Neraka Dalam Pandangan Mufassirīn

3. Neraka Dalam Pandangan Mufassirīn

Adapun pandangan Mufassir īn tentang neraka maka mereka berbeda- beda sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan dan manhaj keberagamaan mereka. Ada di antara mereka yang menyatakan bahwa neraka akan kekal untuk orang-orang kafir dan pelaku dosa besar yang tidak bertaubat dari dosanya tersebut. Ada juga di antara mufassir yang menyatakan bahwa neraka tidak akan kekal baik untuk orang kafir ataupun untuk orang yang beriman yang melakukan dosa besar. Dan yang ke tiga yaitu para mufassir yang memiliki pandangan pertengahan yaitu mereka yang menyatakan bahwa neraka akan kekal untuk orang-orang kafir dan tidak kekal untuk orang-orang yang beriman sekalipun orang yang beriman ini telah melakukan dosa besar dan belum bertaubat darinya dengan syarat dosa yang dilakukannya berada di bawah level keshirikan.

Di antara mufassir yang menyatakan bahwa seluruh orang yang masuk ke dalam neraka akan kekal di dalamnya baik dia itu orang kafir ataupun orang mu`min yang berdosa besar adalah al-Zamakhshari dalam tafsir al-Kashh āf. Mungkin pandangan ini dipengaruhi oleh manhaj keislaman yang dia anut yaitu bermadhab 140 Mu’tazilah. Kekalnya pelaku dosa besar menurut Mu’tazilah ini mengacu pada aqidah mereka yang menyatakan bahwa syafaat tidak berlaku sama sekali di akherat. Mereka

Tim Riset dan Kajian Ilmiyah Universitas Islam Madinah, Rukun Iman (Madīnah: Maktabah al-Malik al-Fahd, 1424 H), 109-110. 140

Jār Allāh Maḥmūd Ibn ‘Umar Ibn Muḥammad al-Zamakhsharī, al-Kashhāf ‘an Haqāiq Gawāmiḍ al-Tanzīl wa ‘Uyūn al-Aqawīl fī Wujūh al-Ta`wīl (Beirūt: Dār al-Kutub al- ‘Ilmiyyah, 1415 H), 540.

memandang bahwa Allah harus selalu berada dalam keadilan, janji dan ancamanNya yang telah dibuatNya. 141

Adapun di antara mufassir yang menyatakan bahwa orang-orang yang masuk ke dalam neraka tidak akan kekal di dalamnya adalah Quraish Shihab dalam tafsirnya al-Mi ṣbah, pandangan ini didasarkan pada pandangan bahwa Rahmat Allah begitu luas sehingga akan terpancar pula pada orang-orang yang ada di dalam neraka. Luasnya Rahmat Allah ini dinyatakan akan mengalahkan murkanya. Rahmat Allah terejawantahkan dalam surganya sedangkan Murka Allah terejawantahkan dalam nerakanya, karena Rahmat Allah mengalahkan Murkanya maka ini berkonsekwensi neraka tidak akan kekal, yang kekal abadi adalah surgaNya. Adapun kata- kata khul ūd bagi penghuni neraka ini artinya waktu yang sangat lama bukan selama-lamanya. 142 Dan Sayyid Qutb dalam tafsirnya Juga mempunyai

pandangan yang hampir sama dengan Quraish Shihab ini, walaupun Qutb tidak konsisten dengan pernyataannya, sebab terkadang beliau menyatakan

kekal terkadang tidak. 143 Adapun Mayoritas Mufassir dalam masalah kekekalan neraka ini

berada pada posisi pertengahan yaitu neraka kekal selamanya tanpa batas untuk orang-orang kafir dan neraka itu bersifat sementara untuk orang-orang yang beriman ketika dia memasuki neraka karena dosa besar yang dia lakukan dan tidak sempat bertaubat kepada Allah.

Yang menyatakan ini di antaranya: al- Ṭabarī (W: 310 H), Ibn Kathīr (W: 774 H), Sa’īd Ḥawwā, al-Alūsī (W: 1270 H), al-Ṭabarī (W: 310 H) seperti yang diungkapkan surat al-Baqarah [002]: 39, “Orang-orang yang kufur dan mendustakan ayat-ayat Allah adalah penghuni neraka secara abadi tanpa batas waktu”. Al-Ṭabarīpun mengutip satu ḥadīth dari Rasulullah,

bahwa beliau bersabda:

Adapun penduduk neraka yang akan menjadi penduduk sebenarnya (kafir), mereka tidak mati dan tidak hidup, akan tetapi satu kaum yang tertimpa neraka karena kesalahan dan dosa mereka (akan tetapi masih beriman), maka mereka akan dimatikan, sehingga ketika mereka menjadi arang,

mereka diizinkan mendapat syafaat. 144

141 Ḥamūd Ibn ‘Abd Allāh al-Maṭar, Agar Kita Mendapat Syafaat (Jakarta: Darul Haq, 2007) 43.

