Pengaruh Brand Equity Terhadap Kepuasan Pelanggan Untuk Meningkatkan Positive Word Of Mouth (Studi Pada Pelanggan Toko Online Lazada.co.id)
SKRIPSI
PENGARUH BRAND EQUITY TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN UNTUK MENINGKATKAN POSITIVE WORD OF MOUTH
(Studi Pada Pelanggan Toko Online Lazada.co.id)
OLEH
DIPO YUDISTIRA 130521052
PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
ABSTRAK
Pengaruh Brand Equity Terhadap Kepuasan Pelanggan Untuk Meningkatkan Positive Word Of Mouth
(Studi Pada Pelanggan Toko Online Lazada.co.id)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh brand equity terhadap kepuasan pelanggan dan positive word of mouth
Toko Online Lazada.co.id. Jenis penelitian ini adalah eksplanasi asosiatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 & SMA Negeri 2 Medan yang pernah berbelanja online minimal 2 kali dengan jumlah sampel
sebanyak 100 responden menggunakan teknik purposive sampling, pengumpulan
data primer menggunakan kuesioner, wawancara, dan pengumpulan data sekunder menggunakan studi pustaka. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan analisis jalur. Secara simultan, brand awareness, brand
association, perceived quality, dan brand loyalty berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan pelanggan, kemudian brand awareness, brand
association, perceived quality, brand loyalty, dan kepuasan pelanggan juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan positive word of mouth. Secara parsial, hanya brand awareness, perceived quality, dan brand loyalty yang
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan, kemudian hanya perceived
quality, dan kepuasan pelanggan yang berpengaruh signifikan terhadap positive word of mouth.
Kata Kunci: positive word of mouth, kepuasan pelanggan, brand awareness,
(3)
ASBTRACT
Influence Of Brand Equity To Customer Satisfaction To Increase Positive Word Of Mouth
(A Study onCustomer Online Store Lazada.co.id)
This research aimis to analyse the influence of brand equity to customersatisfaction to increasepositive word of mouth (astudyon customer online store Lazada.co.id) at SMA Negeri 1 & SMA Negeri 2 Medan. This research type is explanatory associative research. Population of this research is every student of SMA Negeri 1 & SMA Negeri 2 who ever buying online at least 2 times and have total samples taken are 100 people that are taken using purposive sampling technique. Primary data collection is taken using questionnaires, interviews and secondary data using literature studies. The hypothesis is tested using path analysis. Simultaneously, brand awarenss, brand association, perceived quality, and brand loyalty are affecting positively and significantly to customer satiscaction. Then, only brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty, and customer satisfaction are also affecting positively and significantly to positive word of mouth. Partially, only brand awareness, perceived quality, and brand loyalty affecting positively and significantly to customer satisfaction, then only perceived quality, and customer satisfaction to positive word of mouth.
Keywords: positive word of mouth, consumer’s satisfaction, brand awareness, brand association, perceived quality, and brand loyalty
(4)
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Puji dan Syukur kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, dan Nabi
Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan
penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh brand equity terhadap kepuasan pelanggan untuk meningkatkan positive word of mouth”, guna memenuhi salah
satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orang
tua penulis H. Suhardi dan Hj. Sri Widowati beserta seluruh keluarga besar
yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan dukungan baik
materil maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan
kuliahnya dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah mendapat banyak
bantuan baik secara moril maupun materil. Untuk itu, melalui kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E, M.Ec, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, M.E selaku Ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen
(5)
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si selaku Ketua Program Studi S1
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan
juga Dosen Pembanding II saya.
5. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si selaku selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan
saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Dr. Beby Karina F. Sembiring, S.E, MM selaku dosen pembanding I
saya yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan
skripsi saya.
7. Bapak dan Ibu dosen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis USU yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada peneliti
serta seluruh staf dan pegawai.
8. Terima kasih kepada dua adik yang saya cintai, Agung Bimantara dan M.
Kharis Sadewo atas bantuan, dukungan, semangat, dan kasih sayangnya
yang begitu berarti bagi saya.
9. Terima kasih kepada Viera Astrini atas motivasi, dukungan, semangat, dan
doanya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
Medan, Oktober 2015
Peneliti
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……… i
ABSTRACT………. ii
KATA PENGANTAR………. iii
DAFTAR ISI.………... vi
DAFTAR TABEL……… ix
DAFTAR GAMBAR ………... xi
DAFTAR LAMPIRAN……… xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 14
1.3 Tujuan Penelitian ... 14
1.4 Manfaat Penelitian ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teoritis ... 15
2.1.1 Positive Word Of Mouth ... 15
2.1.2 Kepuasan Pelanggan ... 18
2.1.3 Evaluasi Kinerja Dan Kualitas Produk ... 19
2.1.4 Pengertian Merek ... 21
2.1.5 Pengertian Brand Equity ... 22
2.1.6 Brand Awareness ... 25
2.1.7 Perceived Quality ... 26
2.1.8 Brand Association ... 28
2.1.9 Brand Loyalty ... 29
2.2 Penelitian Terdahulu ... 30
2.3 Kerangka Konseptual ... 34
2.4 Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 39
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
3.3 Definisi Operasional ... 40
3.4 Skala Pengukuran Variabel ... 42
3.5 Populasi dan Sampel ... 43
3.6.1 Populasi ... 43
3.6.2 Sampel ... 43
(7)
Halaman
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 44
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 45
3.8.1 Uji Validitas ... 46
3.8.2 Uji Reliabilitas ... 48
3.9 Uji Asumsi Klasik ... 49
3.10 Teknik Analisis Data ... 50
3.10.1 Metode Analisis Data ... 50
3.10.2 Analisis Jalur (Path Analysis) ... 50
3.10.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 54
4.1.1 Sejarah Singkat Lazada.co.id ... 54
4.1.2 Model Bisnis Lazada ... 55
4.1.3 Shipping ... 56
4.1.4 Payment Method ... 56
4.1.5 Gambar Tampilan Lazada.co.id ... 57
4.2 Hasil Penelitian ... 58
4.2.1 Metode Analisis Deskriptif ... 58
4.2.2 Pengujian Substruktur I ... 67
4.2.2.1 Pengujian Kelayakan Model Regresi ... 67
4.2.2.2 Pengujian Ketepatan Predictor yang digunakan ... 68
4.2.2.3 Pengujian Kelayakan Koefisien Regresi ... 68
4.2.2.4 Pengujian Autokorelasi ... 69
4.2.2.5 Pengujian Multikolinearitas ... 69
4.2.2.6 Pengujian Linearitas ... 70
4.2.2.7 Pengujian Normalitas Data ... 71
4.2.3 Pengujian Substruktur II ... 79
4.2.3.1 Pengujian Kelayakan Model Regresi ... 79
4.2.3.2 Pengujian Ketepatan Predictor yang digunakan ... 79
4.2.3.3 Pengujian Kelayakan Koefisien Regresi ... 80
4.2.3.4 Pengujian Autokorelasi ... 81
4.2.3.5 Pengujian Multikolinearitas ... 81
4.2.3.6 Pengujian Linearitas ... 82
4.2.3.7 Pengujian Normalitas Data ... 83
4.2.4 Pengujian Substruktur III ... 90
4.2.4.1 Pengujian Kelayakan Model Regresi ... 90
4.2.4.2 Pengujian Ketepatan Predictor yang digunakan ... 91
(8)
Halaman
4.2.4.4 Pengujian Autokorelasi ... 92
4.2.4.5 Pengujian Multikolinearitas ... 93
4.2.4.6 Pengujian Linearitas ... 93
4.2.4.7 Pengujian Normalitas Data ... 94
4.2.5 Model Trimming ... 103
4.2.5.1 Model Trimming Substruktur I ... 109
4.2.5.2 Model Trimming Substruktur II ... 112
4.2.5.3 Model Trimming Substruktur III ... 115
4.3 Pembahasan ... 121
4.3.1 Pembahasan Substruktur I ... 121
4.3.2 Pembahasan Substruktur II ... 124
4.3.3 Pembahasan Substruktur III ... 125
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 128
5.2 Saran ... 129
DAFTAR PUSTAKA ... 131
(9)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Data Pengguna Internet Negara-negara Asia Juni 2014 ... 3
Tabel 1.2 10 Negara Asia Dengan Pengguna Internet Terbanyak Juni 2014 ... 4
Tabel 1.3 Data Situs-situs E-commerce Terpopuler ... 8
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 32
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 41
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert untuk Variabel ... 43
Tabel 3.3 Uji Validitas ... 47
Tabel 3.4 Uji Reliabilitas ... 49
Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 58
Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Agama ... 59
Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Frekuensi Pembelian .... 59
Tabel 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Tahun ... 59
Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Brand Awareness ... 61
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Brand Association ... 61
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Perceived Quality ... 62
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Brand Loyalty ... 63
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Kepuasan Pelanggan ... 64
Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden terhadap Positive Word Of Mouth ... 65
Tabel 4.11 Hasil Uji F Substruktur I ... 67
Tabel 4.12 Statistik Deskriptif ... 68
Tabel 4.13 Pengujian Koefisien Determinan ... 68
Tabel 4.14 Hasil Uji t Substruktur I ... 69
Tabel 4.15 Pengujian Autokorelasi ... 69
Tabel 4.16 Pengujian Multikolinearitas ... 70
Tabel 4.17 Pengujian Koefisien Determinan ... 73
Tabel 4.18 Hasil Uji F Substruktur I ... 74
Tabel 4.19 Hasil Uji t Substruktur I ... 75
Tabel 4.20 Korelasi ... 76
Tabel 4.21 Hasil Uji F Substruktur II ... 79
Tabel 4.22 Statistik Deskriptif ... 80
(10)
Halaman
Tabel 4.24 Hasil Uji t Substruktur II ... 80
Tabel 4.25 Pengujian Autokorelasi ... 81
Tabel 4.26 Pengujian Multikolinearitas ... 82
Tabel 4.27 Pengujian Koefisien Determinan ... 84
Tabel 4.28 Hasil Uji F Substruktur II ... 85
Tabel 4.29 Hasil Uji t Substruktur II ... 86
Tabel 4.30 Korelasi ... 88
Tabel 4.31 Hasil Uji F Substruktur III ... 90
Tabel 4.32 Statistik Deskriptif ... 91
Tabel 4.33 Pengujian Koefisien Determinan ... 91
Tabel 4.34 Hasil Uji t Substruktur III ... 92
Tabel 4.35 Pengujian Autokorelasi ... 92
Tabel 4.36 Pengujian Multikolinearitas ... 93
Tabel 4.37 Pengujian Koefisien Determinan ... 95
Tabel 4.38 Hasil Uji F Substruktur III ... 97
Tabel 4.39 Hasil Uji t Substruktur III ... 98
Tabel 4.40 Korelasi ... 99
Tabel 4.41 Kelayakan Model Regresi ... 103
Tabel 4.42 Statistik Deskriptif ... 104
Tabel 4.43 Model Summary ... 104
Tabel 4.44 Uji t Trimming Substruktur I ... 105
Tabel 4.45 Pengujian Autokorelasi ... 106
Tabel 4.46 Korelasi ... 107
Tabel 4.47 Hasil Uji Koefisien Determinan Model Trimming I ... 110
Tabel 4.48 Uji F Trimming Substruktur I ... 110
Tabel 4.49 Uji t Trimming Substruktur I ... 111
Tabel 4.50 Korelasi ... 112
Tabel 4.51 Hasil Uji Koefisien Determinan Model Trimming II ... 113
Tabel 4.52 Uji F Trimming Substruktur I ... 113
Tabel 4.53 Uji t Trimming Substruktur I ... 114
Tabel 4.54 Korelasi ... 115
Tabel 4.55 Hasil Uji Koefisien Determinan Model Trimming II ... 116
Tabel 4.56 Uji F Trimming Substruktur I ... 116
Tabel 4.57 Uji t Trimming Substruktur I ... 117
Tabel 4.58 Korelasi ... 118
Tabel 4.59 Koefisien Jalur Persamaan Setelah Trimming ... 120
(11)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Konsep Brand Equity ... 25
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 35
Gambar 3.1 Diagram Jalur ... 53
Gambar 4.1 Grafik Normal P-P Plot Uji Normalitas ... 71
Gambar 4.2 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 72
Gambar 4.3 Analisis Jalur Substruktur I... 77
Gambar 4.4 Grafik Normal P-P Plot Uji Normalitas ... 83
Gambar 4.5 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 84
Gambar 4.6 Analisis Jalur Substruktur II ... 89
Gambar 4.7 Grafik Normal P-P Plot Uji Normalitas ... 94
Gambar 4.8 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 95
Gambar 4.9 Analisis Jalur Brand Equity Terhadap Kepuasan Pelanggan dan Positive Word Of Mouth ... 101
Gambar 4.10 Grafik Normal P-P Plot Uji Normalitas ... 108
Gambar 4.11 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 109
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner ... 134
Lampiran 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 135
Lampiran 3 Distribusi Jawaban Uji Validitas ... 136
Lampiran 4 Distribusi Jawaban Responden ... 138
Lampiran 5 Analisis Regresi Substruktur I ... 146
Lampiran 6 Analisis Regresi Substruktur II ... 150
(13)
ABSTRAK
Pengaruh Brand Equity Terhadap Kepuasan Pelanggan Untuk Meningkatkan Positive Word Of Mouth
(Studi Pada Pelanggan Toko Online Lazada.co.id)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh brand equity terhadap kepuasan pelanggan dan positive word of mouth
Toko Online Lazada.co.id. Jenis penelitian ini adalah eksplanasi asosiatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 & SMA Negeri 2 Medan yang pernah berbelanja online minimal 2 kali dengan jumlah sampel
sebanyak 100 responden menggunakan teknik purposive sampling, pengumpulan
data primer menggunakan kuesioner, wawancara, dan pengumpulan data sekunder menggunakan studi pustaka. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan analisis jalur. Secara simultan, brand awareness, brand
association, perceived quality, dan brand loyalty berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan pelanggan, kemudian brand awareness, brand
association, perceived quality, brand loyalty, dan kepuasan pelanggan juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan positive word of mouth. Secara parsial, hanya brand awareness, perceived quality, dan brand loyalty yang
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan, kemudian hanya perceived
quality, dan kepuasan pelanggan yang berpengaruh signifikan terhadap positive word of mouth.
Kata Kunci: positive word of mouth, kepuasan pelanggan, brand awareness,
(14)
ASBTRACT
Influence Of Brand Equity To Customer Satisfaction To Increase Positive Word Of Mouth
(A Study onCustomer Online Store Lazada.co.id)
This research aimis to analyse the influence of brand equity to customersatisfaction to increasepositive word of mouth (astudyon customer online store Lazada.co.id) at SMA Negeri 1 & SMA Negeri 2 Medan. This research type is explanatory associative research. Population of this research is every student of SMA Negeri 1 & SMA Negeri 2 who ever buying online at least 2 times and have total samples taken are 100 people that are taken using purposive sampling technique. Primary data collection is taken using questionnaires, interviews and secondary data using literature studies. The hypothesis is tested using path analysis. Simultaneously, brand awarenss, brand association, perceived quality, and brand loyalty are affecting positively and significantly to customer satiscaction. Then, only brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty, and customer satisfaction are also affecting positively and significantly to positive word of mouth. Partially, only brand awareness, perceived quality, and brand loyalty affecting positively and significantly to customer satisfaction, then only perceived quality, and customer satisfaction to positive word of mouth.
Keywords: positive word of mouth, consumer’s satisfaction, brand awareness, brand association, perceived quality, and brand loyalty
(15)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Perubahan dan pergeseran zaman memang tak bisa dielakkan oleh
siapapun. Mereka yang enggan mengikutinya dipastikan akan tertinggal dan
tersisihkan dari persaingan. Tuntutan ini pun berlaku bagi tren bisnis hingga
sistem perekonomian di muka bumi ini. Para pelaku bisnis perlu terus
menyesuaikan cara mereka menjalankan bisnisnya.
Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat membawa
beberapa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya gaya hidup
manusia yang menjadi serba praktis. Internet menjadi tonggak utama bagi
masyarakat dalam mencari informasi di era globalisasi seperti saat ini. Berkat
teknologi internet (interconnection networking) ini, informasi dapat diperoleh dari segala penjuru dunia tanpa mengenal batas waktu dan geografis karena miliaran
penggunanya terhubung melalui sistem komputer secara global.
Internet mampu menggantikan peran yang sudah mengakar dalam tatanan
hidup masyarakat, seperti media cetak yang kesulitan bersaing dengan media
digital, menurunnya penjualan karya musik secara fisik karena maraknya
pengunduhan (download), berkirim surat konvensional yang sudah mulai
ditinggalkan karena adanya surat elektronik (e-mail), hingga munculnya aktivitas perdagangan (trading activities) yang dapat dilakukan melalui dunia maya yang saat ini dikenal dengna e-commerce.
(16)
Aktivitas perdagangan (trading activities) melalui internet atau e-commerce menjadi lebih mudah dilakukan. Kemudahan dapat dilihat melalui manfaat yang diterima oleh pelaku bisnis online diantaranya adalah untuk menjaga para pelanggan dan calon pelanggan agar mereka mengetahui ragam
produk yang ditawarkan, harga, ketersediaan produk, dan sebagainya.
E-commerce dapat berjalan karena adanya ruang di dunia maya baik website e-commerce, situs online maupun social media online lainnya, yang memiliki manfaat dan fasilitas kemudahan transaksi. Salah satu manfaatnya antara
lain efisiensi biaya, efisiensi waktu dalam distribusi informasi dan produk dengan
jangkauan konsumen yang lebih luas. Sedangkan fasilitas yang terlihat jelas
adalah kemudahan dalam hal pembayaran yang dapat dilakukan dengan online
maupun offline melalui transfer antar bank. Saat ini, toko online maupun website
e-commerce sangat mudah ditemukan oleh pengguna internet di seluruh dunia, terutama Indonesia. Toko online menawarkan kecepatan dan kemudahan dalam bertransaksi jual beli. Kondisi ini membuat pelaku e-commerce perlu melakukan identifikasi pelaku konsumen dalam berbelanja online.
(17)
Tabel 1.1
Data Pengguna Internet Negara-negara Asia Juni 2014
Sumber: www.internetworldstats.com
Survei yang pernah dilakukan untuk mengetahui jumlah pengguna internet
di Asia, Juni tahun 2014 (Tabel 1.1), yang bersumber dari internet world stats
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan di masing-masing
negara-negara di Asia. Peningkatan yang paling tinggi terjadi di Cina dengan 642
juta pengguna di akhir tahun 2014. Sementara di Indonesia sendiri, peningkatan
pengguna internet pada akhir tahun 2014 adalah sebesar 71 juta. Dari hasil
(18)
hal yang potensial bagi pelaku e-commerce untuk menjual produknya secara
online.
