politik dengan memnfaatkan kekuasaaanya untuk memilih bertujuan mengendalikan atau menguasai serta melaksanakan kebijakan partainya.
5.4.2 Sistem Kepartaian a. Sistem Partai Tunggal
Sistem partai tunggal dipakai pada partai yang mempunyai kedudukan dominan diantara beberapa partai lainnya. Sistem kepartaian dalam sistem ini
dijelakskan pada kondisi non kompetitif, hal ini dikarenakan partai-partai yang ada harus menerima pemimpin partai dari partai yang dominan dan tidak
dibenarkan bersaing untuk melawan partai yang dominan tersebut.
b. Sistem Dwi Partai
Sistem ini diartikan dengan adanya dua partai atau adanya bebrapa partai akan tetapi didominasi oleh dua partai. Sistem Dwi partai umumnya diperkuat
dengan dipergunakannya sistem pemilihan singel member contituency sisitem distrik dimana dalam setiap daerah pemilihanya hanya dapat dipilih satu wakil
saja. Selain itu sistem ini memiliki suatu kecenderungan untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangan partai kecil dengan demikian akan
memperkokoh sistem ini diterapkan pada berbagai negara.
c. Sistem Multi Partai
Sistem multi partai cocok jika diterapkan didalam negara yang memiliki keanekaragaman budaya . perbedaan tajam antara ras, agama atau suku bangsa
mendorong golongan-golongan masyarakat lebih cenderung menyalurkan ikatan- ikatan terbatasnya dalam satu wadah yang sempit saja. Sistem ini banyak
Universitas Sumatera Utara
berkembang pada negara seperti Malaysia, Netherland, Australia, Prancis, Swedia, dan Rusia.
23
5.4.3 Fungsi Partai Politik
Sistem Multi Partai jika dihubunngkan dengan sistem pemerintahan Parlementer, mempunyai kecenderungan untuk menitikberatkan kekuasaan pada
badan legislatif, sehingga peran badan eksekutif sering lemah dan ragu-ragu. Hal ini di sebabkan karena tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk membentuk
pemerintahan sendiri, sehingga pemerintah yang berkuasa harus berinisiatif melakukan koalisi dengan partai lain agar memiliki dukungan di parlemen. Dalam
hal koalisi partai yang bekoalisi harus selalu mengadakan kompromi sebagai mitra dan apabila sewaktu-waktu tidak ada kesepakatan yang tercapai memungkinkan
koalisi dapat pecah kembali. Sehingga semua partai dapat saja memposisikan sebagai koalisi ataupun oposisi tergantung dengan kesepakatan dengan partai
penguasa..
Di dalam setiap negara, pandangan terhadap partai politik sangatlah berbeda. Hal ini tentunya dilihat dari pelaksanaan tugas atau fungsi partai di
masing-masing negara. Partai politik di dalam negara demokrasi cenderung menjalankan fungsinya sebagaimana fungsi asli yaitu jembatan bagi warga
negara untuk terjun dalam pengelolaan kehidupan bernegara serta
memperjuangkan kepentingan di hadapan penguasa. Adapun fungsi partai politik di dalam negara demokrasi antara lain :
23
ibid hal. 419-420
Universitas Sumatera Utara
• Sebagai Sarana Komunikasi Politik
Di dalam suatu negara yang masyarakatnya majemuk kehilangan aspirasi sangatlah rentan terjadi oleh karenanya perlu di tampung dan di perjuangkan.
Partai politik disini berperan dalam penggabungan agregasi aspirasi masyarakat setelah digabungkan aspirasi kemudian diolah dalam bentuk yang lebih teratur
yang sering disebut sebagai artikulasi kepentingan. Kepentingan-kepentingan inilah yang dirumuskan menjadi usul kebijakan yang diasukkan kedalam program
partai politik. Hal ini tentunya salah satu fungsi komunikasi politik partai. Sedangkan disisi lain Partai politik juga didorong untuk melakukan penyebaran
terhadap informasi-informasi kebijakan pemerintah terhadap masyarakat sehingga partai dapat disebut sebagai jembatan antara pemerintah dan yang
diperintah. Istilah ini kemudian diperkuat oleh Sigmund Neuman yang menjelaskan bahwasanya partai politik merupakan perantara besar yang
menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi-ideolog sosial dengan lembaga pemerintah yang resmi dan mengkaitkan dengan aksi politik didalam masyarakat
politik yang lebih luas.
