 2003 M), 18.

Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang akan membinasakan, mereka berkata: Wahai Rasulullah apakah tujuh dosa tersebut? Beliau bersabda: Shirik pada Allah, membuhun jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan haknya, memakan riba, memakan harta anak yatim, kabur dari medan perang saat berkecamuk dan menuduh seorang mu`minah yang menjaga kesuciannya

dan tidak berfikir sedikitpun untuk berzina. 28 Sebagaimana kekufuran, maka shirik juga terbagi menjadi besar dan

kecil, shirik besar menyebabkan seseorang keluar dari Islam, menghapus semua perbuatan baik, serta memasukan pelakunya kekal dalam neraka jika dia meninggal dunia dalam keadaan belum bertaubat dari keshirikan. Sedangkan shirik kecil tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam, tidak menyebabkan kekal di dalam neraka, dan tidak menghapus amalan

terdahulu yang pernah dilakukan. 29 Selain ancaman neraka dengan sifat kufur al-Qur`an juga telah

menyebut beberapa individu-individu kafir secara langsung yang telah diponis akan masuk neraka, atau sifat secara umum akan tetapi asb āb al- nuz ūl menunjukan individu yang dituju. Di antara nama-nama tersebut adalah: Iblis, Abū Lahab dan Istrinya, Abū Jahal, Fir’aun, Hāmān, Qārun, Bapak Nabi Ibrāhīm, Istri Nabi Nūḥ, Istri Nabi Lūṭ. Ketika individu-individu ini telah ditetapkan oleh syariat akan menghuni neraka maka seorang

mu`min harus menetapkan pula sebagai bentuk 30 ittiba’ pada syariat. Tentang

mengkisahkan tentang pembangkangannya terhadap perintah untuk sujud pada Adam, dan setelah jelas kekufuran dan kesombongan iblis pada perintah Allah, maka Allahpun mengusirnya dan mengancam Iblis dengan Jahannam. Bahkan Allah telah bersumpah bahwa Jahannam akan dipenuhi oleh Iblis dan para pengikutnya

dari kalangan jin dan manusia. 31 Al- Ṭabarī (W: 310 H) memberikan komentarnya tentang firman

Allah dalam surat al- Isrā[017]:63: dalam ayat ini Allah mengusir Iblis dan siapa saja dari kalangan Bani Adam yang mentaatinya maka bagi mereka

28 Hadith ini diriwayatkan oleh Bukhārī, Muslim, Abū Dāud, dll (Lihat Maktabah Shamilah)

29 Muḥammad Ibn Ibrāhīm al-Tuwaijiri, Ensiklopedi Islam al-Kamil (Jakarta: Darus Sunnah, 2011 M), 78 dan 82.

30 Muḥammad Ṣāliḥ al-Uthaimīn (W: 1421 H), Ta’līq Mukhtaṣar ‘Alā Kitāb Lum’at al- I’tiqād al-Hādī Ila Sabīl al-Rashād (Riyād: Dar al-Watan, 1423 H), 74.

31 Abd al- Raḥmān Nāṣir al-Sa’dī (W: 1376 H), Taisīr al-Karīm al-Raḥmān fī Tafsīr Kalām al-Mannān (Riyād: Dār Salām, 1422), 320. Lihat kisahnya dalam al-Qur`an

surat al- A’rāf[007]:11-18.

semua adalah azab Jahannam. Iblis diazab atas dosa ajakan pada manusia untuk kufur kepada Allah dan manusia diazab atas kerelaannya mengikuti

ajakan Iblis. 32 Adapun Abu Lahab dan Istrinya distempel langsung untuk menjadi

penghuni neraka oleh Allah dalam surat al-Lahab[111]:1-5. 33 Abu Lahab adalah salah satu paman Nabi Mu ḥammad, akan tetapi dia termasuk manusia

yang paling memusuhi Rasulullah, membenci, mengejek dan selalu menghinanya dan menghina dakwahnya. Dia mati setelah terjadi perang Badar di Makkah, ketika itu dia tidak ikut berperang akan tetapi mengirimkan utusan untuk perang, setelah mendengar kejadian Perang Badar diapun mati dalam kesedihan. Surat ini mengisyaratkan dengan jelas bahwa dia termasuk ke dalam penghuni neraka yang apinya menggejolak. Dan ini adalah balasan setimpal, karena dia telah membuat permusuhan dan

perlawanan terhadap kebenaran. 34 Tidak hanya Ab ū Lahab yang akan masuk ke dalam neraka, akan

tetapi istrinya juga akan masuk ke dalam neraka, hal ini dikarenakan istrinya ikut membantu dalam memusuhi Rasulullah dan dakwahnya. Istri Abu Lahab ini selalu membuat adu domba yang dikiaskan dalam al-Qur`an dengan selalu membawa kayu bakar, dan karena adu domba yang selalu dilakukannya ini, dia nanti di akherat akan dikenakan rantai dari Api

neraka. 35 Selanjutnya adalah Ab ū Jahal, dia adalah salah satu gembong kafir

Quraisy yang sangat besar permusuhannya pada Rasullullah Ṣalallāhu’alaihi wasallam . Dia ditetapkan oleh Syariat sebagai penghuni neraka berdasarkan al-Qur`an dan al-Sunnah serta kesepakatan semua ulama Islam. Al-Qur`an menetapkannya sebagai penghuni neraka dalam surat al-Dukhan[044]:43-