Peningkatan jumlah pengguna internet di dunia saat ini telah ditunjang
pula dengan meningkatnya layanan internet dari para penyedia jasa akses internet.
Di Indonesia, sejarah internet dimulai pada tahun 1990-an. Saat ini, masyarakat
Indonesia sudah mulai akrab dengan internet. Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) bersama Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan
bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai angka 71,19 juta orang
hingga akhir tahun 2013.
Tabel 1.2
10 Negara Asia Dengan Pengguna Internet TerbanyakJuni 2014
Sumber: www.internetworldstats.com
Survei yang pernah dilakukan oleh internet world stats tahun lalu menunjukkan jumlah pengguna internet di Indonesia menempati urutan ke-4
terbesar di Asia dengan jumlah pengguna internet sebanyak 71,2 juta orang. Data
(19)
Mengingat semakin banyaknya pengguna internet dari tahun ke tahun, e-commerce akan menjadi sangat potensial bagi pemasar atau pelaku bisnis di masa kini dan mendatang.
Bersamaan dengan fakta tersebut, peluang untuk bertransaksi elektronik
melalui e-commerce sangat terbuka lebar. Pemerintah RI pun telah mengeluarkan
regulasi yang akan menjadi payung hukumnya. UU no.11/2008 tentang informasi
dan transaksi elektronik pasal 9, pasal 10(1), pasal 15, pasal 17(1,2) secara jelas
mengatur pelaku usaha yang agar menyelenggarakan transaksi elektroni secara
andal, aman dan bertanggung jawab ( http://ekonomi.kompasiana.com).
Selain itu, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
berinisiatif mendeklarasikan Indonesia Internet Governance (ID-IGF) bersama
komunitas teknologi informasi komunikasi, berupaya untuk menjalankan tata
kelola internet agar bisa memenuhi target 50% yang dicanangkan World Summit
of Information Society (WSIS) untuk seluruh negara di dunia. Jika pengguna
internet tumbuh pesat di atas angka 100 juta, pasar bisnis e-commerce diyakini bisa tumbuh sedikitnya dua kali lipat (http://inet.detik.com). Mengingat semakin
banyaknya pengguna internet dari tahun ke tahun, e-commerce akan menjadi sangat potensial bagi pemasar atau pelaku bisnis di era digital.
Era digital telah mengubah perilaku pembelian konsumen dilihat dari
proses pemilihan dan pembelian produk. Perubahan perilaku pembelian konsumen
tersebut dimana konsumen secara aktif menggali informasi lebih dalam secara
online mengenai produk sebelum mereka melakukan pembelian, hal ini yang
(20)
Menurut Jim Lecinski (2011), ZMOT is that moment when you grab your laptop, mobile phone or some other wired device and start learning about a product or service you’re thinking about trying or buying. ZMOT adalah suatu momen ketika seseorangmengambil laptop, handphone ataupun perangkat kabel lainnyadan mulai mempelajari tentang sebuah produk atau jasa yang akan Anda
coba atau beli.
ZMOT menjembatani fase Stimulus (televisi, iklan radio, dll) dan First Moment Of Truth (merchandising, SPG & SPB, dll) bagi konsumen sebagai proses di mana konsumen menggali informasi lebih dalam mengenai produk yang
akan mereka beli. Studi Google juga menyebutkan bahwa travel menjadi industri
dengan tingkat influence ZMOT paling tinggi hingga 99% dibandingkan industri
lain. Disusul oleh Industri Otomotif 97% & Asuransi 94%
(upnormalspingfans.com, 2014).
Tingginya influence ZMOT bagi konsumen dipengaruhi oleh jenis produk,
semakin mahal produk atau besar resiko menggunakan produk tersebut maka
konsumen semakin ingin mencari informasi sebanyak-banyaknya dan
sedalam-dalamnya sebelum membeli. Yang menarik saat melihat data Google, pengaruh
ZMOT dan SMOT justru paling tinggi terjadi pada responden Asia. Tercatat
sebanyak 93% responden Asia menjawab bahwa ZMOT mempengaruhi
keputusan mereka sebelum membeli suatu produk, angka ini lebih tinggi
dibandingkan ras lain: Kaukasia (83%), Afrika-Amerika (88%), Hispanic (87%)
(upnormalspingfans.com, 2014).
(21)
Munculnya e-commerce dewasa ini, khususnya Consumer-to-Consumer
(C2C) e-commerce membuat jual beli memasuki dimensi baru. Banyak dari
pelaku bisnis membuat sebuah perusahaan baru berbasis C2C e-commerce,
mereka membuat sebuah wadah sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli
dalam dunia digital yang disebut dengan marketplace online atau situs jual beli
online.
Melalui situs jual beli online, pola belanja di masyarakat khususnya
pengguna internet mulai berubah. Tanpa harus mendatangi langsung tempat
perbelanjaan (cara konvensional), tetapi cukup dengan mengakses situs-situs
penyedia jual beli online konsumen sudah dapat membeli suatu produk secara
online. Lalu untuk melakukan pembayaran, pembeli dapat langsung mentransfer dana ke penjual. Tidak hanya dengan transfer langsung, demi menjaga keamanan
dana, pembeli dapat juga menggunakan jasa pihak ketiga atau rekening bersama
yang disediakan oleh pemilik situs jual beli online.
Salah satu situs internet di Indonesia yang menerapkan e-commerce adalah Lazada. Website ini merupakan salah satu pelaku e-commerce B2C terbesar di Indonesia. Perusahaan e-commerce milik Rocket Internet ini merupakan top online retailer di Indonesia. Lazada memberikan kemudahan kepada pelanggan untuk membeli segala produk yang berkaitan dengan elektronik, dekorasi rumah
tangga hingga produk kesehatan dan kecantikan hanya dengan mengakses ke situs
Lazada.
Dengan fasilitas pre-order, pelanggan akan memiliki kemudahan
(22)
menyediakanberbagai diskon dengan potongan harga termurah dan
penawaran-penawaran yang pastinya menarik untuk pelanggan. Informasi mengenai segala
produk yang diinginkan pelanggan juga bisa didapat dengan mudah di website
Lazada Indonesia untuk kenyamanan berbelanja. Adapun table peringkat Lazada
sebagai berikut.
Tabel 1.3
Situs e-commerce terpopuler 2014
Sumber: W&S Indonesia
Hasil riset pertama menunjukkan bahwa Lazada dan OLX merupakan website e-commerce paling populer dikalangan masyarakat dengan skor 29,2 diikuti oleh OLX diposisi kedua dengan skor 22,1 dari 47 persen responden survei yang dilakukan oleh W&S Indonesia ini, yang keseluruhannya berjumlah 864 responden.
Lazada merupakan salah satu contoh dari perusahaan yang menggunakan
fasilitas E-Commerce. Lazada Indonesia (www.lazada.co.id) lebih berfokus
kepada tipe E-Commerce B2C karena tujuan utama perusahaan adalah menyerap
(23)
business-to-customer akan lebih terfokus bagaimana mekanisme dasar bagi pembeli untuk mengakses perusahaan tersebut di dalam sebuah web yang sudah disediakan
oleh perusahaan. Setelah itu, bagaimana pelayanan situs tersebut dan yang paling
rumit adalah bagaimana menciptakan tantangan utama untuk penjualan.
E-Commerce memberikan pengalaman berbelanja yang sesungguhnya dengan dapat membeli dari rumah dan dapat dilakukan selama 24 jam dalam sehari, 7 hari
dalam seminggu.
Berbeda dengan Zalora, pemain lain di dunia online shop, yang khusus
menyediakan layanan belanja online untuk produk fashion, Lazada lebih berfokus
kepada produk consumer electronic dan produk rumah tangga. Sejumlah merek terkenal telah terdaftar di Lazada Indonesia. Perusahaan ini memberikan
kesempatan kepada konsumen untuk membeli segala jenis produk yang berkaitan
dengan elektronik, dekorasi rumah tangga hingga produk kesehatan dan
kecantikan hanya dengan mengakses ke website yang telah disediakan. Produk
pesanan akan diantar ke rumah-rumah konsumen dengan pelayanan kurir yang
cepat dengan kualitas produk yang terbaru dan terbaik. Pembayaran juga dapat
dilakukan dengan uang tunai bila tidak memiliki kartu kredit.
Tujuan dari perusahaan ini adalah menjadi salah satu wadah belanja online
yang paling top dan utama di Indonesia serta memberikan pelayanan kepada
konsumen secara maksimal, memberikan inspirasi dalam belanja dan memberikan
pengalaman kepada konsumen dalam memilih produk online.
Internet ini menciptakan pasar virtual yang lebih ekonomis, efisien, dan
(24)
maupun pembeli. Pada umumnya, barang yang dijual pada situs Lazada relatif
memiliki harga yang lebih murah dikarenakan penjual tidak harus membiayai
sewa operasional toko, gaji karyawan, pajak, dan sebagainya. Meskipun ada juga
penjual yang telah memiliki toko namun tetap menawarkan barangnya pada situs
Lazada yang dikarenakan bahwa pengunjung/calon pembeli banyak yang
berkunjung di situs Lazada.
