mampu meminimalisasi dampak negatif dan kekurangan model tersebut dengan cara menyesuaikan dengan kondisi siswa, lingkungan belajar, serta
sarana yang tersedia di sekolah, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
2.4 Keterampilan Memerankan Naskah Drama
Keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik di sekolah meliputi empat aspek dasar, yaitu keterampilan mendengarkan atau
menyimak listening skill, membaca reading skill, berbicara speaking skill, dan menulis writing skill Tarigan, 2013: 1.
Setiap keterampilan itu, berhubungan erat sekali dengan tiga keterampilan
yang lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memeroleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang
teratur. Selanjutnya, setiap keterampilan itu berhubungan erat pula dengan proses-proses
berpikir yang
mendasari bahasa.
Bahasa seseorang
mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan
dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan Tarigan, 2013: 1. Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap, mampu, dan
cekatan dalam menyelesaikan tugas. Menerampilkan berarti membuat jadi terampil atau memberikan keterampilan. Keterampilan secara bahasa adalah
kecakapan untuk menyelesaikan tugas dan kecakapan dalam pemakaian bahasa baik secara lisan maupun tulis.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa semakin sering berlatih atau belajar orang akan semakin terampil. Semakin
siswa diberikan kesempatan belajar dan berlatih akan semakin berkembang dan terampil kemampuan bahasanya. Dengan demikian, peran guru dalam
proses pembelajaran dengan memilih pendekatan, metode, dan teknik yang tepat dalam pembelajaran sangat menentukan keberhasilan keterampilan
berbahasa siswa khususnya yang peneliti lakukan dengan mengaktifkan keterlibatan siswa dalam berkomunikasi.
Memerankan berarti kesanggupan pemain didalam melakukan sikap, tindakan,
serta perilaku yang merupakan ekspresi dari tuntutan emosi. Pernyataan diatas memberi keterangan bahwa dalam memerankan sebuah lakon pemain dituntut
untuk dapat bertindak dan berperilaku sesuai tuntutan emosi dalam drama. Hasanuddin, 1996:177. Berdasarkan bahasan mengenai keterampilan dan
drama tersebut maka dalam penelitian ini yang dimaksud penulis “meningkatkan keterampilan bermain drama” adalah kesanggupan pemain
didalam bersikap, bertindak dan berperilaku memerankan tokoh cerita sesuai tuntutan emosi dalam drama dengan baik.
2.5 Pengertian dan Hakikat Drama
Kata drama berasal dari kata Greek bahasa Yunani draien, yang diturunkan
dari kata dromai yang semula berarti berbuat, bertindak, dan beraksi to do, to act. Dalam perkembangan selanjutnya, kata drama mengandung arti kejadian,
risalah, dan karangan Satoto, 2012:1 Istilah drama mempunyai pengertian yang luas dan bermacam-macam:
“Dictionary of World Literature” Josept T. Shipley, dalam Satoto, 2012:2. Istilah drama berarti segala pertunjukkan yang memakai mimik any kind of
mimetic performance. Berdasarkan batasan ini: permainan drama lawak, sulap, sirkus, patomim, upaca-upacara keagamaan pada masyarakat primitif,
dan improvisasi yang tidak menggunakan kata-kata secara verbal, adalah termasuk drama.
Aristoteles, dalam Satoto 2012:2, mengatakan bahwa drama adalah gambaran suatu tindakan atau aksigerak a representation of an action.
M.H. Abrams, “Aglossary of Literary Terms” dalam Satoto 2012:2, memberi
batasan drama sebagai ragam sastra dalam bentuk dialog, yang dimaksudkan untuk dipertujukkan di atas pentas. Secara khusus, drama menunjuk pada
lakon yang serius dapat berakhir dengan suka suka cerita, komedi, maupun duka duka cerita, tragedi.
Panuti Sujiman “Kamus Istilah Sastra” dalam Satoto 2012:2, memberi
batasan drama adalah karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian atau konflik conflict dan emosi lewat lakuan
action dan dialog dialogue; dan lazimnya dirancang untuk pementasan dipanggung.
Sebuah drama pada hakikatnya hanya terdiri atas dialog. Mungkin dalam drama ada petunjuk pementasan, namun pentunjuk pementasan ini sebenrnya
hanya dijadikan pedoman oleh sutradara dan para pemain. Oleh karena itu, dialog para tokoh dalam drama disebut sebagai tesk utama hauptext dan
petunjuk lakuannya disebut teks sampingan nebenteks.