32 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī (W: 310 H), Jāmi’u al-Bayān Fī Ta`wīl al- Qur`ān (Beirūt: Dār Ibn Ḥazm, 1423), 145.

33 Surat al-Lah āb[111]:1-5                            

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sesungguhnya Dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak Dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar, yang di lehernya ada tali dari sabut.

34 Muḥammad Jamāl al-Dīn al-Qāsimī (W:1332 H), Tafsīr al-Qāsimiy al-Musammā Maḥāsin al-Ta`wīl (Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1418 H), 563-564.

35 Khālid ‘Abd al-Qadīr Ᾱli ‘Uqdah, Jāmi’u al-Tafsīr (Riyād: Dār al-Tayyibah, 1421), 2469-2470.

36 Surat al-Dukhan[044]:43-50

Ayat ini diturunkan oleh Alla h sebagai ancaman untuk Abū Jahal Ibn Hishām secara khusus dan untuk orang-orang yang seperti dia secara umum.

Azab yang pedih yang digambarkan dalam ayat ini akan ditimpakan pada Abū Jahal seraya dikatakan kepadanya “Rasakanlah, Sesungguhnya kamu orang yang Perkasa lagi mulia”. Perkataan ini pada dasarnya sebagai siksaan psikis pada Abū Jahal . Hal ini dikatakan kepadanya karena dia pernah menyatakan bahwa “tidak ada orang yang paling mulia yang berada di antara gunung Makkah kecuali aku”. Akibat kesombongannya ini maka Allahpun

memberinya azab dan penghinaan di akhirat. Seolah-olah akan dikatakan di akherat nanti ketika dia ditimpa azab, “Wahai orang yang mengaku perkasa

dan mulia, rasakanlah azab yang pedih ini, karena sesungguhnya engkau hanyalah hamba yang lemah lagi terhina. 37

Kemudian individu yang diancam dengan neraka adalah manusia terburuk yang pernah mengaku sebagi tuhan, dia adalah Fir’aun. Ancaman ini Allah sampaikan dalam surat al-N 38 āzi’āt[079]: 25 dalam ayat ini, Allah Sub ḥānahu Wata’ālā memerintahkan pada Nabi Mūsa untuk mengajak Fir’aun kepada kebenaran setalah dia bersikap melampaui batas dalam keshirikan dan berbuat dosa, setalah Nabi M ūsa menyampaikan ajakan dan menunjukan mu’jizat yang mendukung kebenaran apa yang disampaikan, maka Fir’aun tetap menolak kebenaran, bahkan dia mengumpulkan semua pasukannya dan rakyatnya lalu mengumumkan kepada mereka bahwa “akulah tuhan kalian yang maha tinggi”. Karena ucapan dan

kesombongannya maka Allahpun mengancam dia dengan azab di akherat dan di dunia. 39

Sesungguhnya pohon zaqqum itu (pohon yang tumbuh di neraka), makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang Amat panas. Peganglah Dia kemudian seretlah Dia ke tengah-tengah neraka. kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang Amat panas. Rasakanlah, Sesungguhnya kamu orang yang Perkasa lagi mulia. Sesungguhnya ini adalah azab yang dahulu selalu kamu meragu-ragukannya.

37 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī (W: 310 H), Jāmi’u al-Bayān Fī Ta`wīl al- Qur`ān (Beirūt: Dār Ibn Ḥazm, 1423), 163-164. 38

Al- Nāzi’āt[079]:17-25.       Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.

39 Abd al- Raḥmān Nāṣir al-Sa’dī (W: 1376 H), Taisīr al-Karīm al-Raḥmān fī Tafsīr Kalām al-Mannān (Riyād: Dār Salām, 1422), 1072.