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan seseorang untuk berbelanja
online di situs internet. Mulai dari biaya yang murah, kualitas jenis barang, fasilitas kemudahan transaksi, dan yang terpenting adalah pilihan konsumen
dalam memilih situs belanja online yang terpercaya. Jadi, disinilah peran sebuah
brand (merek) sangat penting dalam hal mempengaruhi perilaku pembelian konsumen.
Merek merupakan salah satu aset penting dan juga menjadi identitas
sebuah perusahaan. Kepopuleran sebuah merek bisa digunakan sebagai tolak ukur
kinerja sebuah perusahaan, menggunakan konsep yang disebut Popular Brand
Index. Dengan perhitungan dari empat variabel data, yakni top of mind (merek
yang pertama kali diingat), expansive (tingkat penyebaran website), last
used (total penggunaan dalam tiga bulan terakhir), dan future intention (merek yang akan dibeli di waktu mendatang).
Konsumen melihat sebuah merek sebagai bagian yang penting dalam
sebuah produk, dan merek dapat menjadi nilai tambah dalam produk tersebut
(Kotler, 2004). Setiap merek (brand) bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang dimilikinya. Kekuatan sebuah merek adalah seberapa banyak konsumen yang
(25)
mampu mengingat merek, menganggap merek positif, dan memiliki loyalitas
terhadap merek. Pengenalan konsumen terhadap sebuah merek beserta asosiasi
merek yang mendukung, kuat dan unik. Merek yang kuat dibangun melalui
ekuitas merek (brand equity) yang tinggi.
Merek dapat memberikan nilai yang lebih tinggi pada suatu produk, dan
merek dapat memberikan nilai, sehingga nilai total produk lebih tinggi daripada
nilai produk berdasarkan perhitungan objektif (Aaker, 2003:151). Merek yang
sukses memberikan keuntungan kompetitif yang sangat penting untuk
keberhasilan perusahaan (Fayrence & Lee, 2001). Dan merek yang sukses juga
akan menimbulkan kepuasan konsumen atau pelanggan terhadap merek itu
sendiri.
Ada hubungan yang sangat erat antara brand equity dengan kepuasan pelanggan. Menurut Kotler dan Keller (2009:185) mengatakan bahwa kepuasan
merupakan perasaan senang atau kecewa atas perbandingan antara hasil yang
didapatkan dengan harapan yang dibentuk. Jika hasil yang didapatkan tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan, maka akan timbul kekecewaan. Jika hasil yang
didapatkan sesuai dengan apa yang diharapkan, maka akan timbul kepuasan.
Semakin tinggi level kualitas, maka akan semakin tinggi pula level kepuasan
pelanggan.
Harapan dan kebutuhan adalah hal yang berbeda, pelanggan dapat
memiliki harapan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu mereka butuhkan
sebaliknya mereka juga dapat membutuhkan sesuatu yang tidak mereka harapkan.
(26)
Strategi promosi merupakan hal yang wajib dilakukan perusahaan untuk
mengkomunikasikan informasi mengenai barang atau jasa yang ditawarkan,
kepada pelanggan. Beberapa tujuan dilakukannya promosi adalah untuk
mendapatkan kenaikan jumlah penjualan, mendapatkan pelanggan baru, menjaga
kesetiaan pelanggan terdahulu. Salah satu cara promosi yang dianggap efektif
adalah word of mouth atau yang juga sering disebut komunikasi dari mulut ke mulut.
Word of mouth unggul karena cepat diterima sebagai referensi karena pelanggan jasa biasanya sulit mengevaluasi jasa yang belum dibelinya atau belum
dirasakannya sendiri.
Menurut Sernovitz (2011) sebagai salah satu sumber informasi, word of mouth yang positif memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan. Saat ini pelanggan dihadapkan pada semakin bervariasinya cara
produsen mengkomunikasikan barang atau jasa yang mereka miliki, disinilah
muncul peran word of mouth sebagai sumber informasi yang sangat dipercaya bagi pelanggan agar tidak ragu untuk memutuskan mana barang atau jasa yang
akan dipilih.
Adanya “the power of context” menjadi kunci utama dalam menciptakan
positif word of mouth, “the power of context” yang dimaksudkan disini adalah keunikan. Keunikan memiliki hubungan yang kuat dengan penciptaan positif
(27)
Penelitian terdahulu mengemukakan hubungan yang positif antara brand equity, kepuasan pelanggan dan minat word of mouth. Dimensi kepuasan pelanggan yang digunakan Balqis Diab (2009) dalam penelitiannya adalah nilai
pelanggan dan citra merek. Hasil penelitiannya menyebutkan ada pengaruh bahwa
nilai pelanggan mampu meningkatkan kepuasan pelanggan. Citra merek mampu
meningkatkan kepuasan pelanggan. Hal ini mengindikasikan bahwa kesan yang
kuat dari pelanggan akan nama Gies Batik memberikan tingkat kepuasan yang
dirasakan pelanggan.
Penelitian Marco Dirgahadi Lukman (2014) dalam Analisis Pengaruh
Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Produk
The Botol Sosro menunjukkan bahwa pengaruh ekuitas merek Teh Botol Sosro
yang terdiri dari brand awareness dan brand image terhadap keputusan pembelian dan kepuasan konsumen cukup baik. Begitu pula dengan hubungan keputusan
pembelian Teh Botol Sosro terhadap kepuasan konsumen.
Fransisca Andreani, Tan Lucy Taniaji dan Ruth Natalia Made Puspitasari
(2012) melakukan penelitian dengan judul The Impact of Brand Image, Customer
Loyalty with customer Satisfaction as A Mediator in McDonald’s menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dari kekuatan brand association loyalitas
pelanggan, terdapat dampak yang positif kekuatan brand association terhadap
kepuasan pelanggan, dan terdapat dampak yang positif kepuasan pelanggan
terhadap loyalitas pelanggan.
1.2 Rumusan Masalah
E-commerce telah melahirkan berbagai situs yang dapat mengakomodasi minat pelanggan dalam berbelanja online, salah satunya Lazada.co.id. Bagi
(28)
konsumen, belanja online akan tinggi jika merasa puas akan kualitas jasa dari sistem penjualan online di situs Lazada.co.id tersebut. Adapun masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana Lazada.co.id di Indonesia dapat bersaing dengan
perusahaan-perusahaan e-commerce lainnya. Dari rumusan masalah di atas, maka
muncul pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah brand equity berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan?
2. Apakah brand equity dan kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap
positive word of mouth?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh brand equity terhadap
kepuasan pelanggan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh brand equity dan kepuasan
pelangganterhadap positive word of mouth.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan penjualan online khususnya Lazada dapat
dipertimbangkan dalam mengambil keputusan kebijakan pemasaran.
2. Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber referensi mengenai
penjualan online khususnya pengaruh brand awareness, brand association,
perceived quality, dan brand loyalty, kepuasan pelanggan, dan positive word of mouth.
3. Sebagai bahan perbandingan bagi penelitian terdahulu sekaligus sebagai
(29)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Positive Word Of Mouth
Komunikasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth communication)
mengacu pada pertukaran komentar, pemikiran, atau ide-ide di antara dua
konsumen atau lebih, yang tak satupun merupakan sumber pemasaran (Mowen
dan Minor, 2002:180).
Komunikasi dari mulut ke mulut mempunyai pengaruh yang sangat kuat
terhadap perilaku pembelian konsumen. Mowen dan Minor (2002:180) juga
menyebutkan bahwa pengaruh komunikasi dari mulut ke mulut adalah dua kali
lebih efektif iklan radio, empat kali lebih efektif personal selling, dan tujuh kali
lebih efektif surat kabar dan majalah.
Kotler dan Koller (2009:254) menjelaskan bahwa jaringan sosial, seperti
Myspace dan Facebook, menjadi kekuatan penting bagi pemasaran
bisnis-ke-konsumen maupun pemasaran bisnis-ke-bisnis. Aspek kunci jaringan social
adalah berita dari mulut ke mulut (word of mouth) serta jumlah dan sifat percakapan dan komunikasi antara berbagai pihak. Konsumen membicarakan
lusinan merek setiap hari.
Informasi yang disampaikan melalui word of mouth dirasakan sangat efektif untuk diterapkan karena pelanggan dapat merasakan adanya hubungan
yang lebih personal dan intim. Adanya kemungkinan dimana pelanggan tidak
terlalu percaya pada informasi yang ditampilkan di iklan atau pesan penjualan,
(30)
mereka mengenai pembelian beresiko, sehingga hal tersebut membuat word of mouth terjadi.
Komunikasi word of mouth juga memenuhi kebutuhan tertentu dari para pengirim informasi, mempengaruhi orang lain dapat membantu memberi
pengaruh menghapus keraguan mengenai pembeliannya sendiri (Mowen dan
Minor, 2002:181).
Perkembangan word of mouth mengalami peningkatan dalam beberapa
tahun terakhir ini. Media komunikasi yang semakin banyak, terutama dalam hal
perkembangan media social, seperti facebook, twitter, dan blog semakin
memudahkan pelanggan untuk mendapatkan informasi mengenai barang atau jasa
yang akan mereka gunakan berdasarkan review dari pelanggan yang sudah
terlebih dahulu menggunakannya.
