DAFTAR ISI Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1 2.
Perumusan Masalah 8
3. Pembatasan Masalah
8 4.
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 8
5. Kerangka Teori
9 5.1 Perspektif dan Konsep demokrasi
9 5.2 Teori Kedaulatan
11 5.3 Teori dan Konsep Kekuasaan
14 5.4 Partai politik
19 5.4.1 Pengertian Partai Politik
19 5.4.2 Sistem Kepartaian
20 5.4.3 Fungsi Partai Politik
21 5.5 Legislatif
24 5.5.1 Teori Perwakilan Politik
24 5.5.2 Fungsi Legislatif
26 5.6 Konsepsi Sistem Presidensial
28 5.6.1 Sejarah Singkat
28 5.6.2 Prinsip-prinsip Sistem Presidensial
30 5.6.2 Ciri Umum Sistem Presidensial
31 5.7 UUD 1945 dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
32 5.8 Kerangka Konsep
33 5.8.1 Negara
33 5.8.2 Kekuasaan
34 5.8.3 Eksekutif
34 5.8.4 Legislatif
35
Universitas Sumatera Utara
5.8.5 Amandemen UUD 35
6. Metodologi Penelitian 38
6.1 Jenis Penelitian 38
6.2 Teknik Pengumpulan Data 38
6.3 Teknik Analisa Data 38
7. Sistematika Penulisan 39
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
1. Lembaga Eksekutif Pasca Reformasi
40 1.1 Gambaran Lembaga Eksekutif Pasca Reformasi
40 1.2 Kekuasaan, Wewenang, dan Tugas Presiden
42 1.2.1 Kekuasaan Presiden Sebagai Kepala Eksekutif
42 1.2.2 Kekuasaan Presiden Sebagai Kepala Negara
45 1.2.3 Tugas dan Wewenang Presiden
46 1.3 Kedudukan Presiden
50 1.4 Pemilihan Presiden Secara Langsung
51 2. Lembaga Legislatif Pasca Reformasi
53 1.1 Sejarah Berkembangnya Lembaga Legislatif di Indonesia 53
1.2 Fungsi, Tugas, dan Wewenang Legislatif 58
BAB III HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF PASCA REFORMASI
1. Sistem Presidensial di Indonesia
62 2.
Peta Kekuatan Politik di Parlemen 68
3. Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif
77
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan
88 2.
Rekomendasi saran 95
Daftar Pustaka Lampiran
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
ABED NEGO SAGALA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF PASCA REFORMASI
Rincian isi Skripsi, 104 halaman, 24 buku, 1 Jurnal dan 2 situs internet
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai bagaimana sebenarnya hubungan eksekutif dan legislatif pasca refomasi. Melihat sejarah Indonesia kedua lembaga
ini mengalami dinamika yang cukup menarik. Jika masa orde baru hubungan keduanya relatif sejalan maka sejak masa reformasi berdampak terhadap
ketidakharmonisan hal ini banyak disebabkan oleh beberarapa faktor. Salah satu problema yang terjadi sejak reformasi adalah kombinasi sistem Presidensial dan
sistem Multipartai yang mengakibatkan terfragmennya kekuataan politik di Indonesia. Oleh karenanya pemerintahan yang memenangkan pemilu tidak akan
meraih dukungan suara yang mayoritas di DPR. Akibatnya pemerintahan yang dihasilkan tidak akan berjalan dengan efektif karena akan selalu mendapat
intervensi dari DPR. Selain pemerintahan koalisi sebagaimana ditunjuk sebagai jalan keluar ini ternyata masih menyisahkan permasalahan hubungan legislative
dan eksekutif.
Di sisi lain adanya amandemen UUD 1945 telah berdampak kepada pola hubungan antara legislatif dan eksekutif. Desain konstitusi yang semula ingin
menyeimbangkan kekuasaaan eksekutif-legiaslatif akhirnya terperangkap pada situasi kekuasaaan yang sarat dengan DPR. Empat kali amandemen 1945 tidak
hanya memperkuat DPR secara kelembagaan melainkan memperkuat posisi politik dan otoritas DPR sehingga melambangkan hegemoni DPR terhadap
pemerintah.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif pada pemetaan kekuataan politik di Indonesia pada pemilu 2004 dan 2009 serta
hak angket dan hak interpelasi DPR kepada kebijakan pemerintah pada pemerintahan SBY- JK. Hal ini kemudian menghasilkan konstruksi yang menarik.
Hal ini dikarenakan ternyata koalisi yang dibangun dalam sistem presidensial kurang menjamin komitmen partai dalam berkoalisi sehingga pemerintah rentan
mendapat intervensi dari DPR termasuk dari partai koalisinya sendiri.
Kata Kunci : Presidensial, Eksekutif, Legislatif, Multipartai, Amandemen UUD 1945
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN