Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Dalam memerankan drama, seorang aktor harus mampu membawakan dialog sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya, menghayati sesuai
dengan tuntutan peran yang ditentukan dalam naskah, mampu membawakan dialog tersebut dengan gerak yang pas tidak berlebihan atau dibuat-buat,
mampu membayangkan latar dan tindakannya serta mampu mengolah suara sesuai dengan pemahamannya terhadap peresaan dan pikiran pelaku.
Kegiatan berbicara memiliki peran penting dalam kegiatan bermain drama.
Hal-hal yang berhubungan dengan berbicara seperti kejelasan, artikulasi, vokal, kesesuaian jeda, sangat mendukung terjadinya dialog dalam
pementasan drama. Dalam kegiatan bermain drama, peran kegiatan berbicara sangat dominan. Adapun untuk menginformasikan sesuatu dalam bermain
drama dapat melalui gerak tubuh. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP mencantumkan standar
kompetensi bermain drama pada setiap satuan pendidikan. Pada kurikulum sekolah menengah, materi bermain drama diberikan kepada siswa kelas XI
semester II. Materi bermain drama masuk ke dalam keterampilan berbicara dengan kompetensi dasar memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan
ekspresi yang tepat. Realitanya, kegiatan bermain drama dalam pembelajaran bahasa Indonesia kurang diminati oleh siswa disebabkan ketertarikan siswa
dalam mengapresiasikan sastra sangatlah kurang. Rusiana dalam Waluyo, 2003:1 menyimpulkan bahwa minat siswa terhadap karya sastra secara
berurutan yaitu prosa, puisi, dan drama perbandingannya adalah 6:3:1. Fakta tersebut menunjukkan bahwa minat siswa terhadap pembelajaran drama
semakin berkurang.
Permasalahan kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran drama juga terjadi di kelas XI IPS 1 SMA N 1 Way Tuba Way Kanan. Keadaan tersebut
didukung oleh data dokumen nilai yang menyatakan bahwa keterampilan siswa dalam bermain drama masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari 30 siswa
hanya 13 siswa 43,33 yang mendapatkan nilai di atas kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 78 sedangkan sisanya 17 siswa
56,67 nilainya masih dibawah KKM. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh guru peneliti,
khususnya di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Way Tuba Way Kanan Tahun Pelajaran 20142015 yang berkaitan dengan pembelajaran bermain drama.
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa pada pembelajaran bermain drama. Pertama, kurangnya partisipasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran bermain drama karena sebagian besar siswa menganggap pembelajaran bermain drama kurang penting. Kedua, kurangnya
keterampilan guru dalam pengembangan dan penerapan model pembelajaran dalam pembelajaran bermain drama. Ketiga, masih rendahnya keterampilan
siswa dalam bermain drama meliputi aspek ucapan, intonasi, pengaturan jeda, intensitas dan kelancaran berbicara, kemunculan pertama, pemanfaatan ruang
yang ada untuk memosisikan tubuh, ekspresi dialog untuk menggambarkan karakter tokoh, ekspresi wajah mendukung ekspresi dialog, pandangan mata
dan gerak anggota tubuh untuk mendukung ekspresi dialog, dan gerakan. Berdasarkan kegiatan pembelajaran seperti yang telah dipaparkan, peneliti
bersama kolaborator berinisiatif menetapkan alternatif tindakan untuk memperbaiki rendahnya keterampilan bermain drama. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan salah satu model yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan bermain darma yaitu model role playing.
Berdasarkan ulasan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengkaji penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Role
Playing untuk Meningkatkan Keterampilan Bermain Drama Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Way Tuba Way Kanan Tahun Pelajaran 20152016.
”