24
• Sebagai Sarana Sosialisasi Politik
Sosialisasi diartikan sebagai suatu proses dimana sesorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam
masyarakat dimana ia berada. Di sisi lain menurut M. Rush sosiologi politik diartikan sebagai suatu proses yang melaluinya orang dalam masyarakat tertentu
belajar mengenali sistem politiknya. Proses ini sedikit banyaknya menentukan persepsi dan reaksi mereka terhadap fenomena politik. Dalam menjalankan fungsi
24
Meriam Budiharjo, Ibid. Hal 406
Universitas Sumatera Utara
sosialisasi politik, partai politik menjadi penghubung yang mensosialisasikan nilai-nilai politik generasi yang satu ke ke generasi lainnya. Hal ini tentunya
dilakukan partai politik dengan berbagai cara seperti melalui media massa, ceramah-ceramah, penerangan, kursus kader, penataran atau sebagainya.
Disamping menjadi jembatan dalam melakukan pendidikan politik, partai politik juga dituntut melakukan fungsi untuk mendidik anggota-angotanya untuk
menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga negara dan menempatkan kepentingan sendiri dibawah kepentingan nasional.
• Sebagai Sarana Rekrutmen Politik
Berkaitan dengan fungsi ini partai politik dituntut untuk melakukan seleksi untuk merekrut kader-kader yang kompeten sebagai calon pemimpin baik
pemimpin nasional maupun pemimpin partai. Setiap partai yang memiliki kader- kader yang berkualitas tentunya akan mendapat kesempatan yang lebih besar
untuk mengembangkan diri. Rekrutmen partai politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai,
sekaligus merupakan salah satu cara untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin.
• Sebagai Sarana Pengatur Konflik
Setiap negara pasti memiliki potensi konflik. Hal ini dikarenakan didalam setiap negara pasti memiliki masyarakat yang memiliki banyak perbedaan-
perbedaan baik dari segi etnis, sosial ekonomi ataupun agama. Oleh karenanya disini partai politik diperlukan untuk membantu mengatasi atau sekurang-
kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin.
Universitas Sumatera Utara
Elite-elite partai politik berperan untuk menumbuhkan pengertian diantara mereka yang berkonflik serta meyakinkan pendukungnya. Menurut Lijphart
perbedaan-perbedaan atau perpecahan di tingkat massa dapat diatasi oleh kerjasama-kerjasama oleh elite-elite politik. Oleh karenanya peran partai politik
tentunya dapat mencegah terjadinya konflik-konflik yang terjadi di masyarakat.
5.5 Legislatif 5.5.1 Teori Perwakilan Politik
Lembaga perwakilan muncul pada abad ke-18 M di Eropa sebagai lembaga demokrasi. Pada waktu itu muncul gagasan bahwa pemerintahan
memerlukan persetujuan dari yang diperintah. Luasnya wilayah pada waktu itu berdampak kepada kurangna realisasi kepentingan di perintah oleh karenanya
perlu dibentuk lembaga perwakilan untuk mewakili kepentingan rakyat yang disebut sebagai parlemen. Parlemen merupakan suatu mekanisme untuk
merealisasikan gagasan normatif bahwa pemerintahan harus di jalankan dengan kehendak rakyat..
Sebagaimana dengan teori perwakilan politik yang di cetuskan oleh Alfred de Gazio, perwakilan meruapakan hubungan antara dua pihak yaitu wakil dengan
yang terwakili dimana wakil memiliki kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan yang berkenaan dengan kesepakatan yang dibuatnya.
25
25
Arni Sabit, Perwakilan Politik Indonesia. Jakarta : CV Rajawali, 1985, hal. 1
Dengan demikian keterwakilan politik hanya akan terwujud apabila kepentingan anggota
masyarakat telah diwakili sepenuhnya oleh wakil-wakil mereka di dalam lembaga parlemen.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perkembangannya rakyat menyelenggarakan kedaulatan yang dimilikilinya melalui wakilnya. Para wakil rakyat inilah yang kemudian mewakili
mayoritas rakyat. Oleh karenanya masyarakat memberikan mandat kepada para wakilnya untuk mewakili kepentinganya dalam proses politik dan pemerintahan.
Secara teoritis setiap wakil tentunya melihat dirinya merupakan wakil yang mewakili warga negara yang berada dalam batas lingkup perwakilannya.