M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, pesan, kesan dan keserasian Al- Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2000 M) 347-348

143 Sayyid Quṭb, Fī Ẓilāl al-Qur`ān (al-Qāhirah: Dar al-Shurūq, 1429) 2883.

144 Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī (W: 310 H), Jāmi’u al-Bayān fī Ta`wīl al- Qur`ān (Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1420), 286.

Untuk menjelaskan firman Allah di atas Ibn Kathīr (W: 774 H) mengatakan bahwa siapa saja yang bermaksiat kepada Allah dan RasulNya maka mereka akan mendapatkan neraka Jahannam, mereka kelal di dalamnya, selama-lamanya tanpa batas waktu dan merekapun tidak keluar

darinya. 145 Pernyataan mufasir masyhur ini didukung oleh Sa’īd Ḥawwā dalam

al- Asās fī Tafsīr yang mengungkapkan perkataan yang sama dengan jumhūr mufassirīn bahwa yang akan masuk ke dalam neraka secara kekal adalah

orang-orang kafir, karena neraka memang disediakan untuk mereka, walaupun akan ada kalangan muslim yang juga masuk ke dalam neraka karena kemaksiatannya pada Allah, akan tetapi mereka tidak kekal di dalam

neraka sebagaimana kekalnya orang-orang kafir. 146 Begitu juga ulama Bagdād al-Alūsī (W: 1270 H) mendukung

pendapat jumhur, beliau mengatakan bahwa kekekalan orang kafir di dalam neraka sudah menjadi ijma, hal ini bisa dilihat ketika beliau menafsirkan makna k hulūd yang terdapat pada surat al-Baqarah[002]:39 beliau mengatakan “wa al-khulūd hunā al-dawām ‘alā ma in’aqada ‘alaihi al-ijmā” (makna khul ūd yang terdapat dalam ayat ini adalah selama-lamanya sesuai dengan ijma yang sudah terjadi). 147 Lafadz khulūd untuk orang kafir yang

masuk neraka tidak bisa ditafsirkan dengan berdiam dalam waktu lama, karena dalam beberapa ayat Allah menambah dengan kata “abadā” yang

mencegah maksud khulūd yang bermakna diam dalam waktu yang lama. Dan inipun menunjukan bahwa Allah tidak akan pernah mengampuni mereka dan tidak pernah memberi mereka hidayah, bahkan mereka akan berada di dalam neraka selamanya dan ini adalah amat mudah bagi Allah dengan tidak memperdulikan mereka. Hal ini diungkapkan oleh al- Alūsī ketika menafsirkan surat al- 148 Nisā[004]:169.

Kemudian Al- sa’dī (W: 1376 H) mengatakan bahwa orang-orang yang kufur dan mendustakan ayat-ayat Allah adalah orang yang akan menjadi penghuni neraka, dan mereka tidak akan keluar darinya, tidak akan diringankan azabnya dan tidak akan ditolong. Ayat-ayat semacam ini semuanya berlaku untuk manusia maupun jin, karena jin dan manusia sama

dilihat dari balasan baik dan balasan buruk sesuai dengan amal meraka. 149

145 Ismā’īl Ibn ‘Umar Ibn Kathīr al-Dimashqī (W: 774 H), Tafsīr al-Qur`ān al-Aẓīm (al- Riyād: Dār al-Salām, 1421 H), 2934.

146 Sa’īd Ḥawwā, al-Asās fī Tafsīr (al-Qāhirah: Dār al-Salām, 1419 H), 132. 147 Maḥmūd al-Alūsi (W: 1270 H), Rūh al-Ma’āni fī Tafsīr al-Qur`ān al-Aẓīm wa

al- Sab’i al-Mathāni (Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1422 H), 243. 148 Maḥmūd al-Alūsī (W: 1270 H), Rūh al-Ma’āni fī Tafsīr al-Qur`ān al-Aẓīm wa

al-Sab ’i al-Mathāni (Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1422 H), 197. 149 ‘Abd al-Raḥmān Nāṣir al-Sa’dī (W: 1376 H), Taysīr al-Karīm al-Raḥmān fī

Tafsīr Kalām al-Mannān (Riyād: Dār Salām, 1422), 40.

Orang-orang kafir dari Musyrikin Quraish dan mendustakan al- Qur`an mereka semua akan diazab di dalam neraka, dan mereka akan kekel

abadi, mereka akan dimasukan ke dalam peti-peti besi yang dikunci. 150 Ini adalah perkataan dan pernyataan para mufassir tentang kekekalan neraka,

dan ini hanyalah sebagian dari perwakilan mufassir dalam kitab-kitab tafsir mereka.

150 ‘Abd al-Raḥmān Ibn Abī Hātim al-Rāzī (W:327), al-Tafsīr bi al-Ma`thūr (Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1427), 80-81.