Allah mengazab Fir ’aun di akherat dengan memasukannya ke dalam neraka, adapun azabnya di dunia ini dengan menenggelamkan dia dan pengikutnya di laut. Hal ini dikisahkan oleh Allah dalam surat al-

Shu’ara[026]:65-66 yang artinya: “dan Kami selamatkan Musa dan orang- orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang

lain itu 40 ”. Setelah Fir’aun diancam dan dipastikan oleh Allah untuk diazab,

maka Allahpun menyebut Mentri Fir’aun yaitu Hāmān sebagai orang yang dipastikan akan masuk neraka pula, ini disebutkan oleh Allah dalam surat al-

Qa 41 ṣaṣ[028]:41. Kemungkinan H āmān ini menjabat mentri pembangunan Fir’aun sehinga Fir’aun memerintahkan kepadanya untuk membangun

bangunan yang tinggi, bahkan tidak ada bangunan yang lebih tinggi dari itu pada zamannya, guna membuktikan kepada rakyatnya bahwa Musa telah

berdusta karena mengatakan adanya Tuhan selainnya. 42 Inilah kesombongan yang diperlihatkan Fir’aun yang telah mendustakan Nubuwwah Mūsā ‘Alaihi

al-sal 43 ām dan kedunguan yang dimiliki oleh para pembesar kerajaan.

H āmān bersama Fir’aun memang telah dinyatakan oleh Allah bahwa keduanya telah melakukan kesalahan besar, Fir’aun dengan kesombongannya mengaku sebagai Tuhan, sedangkan H āmān dengan kelemahan akalnya mendukung bahkan membantu semua yang diperintahkan Fir’aun untuknya sehingga keduanya dijadikan sebagai pemimpin yang akan mengajak orang lain menuju neraka. 44

Selanjutnya orang yang diancam oleh Allah untuk menjadi penghuni neraka adalah Q ārūn. Qārūn adalah anak paman Musa ‘Alaihi al-Salām, dia adalah orang yang diuji oleh Allah dengan memiliki banyak harta, sehingga

40 Muḥammad Ibn ‘Ali Ibn Muḥammad al-Shaukāni (w:1250 H), Fath al-Qadīr al- Jāmi’ Baina Fanni al-Riwāyah wa al-Dirāyah Min ‘Ilmi al-Tafsīr (al-Mansuriyah: Dār al-

Wafā, 1418 H),499. 41 al-Qa ṣaṣ[028]:41

          Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan

pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. 42 Ismā’īl Ibn ‘Umar Ibn Kathīr al-Qurashī al-Dimashqī (W: 774 H), Tafsīr al-

Qur`ān al-‘Aẓīm (Riyād: Dār al-Tayyibah, 1420) 238. 43 Abd al- Raḥmān Nāṣir al-Sa’dī (W: 1376 H), Taisīr al-Karīm al-Raḥmān fī

Tafsīr Kalām al-Mannān (Riyād: Dār Salām, 1422), 723. 44 Muḥammad al-Amīn Ibn Muḥammad Mukhtār al-Shinqiṭī (W:1393 H), Aḍwā al-

Bayān Fī Iḍāh al-Qur`ān bi al-Qur`ān (Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1424 H), 302. Allah berfirman bahwa Fir’aun dan Hāmān telah melakukan dosa yang besar dalam firmannya surat al- Qaṣaṣ[028]:08

Sesungguhnya Fir'aun dan H āmān beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.

hartanya tidak bisa dipikul oleh tiga orang kuat. Akan tetapi kekayaan yang Allah berikan kepadanya tidak membuatnya bersyukur, bahkan membuat dia lupa sehingga dia termasuk ke dalam orang kafir yang akan masuk ke dalam

neraka tanpa hisab. 45 Kisah Q ārūn dan Nabi Mūsā ini adalah sebagai contoh terhadap

orang-orang kafir yang kaya-raya dari Quraish seperti Ab ū Lahab, Abū Sufyan Ibn Ab ī al-Muṭālib sebelum masuk Islam. Dekatnya nasab dengan Nabi Muḥammad, tidak akan memcegah mereka dari neraka sebagaimana kedekatan Q ārūn kepada Nabi Mūsā. Semuanya akan masuk neraka karena

kekufuran meraka pada utusan Allah. 46 Kemudian bapak Nabi Ibr āhīmpun yang bernama Ᾱzar diancam oleh

Allah dengan azab yang sangat pedih juga, penetapan ancaman ini terdapat dalam surat al-Taubah[009]:113-114. Al- Sa’dī mengatakan tentang tafsir ayat ini bahwa tidak layak bagi seorang Nabi atau seorang mu`min untuk memintakan ampun bagi orang-orang musyhrik atau orang-orang kafir yang menyekutukan Allah walaupun mereka adalah saudara dekat, karena istigfar untuk mereka dalam keadaan seperti ini satu kesalahan yang tidak akan mendatangkan manfaat, karena jika mereka mati dalam keshirikan atau telah diyakini bahwa mereka akan mati dalam keshirikan maka mereka termasuk ke dalam golongan yang berhak mendapatkan azab dan pasti menghuni neraka dengan kekal, sehingga tidak berguna untuk mereka syafaat orang- orang yang memintakan syafaat dan tidak berguna pula istigfar orang yang memintakan istigfar. Dan juga bagi seorang Nabi atau orang yang beriman dia harus menyelaraskan keridaan dan kebencian sesuai dengan keridaan dan kebencian Allah. Ketika Allah meridai sesuatu maka diapun harus meridainya, begitupula sebaliknya ketika Allah membenci sesuatu maka

diapun harus membencinya, sebagai bentuk adab kepadaNya. 47 Mu ḥammad Rashīd Riḍā (W: 1935 M) mengutip perkataan dari Ibn