Namun dalam implementasainya hal ini sangatlah sulit dilakukan hal ini dikarenakan tidaklah mungkin seorang wakil memberikan seluruh perhatian
terhadap rakyat yang diwakilinya. Oleh karenanya para wakil biasanya melakukan pemusatan perhatian yang dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu memberikan
perhatian kepada kelompok, memperhatikan partai, dan memperhatikan wilayah dan daerah yang diwakili
26
Salah satu pemikir yang merupakan pelopor dari gagasan kedaulatan rakyat Rousseau menolak adanya badan perwakilan, tetapi mencita-citakan suatu
bentuk “demokrasi langsung”, dimana rakyat secara langsung merundingkan serta memutuskan soal-soal kenegaraan dan politik. Akan tetapi apa yang di impikan
oleh Rousseau sangatlah tidak praktis, dan hanya di pertahankan dalam bentuk melalui teori ini kemudian akan memudahkan para
wakil untuk memperjuangkan kepentingan keseluruhan rakyat yang diwakilinya. Dengan berkembangnya gagasan bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat,
maka badan legislatif menjadi badan yang berhak menyelenggarakan kedaulatan itu dengan jalan menentukan kebijakan umum dan menuangkannya kedalam
undang-undang. Sehingga badan eksekutif hanya berperan sebagai penyelenggara dari kebijakan umum.
26
Ibid, hal. 29
Universitas Sumatera Utara
khusus dan terbatas seperti pada referendum. Boleh dikatakan bahwa dalam negara modern dewasa ini rakyat menyelenggarakan kedaulatan yang dimilikinya
melalui wakil-wakil yang dipilihnya secara berkala. Dewasa ini legislatif tidak lagi dipandang hanya sebagai lembaga
perwakilan rakyat. Dalam negara demokratis sekarang selain menjalankan kedaulatan rakyat lembaga ini juga dituntut untuk bisa melakukan pengawasan
terhadap pemerintah atau eksekutif. Jika melihat fungsi legislatif dan eksekutif yang saling berhubungan tentu memerlukan kerjasama antara eksekutif dan
legislatif. Dalam menjelaskan hal ini AM fatwa menjelaskan bahwa ada dua peranan yang menghubungkan hubungan antara legislatif dan eksekutif. Pertama
yaitu memberi peranan yang bermakna menyalurkan aspirasi rakyat dan kedua yaitu pemupukan kewibawaan eksekutif serta memberikan legitimasi kepada
legislatif. Jika melihat kedua peranan tersebut maka akan memunculkan dua opsi terhadap hubungan antara legislatif dan eksekutif saling memperlemah atau saling
searah atau mendukung.
5.5.2 Fungsi Legislatif
Sebagaimana yang diatur didalam undang-undang setiap negara, lembaga legislatif memiliki peranan dan fungsi. Namun diantara fungsi badan legislatif
yang diatur pada tiap negara terdapat dua fungsi legislatif yang paling penting yaitu membentuk undang-undang legislasi dan mengontrol eksekutif. Namun
dari pada itu masih banyak fungsi legislatif lain yang masing-masing diatur oleh tiap negara diantaranya Seperti legislatif Amerika Serikat yang memiliki
wewenang untuk menuntut dan mengadili pejabat Presiden, termasuk Presiden.
Universitas Sumatera Utara
a. Fungsi legislasi
Fungsi ini merupakan wewenang badan legislatif untuk merumuskan perundang-undangan. Dimana dalam membahas badan legislatif sering
membentuk panitia-panitia untuk memanggil menteri atau pejabat lain untuk dimintai keterangan seperlunya.
Namun dewasa ini wewenang ini kemudian mulai bergeser ke badan eksekutif. Mayoritas undang-undang di rumuskan dan di bahas oleh eksekutif dan
selajutnya legislatif hanya tinggal mengesahkan dan mengamandemennya. Hal dilatarbelakangi oleh banyaknya negara modern sekarang yang memberikan
tanggung jawab kesejahteraan rakyat kepada eksekutif karena itu harus mengatur semua aspek kehidupan masyarakat.
b. Fungsi Kontrol
Seiring semakin berkurangnya fungsi legislasi yang dimiliki badan legislatif maka peranananya dibidang kontrolling seakin menonjol. Oleh
karenanya badan eksekutif senantiasa mengawasi kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan eksekutif. Dimana pengawasan yang dilakukan oleh badan legislatif
dilakukan melalui hal-hal berikut:
b.1 Hak Interpelasi
Hak ini merupakan hak untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakannya didalam suatu bidang. dalam dilaksanakannya hak
interpelasi, eksekutif wajib memberikan penjelasan dalam sidang pleno yang mana dibahas oleh anggota-anggota dan diakhiri dengan pemungutan suara
mengenai apakah memuaskan atau tidak. Apabila kebijakannya kurang
Universitas Sumatera Utara
memuaskan maka hal ini menununjukkan kebijakan eksekutif diragukan untuk dilaksanakan.
b.2 Hak Petisi