saat itu yaitu agama Kristen, yang selanjutnya disusun dalam suatu organisasi keagamaan, yaitu gereja, yang dipimpin oleh seorang paus sebagai kepala.
Pada waktu itu ada dua organisasi kekuasaan yang diperintah oleh raja, dan organisaasi kekuasaan gereja dikepalai oleh seorang Paus, karena pada waktu
itu organisasi gereja tersebut mempunyai alat-alat perlengkapan organisasi negara. Perkembangan selanjutnya dapat dicatat, bahwa agama baru ini mendapat
tantangan hebat. Karena agama baru ini dianggap bertentangan dengan kepercayaan yang dianut pada waktu itu yaitu menyembah dewa-dewa atau
pantheisme . banyak para pemimpinnya dikejar-kejar, ditangkap, diubuang atau dibunuh, karena dianggap mengancam kedudukan Raja. Akan tetapi karena
penganutnya ulet dan tabah , maka agama itu tidak lenyap, melainkan malah tumbuh dan berkembang.
“Penganut ajaran kedaulatan Tuhan diantarannya ialah Augustinus, Thomas Aquinas, dan Marsilius”.
13
b. Teori Kedaulatan Raja
“Menurut Marsilius kekuasaan tertinggi didalam suatu negara ialah raja, karena raja sebagai wakil Tuhan di dunia untuk melaksanakan kedaulatan. Ajaran
Marsilius dikemukakan pada akhir abad pertengahan awal abad berikutnya yaitu zaman renaissance.
14
13
Soehino, Ilmu Negara, Edisi cetakan ketiga, Liberty, Yogyakarta, 2000, hlm 152
14
Ibid, hal. 153
Kecuali kepada Tuhan, Raja merasa tidak bertanggung jawab kpeada siapapun. Malahan kepercayaan atau agama yang harus dianut oleh
rakyat, Rajalah yang menetapkan.
Universitas Sumatera Utara
c. Teori Kedaulatan Negara
“ Penganut teori ini diantaranya ialah George Jellinek dan Jean Bodin. Teori ini menyatakan bahwa kedaulatan ini tidak ada ditangan Tuhan ataupun
Raja, melainkan ada pada negara. Hukum diciptakan oleh negara, oleh karena itu segala sesuatu harus tunduk kepada Negara.
Menurut Jellinek, hukum adalah penjelmaan kehendak negara, jadi hukum diciptakan oleh negara, dengan demikian satu-satunya sumber hukum
adalah negara. Jean Bodin berpendapat bahwa adat kebiasaan yang secara nyata berlaku ditengah-tengah masyarakat bukanlah hukum. Sebaliknya menurut
Jellinek, adat kebiasaan itu merupakan hukum, apabila negara telah menetapkan sebagai hukum.\
d. Teori Kedaulatan Hukum
Penganut teori ini adalah Krabbe. Teori ini menyatakan bahwa yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam suatu negara ialah hukum, karena itu baik
raja, penguasa, dan rakyat serta negara sendiri tunduk terhadap hukum. “ Menurut krabbe yang menjadi sumber hukum adalah rasa hukum, yang terdapat di
masyarakat. Rasa hukum ini dalam bentuknya masih sederhana atau primitif, dan dalam bentuknya yang telah maju disebut kesadaran hukum
15
15
Ibid, hal. 156-157,158
. Struyken, Sarjana hukum bangsa belanda menyatakan bahwa rasa hukum
tidak dapat dijadikan sumber hukum, karena rasa hukum itu selalu berubah-ubah dan rasa hukum dari A tidak akan sama dengan rasa hukum dari B, dan rasa
hukum A dan B yang sekarang akan berbeda dengan rasa A dan B sendiri dalam waktu 5 tahun yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Pendapat Struycken ini dibantah oleh Kranenburg dengan mengatakan anatara lain Krabbie tidak mengatakan bahwa rasa hukum atau kesadaran hukum
dari setiap orang itu adalah sama. Dalam hubungan ini Struycken sendiri hanya menyatakan kesadaran hukum itu tidak dapat dijadikan sebagai sumber hukum,
karena di dalam jiwa manusia tidak hanya bergerak kesadaran hukum saja, dan masih banyak hal-hal yang menggerakkan jiwa manusia.
e. Teori Kedaulatan Rakyat