‘Abbās bahwa dahulu Ibrāhīm ‘alaihi al-salām senantiasa bertistigfār memintakan ampun kepada Allah untuk bapaknya, akan tetapi ketika bapaknya mati dalam keshirikan maka diapun berlepas diri darinya dan menghentikan meminta ampun kepada Allah untuk bapaknya. Dan ini adalah

konsekwensi dari sebuah keimanan. 48

45 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī (W: 310 H), Jāmi’u al-Bayān Fī Ta`wīl al- Qur`ān (Beirūt: Dār Ibn Ḥazm, 1423), 140. Kisah ini bisa dibaca dalam tafsir al-Tabari

ketika menafsirkan al- Qaṣaṣ[028]:76-84. 46 Muḥammad al-Ṭāhir Ibn ‘Ᾱshūr (W: 1972 M), Tafsīr al-Tahrīr wa al-Tanwīr

(Tunis: Dār al-Sahnūn, 1997 M), 174. 47 ‘Abd al-Raḥmān Nāṣir al-Sa’dī (W: 1376 H), Taisīr al-Karīm al-Raḥmān fī

Tafsīr Kalām al-Mannān (Riyād: Dār Salām, 1422), 405. 48 Muḥammad Rashid Riḍā (W: 1935 M), Tafsīr al-Qur`ān al-Ḥakīm al-Mashhūr

bi Tafsīr al-Manār, (Beirūt: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1426), 48.

Dalam penafsiran ini, terungkap kejelasan bahwa orang-orang kafir tidak akan dapat mengambil manfaat dari istigfar orang-orang yang memohonkan untuk mereka, bahkan jika telah diketahui seseorang mati dalam kekufuran maka kaum muslimin tidak diperbolehkan memintakan ampunan untuk mereka. Inipun menunjukan bahwa kedekatan seorang kafir dengan orang yang salih menjadi tidak bermanfaat di akherat nanti karena kekufuran menghalangi dari mendapatkan manfaat itu.

Kemudian orang yang ditetapkan oleh Allah sebagai penghuni neraka adalah istri Nabi N ūh dan Istri Nabi Lūṭ. Keputusan ini difirmankan oleh Allah dalam surat al-Ta 49 ḥrīm[066]:10. Kedua istri nabi ini tidak berkhianat

dalam masalah ranjang akan tetapi keduanya berkhianat tentang ajaran yang dibawa oleh kedua suaminya. Khianat istri Nabi N ūh yaitu dia mengatakan kepada kaumnya bahwa N ūh adalah orang yang tertutup akalnya alias gila, adapun pengkhianatan istri nabi L ūṭ adalah dia menginformasikan kepada kaumnya bahwa dirumahnya ada tamu lelaki yang bagus, sedangkan kaumnya ketika itu sangat menyenangi sesama jenis. Inilah khianat keduanya

sehingga menjadi kafir dan diancam dengan neraka. 50 Inilah sifat manusia yang akan menyebabkan seseorang masuk ke

dalam neraka, dan juga beberapa individu dalam al-Qur`an yang telah diponis untuk menjadi penghuni neraka karena kekufuran mereka kepada Allah. Jika na ṣ al-Qur`an atau al-Hadith menyatakan satu individu menjadi penghuni neraka maka seorang yang beriman harus meyakininya juga tanpa ada keraguan sedikitpun bahwa individu yang disebut namanya itu pasti akan masuk ke dalam neraka, sebab kabar Allah pasti benar dan kabar Allah tidak akan dinasakh atau diganti tidak seperti hukum Allah yang terkadang diganti oleh hukum Allah yang lain. Dan jika tidak ada na ṣ yang menyatakan seseorang masuk neraka maka seorang mu`min tidak boleh memastikan dia masuk neraka. Akan tetapi boleh bagi seorang mu`min merasa khawatir

49 Al- Taḥrīm[066]:10                            

Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba- hamba kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)".

50 ‘Abd al-Raḥmān Ibn Abī Ḥātim Muḥammad Ibn Idrīs al-Rāzī (W:327 H), Tafsīr Ibn Abī Ḥātim al-Rāzi al-Musammā al-Tafsīr bi al-Ma`thūr (Beirūt: Dār al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, 1427 H),493.

terhadap seseorang yang berdosa dan mengharap kepada orang yang senantiasa taat pada Allah.