Kotler dan Keller (2009:255) menyebutkan proses bagaimana akhirnya
informasi dari word of mouth dapat terbentuk dan kemudian menyebar dapat dimulai dari beberapa hal, yaitu:
1. Pemasaran Buzz dan Viral
Pemasaran Buzz/gosip menghasilkan adanya ketertarikan terhadap suatu
informasi dengan menggunakan sarana yang tidak pernah terpikirkan
sebelumnya. Media sosial menjadi salah satu sarana pemasaran buzz yang
paling mudah untuk digunakan. Pemasaran viral mendorong pelanggan
untuk menceritakan pengalamannya tentang pemakaian sebuah jasa ke
(31)
2. Pemimpin Opini
Adanya orang yang memiliki peran sebagai penghubung antar anggota,
sehingga informasi pun dapat terkait dan tersebar satu dan yang lain.
3. Blog
Blog banyak digunakan masyarakat untuk berbagi informasi mengenai
topic tertentu. Blog dapat mempertemukan pelanggan satu dengan yang
lain karena adanya kesamaan minat diantara mereka.
Ada lima hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan perusahaan dalam
usahanya membuat barang atau jasanya dibicarakan oleh pelanggan
(Yosevina, 2008), yaitu:
1. Talkers, biasanya merujuk pada individu atau kelompok yang memiliki kemampuan besar untuk mempengaruhi pelanggan lain. Kunci utama
seorang talkers adalah memiliki networking yang kuat dan antusiasme dalam menceritakan barang atau jasa yang telah digunakan.
2. Topics, kesederhanaan dan keunikan topik dapat mempermudah penyampaian pesan.
3. Tools, teknologi menjadi sarana yang paling mudah untuk melakukan
word of mouth karena kemudahan dalam mengakses dan efisiensi waktu. 4. Taking parts, adanya partisipasi dalam perbincangan antar pelanggan. 5. Tracking, mengikuti apa yang dikehendaki pelanggan dan dengan segera
mempelajari kritik dan saran dari pelanggan akan sangat membantu
perusahaan untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa yang
(32)
Semakin tinggi kepuasan pelanggan merupakan indikator terbaik bagi
keuntungan perusahaan di masa yang akan datang. Penelitian Wahyuningsih
(2005) dalam “Customer Satisfaction and Behavioral Intentions” menyebutkan
bahwa terdapat hubungan yang positif diantara kepuasan pelanggan dan
behavioral intentions, dimana behavioral intentions disini diasumsikan bahwa
pelanggan akan melakukan bisnis dengan service providers yang sama, kemauan
untuk melakukan word of mouth dan sedikit kemauan untuk melakukan switch service providers.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Hakim, dkk (2012) menunjukkan
bahwa kepuasan pelanggan memiliki peran sebagai perantara antara kualitas
pelayanan danminat word of mouth, selain itu hubungan yang positif juga terlihat diantara kepuasan pelanggan dan minat word of mouth.
2.1.2 Kepuasan Pelanggan
Pemahaman terhadap kebutuhan pelanggan dapat membuka lebar peluang
perusahaan untuk menciptakan kepuasan pelanggan. Beberapa manfaat yang dapat
dirasakan karena adanya kepuasan pelanggan adalah terciptanya hubungan yang
harmonis dengan pelanggan, ada harapan terciptanya loyalitas dan terbentuknya
citra yang baik di mata pelanggan.
Menurut Mowen dan Minor (2002:89) kepuasan pelanggan didefinisikan
sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang atau jasa
setelah mereka memperoleh dan menggunakan produk tersebut. Ini merupakan
penilaian evaluatif pasca pemilihan yang disebabkan oleh seleksi pembelian
(33)
Menurut Kotler dan Keller (2009:14) kepuasan mencerminkan penilaian
seseorang tentang kinerja produk anggapannya (atau hasil) dalam kaitannya
dengan ekspektasi. Jika kinerja produk tersebut tidak memenuhi ekspektasi,
pelanggan tersebut tidak puas dan kecewa. Jika kinerja produk sesuai dengan
ekspektasi, pelanggan tersebut puas. Jika kinerja produk melebihi ekspektasi,
pelanggan tersebut senang.
Dari perspektif manajerial, mempertahankan dan/atau meningkatkan
kepuasan pelanggan adalah hal yang sangat kritis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan atau ketidakpuasan konsumen diantaranya konsumsi dan
pemakaian konsumen atas suatu barang atau jasa, dan mengevaluasi kinerjanya
secara menyeluruh. Penilaian kinerja ini ternyata sangat erat hubungannya dengan
penilaian kualitas produk. Konsumen membandingkan persepsi mereka atas
kualitas produk setelah menggunakan produk tersebut sesuai dengan ekspektasi
kinerja produk sebelum mereka membelinya. Tergantung pada bagaimana kinerja
aktual dibandingkan dengan kinerja yang diharapkan, mereka akan mengalami
emosi yang positif, negatif, atau netral. Tanggapan emosional ini bertindak
sebagai masukan atau input dalam persepsi kepuasan/ketidakpuasan menyeluruh
mereka.
Tingkat kepuasan/ketidakpuasan ini juga akan dipengaruhi oleh evaluasi
konsumen atas ekuitas pertukaran, serta oleh atribusi mereka terhadap kinerja
produk.
2.1.3 Evaluasi kinerja dan kualitas produk
Kualitas produk didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh pelanggan atas
(34)
dimensi apa yang digunakan konsumen untuk melakukan evaluasinya. Menurut
Mowen dan Minor (2002:91) ada tujuh dimensi untuk mengidentifikasi dasar dari
kualitas, yaitu:
1. Kinerja.
Tingkat absolut kinerja barang atau jasa pada atribut kunci yang
diidentifikasi para pelanggan. Sejauh mana produk atau jasa digunakan
dengan benar. Jumlah atribut yang ditawarkan. Kemampuan pegawai
untuk menangani masalah dengan baik. Kualitas informasi yang diberikan
kepada pelanggan.
2. Interaksi pegawai.
Keramahan, sikap hormat, dan empati yang ditunjukkan oleh masyarakat
yang memberi jasa atau barang. Kredibilitas menyeluruh para pegawai,
termasuk kepercayaan konsumen kepada pegawai dan persepsi mereka
tentang keahlian pegawai.
3. Reliabilitas.
Konsistensi kinerja barang, jasa, atau toko.
4. Daya tahan.
Rentang kehidupan produk dan ketentuan umum.
5. Ketepatan waktu dan kenyamanan.
Seberapa cepta produk diserahkan atau diperbaiki. Seberapa cepat
informasi atau jasa diberikan. Kenyamanan pembelian dan proses jasa,
(35)
6. Estetika.
Penampilan fisik barang atau toko. Daya tarik penyajian jasa. Kesenangan
atmosfir di mana jasa atau produk diterima. Bagaimana desain produk
yang akan diperlihatkan kepada pelanggan.
7. Kesadaran akan merek.
Dampak positif atau negatif tambahan atas kualitas yang tampak, yang
mengenal merek atau nama toko atas evaluasi konsumen.
2.1.4 Pengertian Merek
Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler & Keller (2009:258)
mendefinisikan merek (brand) sebagai nama, istilah, tanda, lambang atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa
dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendeferensiasikan dari para
pesaing.
Menurut Aaker (1997:9), merek adalah nama dan/atau symbol yang
bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan maksud
mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok
penjual tertentu, dengan demikian membedakannya dari barang-barang dan jasa
yang dihasilkan para kompetitor.
Aaker (2008:203) menjelaskan bahwa strategi bisnis dapat terbentuk
melalui aset merek. Merek memungkinkan bagi perusahaan untuk berkompetisi
dalam pasar produk dan jasa serta menunjukkan proposisi nilai dari strategi bisnis.
Jadi, secara strategis, sangat penting untuk mengembangkan, menyaring, dan
(36)
Merek juga bisa membuat pembeli yakin akan memperoleh kualitas barang
yang sama jika membeli ulang. Kesetiaan merek memberikan kemampuan untuk
diramal dan kemanan permintaan bagi perusahaan sekaligus menciptakan
hambatan perusahaaan lain memasuki pasar. Walaupun pesaing bisa dengan
mudah meniru proses pembuatan dan rancangan produk, mereka tidak dapat
menandingi kesan terakhir dalam pikiran individu dan organisasi dari tahun-tahun
aktivitas pemasaran dan pengalaman produk.
Merek yang prestisius dapat disebut memiliki brand equity (ekuitas merek) yang tinggi. Bagi konsumen, merek bisa memberikan beraneka macam nilai
melalui sejumlah fungsi dan manfaat potensial. Menurut Kapferer (1997) dalam
Fandy Tjiptono (2005:21),fungsi potensial sebuah merek meliputi identifikasi,
praktikalitas, garansi,optimisasi, karakterisasi, kontinuitas, hedonistik, dan fungsi
etis.
Merek yang sukses akan merubah perilaku konsumen sehingga
mempengaruhi kepuasan pelanggan karena merek tersebut memberikan
mempunyai kualitas dan bermutu, serta dapat memenuhi tingkat kepentingan
konsumen akan dapat lebih bertahan karena menciptakan nilai yang lebih unggul
dari pesaingnya. Perilaku konsumen (consumer behavior) didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang atau jasa, pengalaman serta ide-ide
(Mowen & Minor, 2008).
2.1.5 Pengertian Brand Equity
Menurut Hermawan Kartajaya, Philip Kotler dan Keller (2010), brand equity (ekuitas merek) didefinisikan sebagai serangkaian aset dan kewajiban
(37)
(liabilities) merek yang terkait dengan sebuah merek, nama, dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa
kepada perusahaan dan/atau pelanggan perusahaan.
Agar aset dan liabilitas merek harus berhubungan dengan nama atau
sebuah simbol, sehingga bila dilakukan perubahan pada nama dan simbol atau
semua aset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek akan berubah pula.
Menurut Kotler dan Keller (2009:263), ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek dapat
tercermin dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak dalam
hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang
diberikan merek bagi perusahaan.
Menurut Aaker (2008), brand equity terdiri dari kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, loyalitas merek dan aset-aset merek lainnya seperti paten,
cap, saluran hubungan. Empat elemen ekuitas merek di luar aset-aset merek
lainnya dikenal dengan elemen-elemen utama dari ekuitas merek. Elemen ekuitas
merek yang kelima secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat
elemen utama tersebut. Berikut dimensi ekuitas merek menurut Aaker (2009) :
1. Kesadaran Merek (Brand Awareness) – menunjukkan kesanggupan
seorang pembeli untuk mengenali dan mengingat kembali bahwa suatu
merek merupakan perwujudan kategori produk tertentu.
2. Kesan Kualitas (Perceived Quality) – mencerminkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa
(38)
3. Asosiasi Merek (Brand Associations) - menunjukkan segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek.
4. Loyalitas Merek (Brand Loyalty) - mencerminkan ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek.
5. Other Proprietary brand asset (asset-aset merek lainnya).
Empat elemen brand equity di luar asset-aset merek lainnya dikenal dengan elemen-elemen utama dari brand equity. Elemen brand equity yang kelima secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen utama
tersebut. Konsep brand equity ini dapat ditampilkan pada gambar 2.1, yang
memperlihatkan kemampuan brand equity dalam menciptakan nilai bagi
(39)
Gambar 2.1 Konsep Brand Equity
Sumber: Aaker, D.A. 1997. Manajemen Ekuitas Merek: Memanfaatkan Nilai Dari Suatu Merek.
2.1.6 Brand Awareness (Kesadaran Merek)
Kesadaran merek (brand awareness) adalah kesanggupan seorang pembeli
untukmengenali dan mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan
perwujudan kategori produk tertentu (Aaker, 1997:90).
Kesadaran merek membutuhkan jangkauan kontinum (continum ranging)
dari perasaan yang tak pasti bahwa merek tertentu dikenal menjadi keyakinan
bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas produk bersangkutan,
kontinum ini diwakili oleh tingkat kesadaran mereka yang berbeda.
Perceived Quality
Brand Association Brand Awareness
Brand Loyalty Other Proprietary Asset Brand Equity
(nama, simbol)
Memberikan nilai kepada pelanggan dengan menguatkan
Interpretasi/proses informasi
Rasa percaya diri dalam keputusan pembelian
Pencapaian kepuasan dari pelanggan
Memberikan nilai kepada perusahaan dengan menguatkan
Efisiensi & efektivitas program pemasaran
Loyalitas merek
Harga/laba
Perluasan merek
Peningkatan perdagangan
(40)
Jangkauan kontinum ini diwakili oleh 4 tingkatan kesadaran merek, yaitu:
a. Tidak menyadari merek (Unware of brand) merupakan tingkatan
merek yang paling rendah dimana konsumen tidak menyadari akan
eksistensi suatu merek.
b. Pengenalan merek (Brand recognition) merupakan tingkat minimal
dari kesadaran merek yang merupakan pengenalan merek dengan
bantuan, misalnya dengan bantuan daftar merek, daftar gambar, atau
cap merek. Merek yang masuk dalam ingatan konsumen disebut brand
recognition.
c. Pengingatan kembali merek (Brand Recall) mencerminkan
merek-merek apa saja yang diingat konsumen setelah menyebutkan merek-merek
yang pertama kali disebut. Dimana merek-merek yang disebutkan
kedua, ketiga, dan seterusnya merupakan merek yang menempati
brand recall dalam benak konsumen.
d. Puncak pikiran (Top of Mind) yaitu merek produk yang pertama kali disebutkan oleh konsumen secara spontan atau yang pertama kali
dalam benak konsumen. Dengan kata lain merek tersebut merupakan
merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen.
2.1.7 Perceived Quality(Kesan Kualitas)
Kesan atau persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap
keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama
dengan maksud yang diharapkannya. Mengacu pada pendapat David A. Garvin
dalam Darmadi Durianto dkk.(2004) dimensi perceived quality dibagi menjadi tujuh:
(41)
1. Kinerja
Melibatkan berbagai karakteristik operasional utama.
2. Pelayanan
Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk
tersebut.
3. Ketahanan
Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.
4. Keandalan
Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu
pembelian ke pembelian berikutnya.
5. Karakteristik produk
Bagian-bagian tambahan dari produk, seperti remote control sebuah video. Bagian-bagian tambahan ini memberi penekanan bahwa
perusahaan memahami kebutuhan pelanggannya yang dinamis sesuai
perkembangan.
6. Kesesuaian dengan harga
Merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur (tidak ada
cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan
teruji.
7. Hasil
Mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam
(42)
2.1.8 Brand Association (Asosiasi Merek)
Asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai
merek. Asosiasi merek dapat menciptkan nilai bagi perusahaan dan para
pelanggan, karena ia dapat membantu proses penyusunan informasi untuk
membedakan merek yang satu dengan merek lainnya. Berbagai asosiasi yang
diingat konsumen dapat menghasilkan suatu bentuk citra tentang merek (brand image) di benak konsumen.
Terdapat lima keuntungan asosiasi merek, yaitu:
1. Membantu proses penyusunan informasi yang dapat meringkaskan
sekumpulan fakta yang dapat dengan mudah dikenal konsumen.
2. Perbedaan, yang mempunyai peran penting dalam menilai keberadaan
atau fungsi suatu merek dibandingkan lainnya.
3. Alasan untuk membeli, yang sangat membantu konsumen dalam
mengambil keputusan untuk membeli produk atau tidak.
4. Perasaan positif yang merangsang tumbuhnya perasaan positif
terhadap produk.
5. Menjadi landasan untuk perluasan merek yang dinilai kuat. Konsumen
yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki
konsistensi terhadap citra merek (brand image) yang disebut juga dengan kepribadian merek (brand personality) yang kemudian dapat
membentuk kesetiaan konsumen terhadap merek tertentu (brand
(43)
2.1.9 Brand Loyalty(Kesetiaan Merek)
Loyalitas merek adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu
merek. Loyalitas merek merupakan inti dari brand equity yang menjadi gagasan
sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan suatu ukuran keterkaitan
seorang pelanggan terhadap sebuah merek. Apabila loyalitas merek meningkat,
maka kerentanan kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat dikurangi.
Hal ini merupakan suatu indikator dari brand equity yang berkaitan dengan
perolehan laba dimasa yang akan datang karena loyalitas merek secara langsung
dapat diartikan sebagai penjualan di masa depan.
Menurut Aaker, tingkatan loyalitas merek adalah sebagai berikut:
1. Berpindah-pindah (switcher)
Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli yang tidak tertarik
pada merek-merek apapun yang ditawarkan. Konsumen seperti ini
suka berpindah-pindah merek atau disebut tipe konsumen switcher
atau price buyer (konsumen yang lebih memperhatikan harga didalam
melakukan pembelian).
2. Pembeli yang bersidat kebiasaan (habital buyer)
Tingkat kedua adalah para pembeli yang merasa puas dengan produk
yang digunakan, atau minimal tidak mengalami kekecewaan. Pada
dasarnya tidak terdapat dimensi ketidak puasan yang dapat menjadikan
sumber perubahan, apalagi bila perpindahan ke merek yang lain itu ada
penambahan biaya. Para pembeli tipe ini dapat disebut pembeli tipe
(44)
3. Pembeli yang puas dengan biaya peralihan/switching cost (satisfied buyer)
Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, tetapi harus memikul
biaya peralihan (switching cost), baik dalam waktu, uang, atau resiko sehubungan dengan upaya untuk melakukan pergantian ke merek lain.
Kelompok ini biasanya disebut dengan konsumen loyal yang
merasakan adanya suatu pengorbanan apabila ia melakukan
penggantian ke merek lain. Pembeli tipe ini disebut satisfied buyer.
4. Menyukai merek (liking the brand)
Tingkat keempat adalah konsumen yang benar-benar menyukai suatu
merek pilihan mereka terhadap suatu merek dilandasi pada suatu
asosiasi, seperti simbol, rangkaian pengalaman, atau kesan kualitas
yang tinggi. Konsumen jenis ini memiliki perasaan emosional dalam
menyukai merek tersebut.
5. Pembeli yang komit (commited buyer)
Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia yang merasakan
kebanggan ketika menjadi pengguna suatu merek karena merek
tersebut penting bagi mereka baik dari segi fungsi maupun sebagai alat
identitas diri.
2.2 Penelitian Terdahulu
Iva Nurdiana (2012), dengan judul “Brand Equity, Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Sepeda Motor Honda Di Kabupaten Malang” dalam hasil
penelitian yang dilakukan, yaitu berdasarkan uji pengaruh langsung dan tidak
(45)
loyalitas pelanggan (Y2) dengan koefisien beta 0,450. Sedangkan pengaruh tidak
langsung brand equity (X) berpengaruh langsung terhadap loyalitas pelanggan (Y2) melalui kepuasan pelanggan (Y1) adalah sebesar 0,355.
Febriana Catur Pujiastuti dan Dr. Agus Prayitno (2014), dengan judul
“Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Rumah Makan Steak & Shake di Semarang” dalam hasil penelitian yang dilakukan, yaitu berdasarkan uji f mendapatkannilai F=70,363 dari hasil perhitungan F-hitung
lebih besar dari F-tabel yaitu sebesar 70,363>2,467 atau sign (0,000) < α=0,05 dengan demikian ada pengaruh positif dan signifikan antara kesadaran merek
(X1), asosiasi merek (X2), persepsi kualitas (X3), dan loyalitas merek (X4) secara
bersama-sama terhadap kepuasan konsumen (Y1) pada taraf uji signifikansi 0,05.
Nindhira Rosellini Putrid an Fendy Suhariadi (2013), dengan judul
“Hubungan Antara Kepuasan Pelanggan Dengan Word Of Mouth Pada Pelanggan Klinik Kecantikan London Beauty Centre” dalam hasil penelitian yang
dilakukan, yaitu berdasarkan analisis uji korelasi Pearson, dapat diketahui bahwa
koefisien korelasi Pearson sebesar 0,380 dengan taraf signifikansi sebesar 0,0000.
Taraf signifikansi yang berada pada p < 0,05 menandakan bahwa Ha diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepuasan pelanggan dengan
word of mouth pada pelanggan klinik kecantikan London Beauty Centre.
Dr. Muhammad Tahir dan Dr. Kalthom Abdullah (2013), dengan judul
“The Impact of Customer Satisfaction on Word-of-Mouth: Conventional Banks of Malaysia Investigated” dalam hasil penelitian yang dilakukan, yaitu Kepuasan
pelanggan menjadi kekuatan yang paling dominan timbulnya word of mouth dari
(46)
Janghyeon Nam, dkk (2011), dengan judul “Brand Equity, Brand Loyalty, And Consumer Satisfactio”, dalam hasil penelitian yang dilakukan, bahwa adanya pengaruh yang positif antara brand equity, brand loyalty dan kepuasan pelanggan.
Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini dan telah diteliti
oleh beberapa peneliti, yaitu:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Peneliti Tahun Metode
Analisis Hasil Penelitian Brand Equity, Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Sepeda Motor Honda Di Kabupaten Malang Iva Nurdiana
2012 Analisis
Jalur
(Path Analysis)
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwabrand equity memiliki pengaruh langsung
terhadap pembentukan loyalitas pelanggan,selain itu juga berpengaruh tidak langsung
terhadap loyalitas pelanggan, yaitu pembentukan kepuasan pelanggan. Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Rumah Makan Steak & Shake di Semarang Febriana Catur Pujiastuti dan Dr. Agus Prayitno
2014 Analisis
Regresi Linier Bergan-da
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji f mendapatkan nilai F=70,363 dari hasil perhitungan F-hitung lebih besar dari F-tabel yaitu sebesar 70,363>2,467
atau sign (0,000) < α=0,05
dengan demikian ada pengaruh positif dan
signifikan antara kesadaran merek (X1), asosiasi merek (X2), persepsi kualitas (X3), dan loyalitas merek (X4) secara bersama-sama terhadap kepuasan
konsumen (Y1) pada taraf uji signifikansi 0,05.
(47)
Lanjutan Tabel 2.1
Judul Peneliti Tahun Metode Analisis Hasil Penelitian Hubungan Antara Kepuasan Pelanggan Dengan Word Of Mouth Pada Pelanggan Klinik Kecantik-an London Beauty Centre Nindhira Rosellini Putri dan Fendy Suharia-di
2013
Explana-tory Research
Berdasarkan analisis uji korelasi Pearson, dapat diketahui bahwa koefisien korelasi Pearson sebesar 0,380 dengan taraf signifikansi sebesar 0,0000. Taraf
signifikansi yang berada pada p < 0,05 menandakan bahwa Ha diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepuasan pelanggan dengan word of mouth pada pelanggan klinik
kecantikan London Beauty
Centre. The Impact of Customer Satisfact-ion on Word-of-Mouth: Conven-tional Banks of Malaysia Investiga-ted Dr.Muha mmad Tahir dan Dr. Kalthom Abdullah
2013
Structu-ral Equation Modell-ing
Kepuasan pelanggan menjadi kekuatan yang paling dominan timbulnya word of mouth dari pelanggan Brand Equity, Brand Loyalty, And Consumer Satisfact-ion Jangh-yeon Nam, dkk
2011
Descript-ive analysis (Analisis deskrip-tif)
Adanya pengaruh yang positif antara brand equity, brand loyalty dan kepuasan pelanggan
(48)
2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting (Sugiyono, 2012 : 88).
Kotler (2007) mendefinisikan ekuitas merek sebagai efek diferensial
positif yang ditimbulkan oleh pengetahuan nama merek terhadap pelanggan atas
produk atau jasa tersebut. Ekuitas merek mengakibatkan pelanggan
memperlihatkan preferensi terhadap suatu produk dibandingkan dengan yang lain
apabila keduanya pada dasarnya identik.
Ekuitas yang tinggi menjadi idaman setiap merek karena berarti bahwa
merek-merek tersebut memiliki kedekatan dengan pasar dan pelanggan. Semakin
kuat ekuitas merek suatu produk, maka semakin kuat pula daya tariknya bagi
konsumen untuk membeli produk tersebut dan pada akhirnya akan memberikan
keuntungan yang terus meningkat kepada perusahaan (Durianto, dkk, 2004)
Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, maka dibuat model penelitian
yang menjelaskan pengaruh brand equity yang terdiri dari brand awareness,
brand association, perceived quality, dan brand loyalty terhadap kepuasan
pelanggan untuk meningkatkan positive word of mouth.
(49)
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 2.4. Hipotesis
2.4.1 Pengaruh antara kesadaran merek (brand awareness) terhadap kepuasan pelanggan.
Kesadaran merek menurut Aaker (2007) adalah kemampuan seseorang
untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian
dari kategori produk tertentu. Kemampuan konsumen untuk mengenali atau
mengingat merek berbega tergantung tingkat komunikasi merek atau persepsi
konsumen terhadap merek produk yang ditawarkan. Apabila konsumen merasa
puas, maka kemampuan konsumen untuk mengenali dan mengingat merek
semakin kuat, sehingga konsumen akan melakukan pembelian ulang. Semakin
puas konsumen maka kemampuan konsumen untuk mengingat merek akan
semakin kuat pula.
Kepuasan Pelanggan (Y1)
Brand Awareness
(X1)
Positive Word Of Mouth (Y2)
Brand Association
(X2)
Perceived Quality (X3)
Brand Loyalty (X4)
(50)
H1: ada pengaruh positif dan signifikan antara kesadaran merek (brand awareness) terhadap kepuasan pelanggan.
2.4.2 Pengaruh antara asosiasi merek (brand association) terhadap kepuasan pelanggan.
Menurut Durianto, dkk (2004), asosiasi merek merupakan segala kesan
yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu
merek. Kepuasan membentuk kesan dalam benak konsumen, semakin puas
konsumen maka akan semakin kuat pula kesan yang muncul dalam benak
konsumen. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada
banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya.
Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga
membentuk citra tentang merek di dalam benak konsumen. Asosiasi merek
memberikan keuntungan yaitu dapat membantu proses penyusunan informasi,
memainkan peranan yang penting dalam membedakan satu merek dengan merek
yang lain, membantu konsumen mengambil keputusan untuk membeli produk
atau jasa, penciptaan sikap dan perasaan puas, dan sebagai landasan untuk
perluasan merek melalui penciptaan rasa kesesuaian antara suatu merek dengan
sebuah produk baru. Pelanggan akan memiliki kepuasan terhadap produk apabila
mereka merasa asosiasi merek memberikan keuntungan.
H2: ada pengaruh positif dan signifikan antara asosiasi merek (brand association) terhadap kepuasan pelanggan.
(51)
2.4.3 Pengaruh persepsi kualitas (perceived quality) terhadap kepuasan pelanggan.
Persepsi kualitas menurut Aaker (2007) merupakan persepsi pelanggan
terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan
yang terkait dengan maksud yang diharapkan. Persepsi konsumen muncul menjadi
pembanding antara kepuasan konsumen terhadap kinerja suatu produk dengan
produk yang lain. Kepuasan yang paling kuat menjadi tolak ukur bagi kinerja
produk lain.
Terdapat lima keuntungan dari persepsi kualitas yang dikemukakan oleh
Rangkuti (2002), yaitu kesan kualitas memberikan alasan untuk membeli; persepsi
kualitas mempengaruhi merek-merek mana yang dipertimbangkan untuk dipilih;
persepsi kualitas suatu produk memberikan keuntungan bagi perusahaan untuk
membuat pilihan-pilihan dalam menetapkan harga optimum; persepsi kualitas
produk yang tinggi memiliki arti yang penting bagi pengecer, distributor dan
saluran distribusi lainnya karena kemampuannya dalam memperluas distribusi;
dan merek produk yang memiliki persepsi kualitas yang kuat memungkinkan
perusahaan untuk memperkenalkan kategori produk baru kemudian diharapkan
dapat memperoleh pangsa pasar yang lebih besar lagi karena banyak konsumen
yang puas.
H3: ada pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kualitas (perceived quality)
(52)
2.4.4 Pengaruh loyalitas pelanggan (brand loyalty) terhadap kepuasan pelanggan.
Loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada
sebuah merek. Menurut Mowen & Minor (2002), loyalitas merek mempunyai
hubungan yang erat dengan kepuasan konsumen, dimana loyalitas merek
dipengaruhi secara langsung oleh kepuasan dengan merek yang telah diakumulasi
dalam jangka waktu tertentu sebagaimana persepsi kualitas produk. Loyalitas
konsumen akan terbentuk ketika kepuasan konsumen juga ikut terbentuk.
Semakin konsumen merasa puas akan kinerja sebuah produk, maka akan semakin
kuat pula loyalitas yang terbentuk pada konsumen.
H4: ada pengaruh positif dan signifikan antara loyalitas pelanggan (brand loyalty) terhadap kepuasan pelanggan.
Hipotesis merupakan jawaban sementara sebelum adanya penelitian
dilakukan, hipotesis bersifat sementara sampai akhirnya terbukti kebenarannya
berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dilakukannya penelitian.
Berdasarkan tinjauan diatas, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini
adalah :
H1 : Brand equity yang terdiri dari brand awareness, brand association, perceived quality, dan brand loyaltymemiliki pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan
H2 : Brand Equity dan Kepuasan pelanggan memiliki pengaruh positif terhadap positive word of mouth
(53)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, yang menurut
Sugiyono (2012:23) dikatakan metode kuantitatif karena data penelitian berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan kepada pembaca dan mengungkapkan suatu masalah, keadaan,
peristiwa sebagaimana adanya atau mengungkapkan fakta secara lebih mendalam
mengenai pengaruh brand equity Lazada.co.id terhadap kepuasan pelanggan
untuk meningkatkan positive word of mouth.
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu menurut
Sugiyono (2005:21) yaitu “metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas”. Metode deskriptif ini merupakan metode yang bertujuan untuk mengetahui sifat serta hubungan yang lebih mendalam antara dua
variabel dengan cara mengamati aspek-aspek tertentu secara lebih spesifik untuk
memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang ada dengan tujuan penelitian,
dimana data tersebut diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan dasar
teori-teori yang telah dipelajari sehingga data tersebut dapat ditarik sebuah
kesimpulan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1yang berlokasi di Jalan Teuku
(54)
No. 435, Medan. Sementara waktu penelitian dimulai dari bulan Juli hingga
Oktober 2015.
3.3 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran mengenai definisi dan
indikator dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Secara
konseptual variabel dapat kita bagi menjadi empat bagian utama, yaitu
(Sekaran,2006):
1. Variabel dependent adalah variabel yang menjadi perhatian utama
dalam sebuah pengamatan. Variabel dependen sering juga disebut
dengan variabel terikat atau variabel terpengaruh. Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel dependet adalah kepuasan pelanggan (Y1) dan
positive word of mouth (Y2).
2. Variabel independent adalah variabel yang dapat mempengaruhi
perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang
positif ataupun yang negative bagi variabel dependen nantinya. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel independentnya adalah brand awareness (X1), brand association (X2), perceived quality (X3), dan
brand loyalty (X4).
3. Moderating variabel adalah variabel yang mempunyai dampak
kontingensi (contingent effect) yang kuat pada hubungan variabel independen dan variabel dependen.
4. Intervening variablel adalah faktor yang secara teori berpengaruh pada
fenomena yang diamati tetapi tidak dapat dilihat, diukur, atau
(55)
dampak variabel independen dan moderating terhadap fenomena yang
diamati.
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Variabel
Penelitian
Definisi Indikator Skala
Brand Awareness
(X1)
Kesadaran Merek (Brand
Awareness) adalah
kesanggupan seorang
pembeli untuk mengenali dan mengingat kembali
bahwa suatu merek
merupakan perwujudan
kategori produk tertentu
1. Kemampuan mengenali merek.
2. Kemampuan mengingat posisimerek dalam level top of mind.
3. Kemampuan memahami ciri khasmerek.
4. Kemampuan pengenalan sloganatau iklan merek.
Interval
Brand Association
(X2)
Asosiasi Merek (Brand
Associations) adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek
1. Produk-produk yang dijual murah
2. Produk-produk yang dijual beraneka ragam.
3. Tempat berbelanja yang aman
Interval
Perceived Quality
(X3)
Kesan Kualitas
(Perceived Quality)
adalah persepsi
konsumen terhadap
keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkannya
1. Persepsi pelanggan terhadap kelengkapan informasi produk. 2. Persepsi pelanggan terhadap kualitas produk dibandingkan merek lain.
3. Persepsi pelanggan terhadap popularitas merek.
4. Persepsi pelanggan terhadap kemudahan pencarian informasi melalui produk.
Interval
Brand Loyalty (X4)
Loyalitas Merek (Brand Loyalty) adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek
1. Komitmen pelanggan terhadap merek.
2. Kemungkinan pelanggan merekomendasikan
merekkepada orang lain. 3. Komitmen pelanggan untuk melindungi merek
(56)
Lanjutan Tabel 3.1 Variabel
Penelitian
Definisi Indikator Skala
Kepuasan Pelanggan (Y1)
Tingkat perasaan senang atau kecewa seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibanding dengan harapannya
1. Rasa puas 2. Rasa suka 3. Rasa bangga 4. Rasa aman
Interval
Positive Word of Mouth (Y2)
Word of Mouth
merupakan suatu komunikasi informal atau yang independen di dalam pasar dari satu orang ke orang lain tentang suatu produk, jasa maupun organisasi yang dapat bersifat positif
maupun negatif sehingga mampu mempengaruhi kepuasan pelanggan
1. Selalu merekomendasi kan
2. Selalu menceritakan 3. Selalu mempromosikan
Interval
Sumber: Aaker (2009:205), Kotler (2005:138), Lupiyoadi (2001:87) 3.4 Skala Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan skala likert yaitu digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang ataupun sekelompok orang tentang
fenomena sosial (Sugiyono, 2012:132). Untuk keperluan analisis kuantitatif
penelitian maka peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden
(1)
UJI SIGNIFIKAN PARSIAL
Coefficients
aModel Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance
1 (Constant)
1.898
1.556
1.219
.226
Awareness
.178
.152
.124
1.175
.243
.476
Association
.082
.099
.077
.835
.406
.629
P.Quality
.440
.103
.415
4.251
.000
.559
Loyalty
.185
.099
.207
1.864
.065
.430
(2)
KORELASI
Correlations
Awareness Association P.Quality Loyalty P.WoM
Awareness Pearson Correlation
1
.505
**.572
**.691
**.544
**Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.000
N
100
100
100
100
100
Association Pearson Correlation
.505
**1
.512
**.557
**.467
**Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.000
N
100
100
100
100
100
P.Quality Pearson Correlation
.572
**.512
**1
.604
**.650
**Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.000
N
100
100
100
100
100
Loyalty Pearson Correlation
.691
**.557
**.604
**1
.586
**Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.000
N
100
100
100
100
100
P.WoM Pearson Correlation
.544
**.467
**.650
**.586
**1
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.000
(3)
HASIL UJI ANALISIS REGRESI BERGANDA SUBSTRUKTUR III
Variables Entered/Removed
aModel Variables Entered Variables Removed Method 1
Satisfaction,
Association,
P.Quality,
Awareness,
Loyalty
b.
Enter
a. Dependent Variable: P.WoM b. All requested variables entered.
(4)
UJI GLEJSER
Coefficients
aModel Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig. Fraction Missing Info.
B Std. Error Beta
1 (Constant)
.541
1.498
.361
.719
Awareness
.035
.147
.024
.235
.814
Association
.049
.093
.046
.527
.600
P.Quality
.352
.099
.331
3.536
.001
Loyalty
.065
.098
.073
.667
.506
(5)
KOEFISIEN DETERMINASI
Model Summary
bModel R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1
.750
a.563
.539
1.29049
1.889
a. Predictors: (Constant), Satisfaction, Association, P.Quality, Awareness, Loyalty b. Dependent Variable: P.WoM
UJI SIGNIFIKAN SIMULTAN
ANOVA
aModel Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression
1.480
5
.296
.497
.778
bResidual
55.986
94
.596
Total
57.467
99
UJI SIGNIFIKAN PARSIAL
Coefficients
aModel Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig. Fraction Missing Info.
B Std. Error Beta
(6)
KORELASI
Correlations
Awareness Association P.Quality Loyalty P.WoM Satisfaction
Awareness Pearson Correlation
1
.505
**.572
**.691
**.544
**.648
**Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.000
.000
N
100
100
100
100
100
100
Association Pearson Correlation
.505
**1
.512
**.557
**.467
**.504
**Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.000
.000
N
100
100
100
100
100
100
P.Quality Pearson Correlation
.572
**.512
**1
.604
**.650
**.601
**Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.000
.000
N
100
100
100
100
100
100
Loyalty Pearson Correlation
.691
**.557
**.604
**1
.586
**.686
**Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.000
.000
N
100
100
100
100
100
100
P.WoM Pearson Correlation
.544
**.467
**.650
**.586
**1
.683
**Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.000
.000
N
100
100
100
100
100
100
Satisfaction Pearson Correlation
.648
**.504
**.601
**.686
**.683
**1
Sig. (2-tailed)